Bayangan 1

33 8 6
                                        


Ice cream cone rasa vanilla yang didiamkan cewek itu sudah meleleh berantakan. Falisha Olivia namanya, kali ini ia sedang sibuk memainkan kamera analog miliknya. Hobinya yang satu ini membuat semua yang ada di sekitarnya sedikit dibuat repot dengan tingkahnya. Teman sekaligus sahabatnya ini rela berjongkok dibawah meja sambil menopang eskrim tersebut dari bawah meja demi hasil jepretan yang bagus untuk objek eskrim di hadapannya ini. Ya, Galen namanya.

Si cowok mulai geregetan karena saking lamanya Falisha mendapat jepretan yang menurutnya bagus.

"Dapet!" Falisha tersenyum sumringah sambil memainkan analognya. Bola matanya berbinar tanda bangga dengan hasil jepretannya.

"Ah udah, buat gue ya, laper!" Galen langsung keluar dan berdiri dari meja, ia menjilati eskrimnya rakus sebelum meleleh duluan.

"Galen! Punya gue!" Falisha mendesis sambil mencoba merebut eskrimnya. "Oke oke fine!" Falisha kembali memainkan analognya sambil mengambil foto Galen sedang asyik memakan eskrimnya. "Hahahahaha!" Ia sangat senang sekaligus meledek Galen yang belepotan memakan eskrimnya.

"Bentar mau cuci mulut." Galen langsung menuju wastafel di sudut ruangan dan mencuci mulutnya. Ia langsung berdiri di hadapan Falisha, "Yuk ikut." Galen dengan sigap langsung menarik tangan dan menggendong Falisha dengan penuh semangat.

"Heh! Mau ngapain!" Falisha memukul pundak Galen secara bergantian.

"Dari tadi ngeliat lo kayak orang pengen tapi gak kesampean jadi kasian."

"Malesin."

"Mau eskrim gak?" Ledek Galen.

