Suasana rooftop malam ini sangat sejuk. Galen mengajak Falisha keluar agar tidak terus-terusan menangis saat sendiri.
"Makanannya jangan dianggurin dong, nanti ngambek." Galen mencoel hidung Falisha.
Falisha menoleh ke arah Galen, ia merapatkan bibirnya, menelan ludahnya. Menatap Galen sangat dalam tanpa berkedip. Lalu tanpa sadar mereka berdua salah tingkah sendiri. Falisha mulai menyeruput minuman yang dibelikan Galen.
Galen menatap kelopak mata Falisha yang sendu. "Berapa kali gue bilang, kalo ada apa-apa itu cerita jangan diem aja." Galen mencomot kentang goreng di hadapannya, "Udah berapa hari nahan gak makan?"
"Apasih sok tahu." Falisha berdecak malas.
"Atau.. lo udah kenal cowok ya? Lagi jatuh cinta?"
"Jangan buat assessment gak jelas gitu deh."
"Kurang ganteng apa sih gue, Is. Perasaan gaya udah oke, duit banyak, perhatian pula." Dengan pedenya Galen mulai menilai dirinya sendiri sambil mencairkan suasana.
"Kurang waras!"
"Ya udah minum." Galen menyodorkan minumannya sembari menatap dalam Falisha.
Falisha mengangguk. Ia menyeruput minuman Galen dengan sedotan sambil menggerutu sebal. Tapi wajah Falisha yang begitu membuat Galen tidak bisa menahan tawanya. "Apa sih? Kaya ga pernah liat gue aja."
"Hahahaha, sumpah gemes banget. Lo terbuat dari apa sih." Galen memegangi perutnya sambil terbahak-bahak.
"Jelly."
"Kenyel dong."
"Rese!" Falisha menggerutu dan memutar bola matanya dengan malas.
•••
Oh ya kali ini perkenalkan ada Elvan Pratama. Cowok berusia 22 tahun, perawakan tinggi, kumis tipis, berkulit putih, gagah, dan yang pastinya setiap Elvan lewat kemana-mana pemilik bola mata berwarna hazel itu pasti menjadi pusat perhatian. Terutama para cewek maksudnya.
Hari ini ia kedatangan tamu. Bunyi bel sudah didengar Elvan sampai 20 kali. Elvan membuka kelopak matanya dan pupil matanya melebar dan kantung matanya terlihat sangat jelas saat ini, itu karena ia baru saja bangun dari tidurnya sehabis begadang semalaman. Ia segera menyibakkan selimutnya sambil berjalan sempoyongan menuju gerbang depan untuk menyambut dengan hangat yang ternyata tantenya dan anak laki-lakinya yang bernama Fiko. Usia Fiko sekitar 18 tahun dan yang pastinya sudah masuk Sekolah Menengah Atas. Sudah bisa dihitung jarak usia Fiko dibawah Elvan adalah 4 tahun.
"Assalamualaikum, Elvan." Salam Tante Nia.
"Waalaikumsalam, Tante. Hoaaammm." Elvan menguap sambil menggaruk-garuk kepalanya "Maaf, Tan. Baru bangun hehehe." Sambil cengengesan ia langsung mencium punggung tangan Tante Nia. Lalu ia membenturkan kepalan tangannya dengan Fiko. "Yuk, masuk."
"Kamu lagi cuti kan, Van?" tanya Tante Nia sambil meletakkan paper bag berisi oleh-oleh untuk Elvan.
"Iya, Tan." Elvan menarik dan membuang napasnya perlahan. "Ayo Tante duduk, aku ke dapur dulu ya."
"Abang, gue ke kamar lo ya. Mau main PS."Ucap Fiko yang langsung berdiri dan memastikan Elvan menyetujuinya. Setelah melihat Galen mengangguk, ia berjalan ke lantai atas menuju kamar Galen.
Elvan sedang di dapur, membuka kulkas dan mengambil orange juice lalu menuangkannya pada gelas khusus untuk Tantenya. Ponselnya berdering karena biasanya jam 09.00 AM Elvan masih menyalakan alarm. Entah untuk apa, katanya hanya iseng saja. Karena biasanya Elvan rajin bangun pagi. Kalo sempat.
Setelah ponselnya disilent dan mematikan alaramnya, Elvan langsung mengambil ponsel dari saku celana pendeknya dan meletakkan ponsel tersebut di atas meja makan. Tanpa aba-aba ia langsung membereskan semuanya dan membawakan minuman tersebut ke ruang tamu.
"Khusus untuk, Tanteku tercinta yang abis jalan-jalan dari Belanda!" Elvan langsung meletakkan minumannya dan menyuguhi makanan untuk Tante Nia.
"Thank's a lot, anak ganteng." Tante Nia memerintah Elvan dengan gerakan tangannya yang menepuk sofa untuk segera duduk di sampingnya.
Kebetulan keluarga Elvan itu ada keturunan dari Belanda, Ayah Elvan seorang pembisnis sekaligus pemilik perusahaan minyak dan gas di kotanya. Sudah pasti itu yang membuat Elvan sibuk dengan dirinya sendiri karena sering ditinggal oleh orang tuanya. Tapi, ia tidak pernah rewel dengan hal itu. Karena ia juga kuliah di luar kota dan yang pasti kalau Elvan di rumah, tantenya juga suka menjenguk ke rumah sekedar menanyakan kabar seperti sekarang ini.
"Mama, Papa sehat, Van?" tanya Tante Nia sambil menyeruput orange juice.
"Sehat, tapi kemarin aku baru dikabarin mereka mau balik ke UK lagi buat urus bisnisnya." Elvan menghembuskan napasnya gusar.
"Kamu gak mau ikut mereka nanti?" tanya Tante Nia dengan penuh kejelasan.
Pertanyaan Tante Nia membuat Elvan berpikir keras. Tubuhnya mematung, tersenyum tipis dan lirih. "Masih banyak yang harus aku perjuangin di sini, Tan." Celetuk Elvan membuat Tante Nia sendiri geli dengan keseriusan Elvan kali ini.
"Cewek?" Tante Nia langsung to the point dan menepuk pelan pundak Elvan. "Jangan karena cewek kamu jadi lupa sama diri kamu ya, Van." Ledek Tante Nia.
"Tante ngeledek nih, aku kenal sama cewek aja gak ada. Ini lagi mikirin cewek, gak banget deh." Ujar Elvan sambil terkekeh geli.
"Van, Tante mau cerita. Kemarin Tante ketemu anak muda. Udah baik, cantik banget deh. Waktu Tante lagi mau bayar buku di toko buku buat Fiko. Tiba-tiba dompet tante ketinggalan di toilet." Tante Nia menatap bola mata Elvan. "Terus akhirnya anak muda itu sampe ngos-ngosan nyamperin Tante, terus dia bilang dia liat Tante sebelum dompetnya ketinggalan. Tapi katanya dia kebelet buang air kecil, akhirnya dia ambil dan pegang dompetnya dulu baru nyari Tante." Lanjutnya.
"Terus gimana, Tan?" Elvan menanggapi dengan serius sambil mengunyah keripik singkong.
"Iya akhirnya Tante bilang makasih dan bilang sama dia kalo tante minta dia jangan pergi, terus Tante bayar dulu bukunya. Niat Tante mau berterima kasih lagi buat kedua kali, dia malah udah ilang duluan. Kayaknya sih ada urusan soalnya sambil angkat telepon gitu. Tapi, Tante nemu barang jatoh di bawah lantai dan kayaknya itu milik dia." Tante Nia langsung mengeluarkan sapu tangan berwarna pink dan menunjukkannya pada Elvan.
Elvan mengambil sapu tangan itu dan langsung melihat-lihat. Ternyata setelah dilihat ia menemukan bordiran berwarna abu-abu dan sepertinya warnanya sudah pudar, tulisannya adalah '@falishavia'. "Wah Tante, kayaknya ini ada nama akun sosial medianya, liat deh." Elvan menunjukkannya pada Tante Nia.
"Masa sih? Coba kamu hubungi." Tante Nia gregetan tidak sabar untuk melihat siapa anak muda perempuan yang ia temui tersebut.
"Sabar ya, kita lihat dulu wajahnya, Tan." Elvan langsung izin menuju dapur karena ponselnya tertinggal di sana dan langsung mencari sosial medianya tersebut dan melihat foto-fotonya. "Ini bener Tan?" tanya Elvan yang balik dari dapur sembari menyodorkan ponselnya.
Tante Nia langsung terkejut, "NAH IYA INI!" Tante Nia sangat senang sekali melihat wajah pemilik akun tersebut. "Kamu hubungi dia ya, Tante gak punya akunnya. Jadi nanti usahakan bawa dia ke Tante ya."
"Aku?" Elvan menganga dan melebarkan bola matanya sambil menunjuk dirinya sendiri, sangat heran.
"Iya, cantik ya anaknya. Udah nanti pokoknya turutin perintah Tante."
Bagaimana caranya bilangnya ke cewek itu?Itu yang hanya ada di benak Elvan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangan Per(Kata)
Teen Fiction"Arti nama Falisha itu kebahagiaan, kalau Elvan artinya apa?" Falisha mengeryitkan keningnya. "Kekuatan." "Apa mungkin setiap kebahagiaan Ais itu berasal dari Elvan?" "Mungkin." Elvan menarik napasnya dalam-dalam lalu dihembuskan perlahan, ia mengh...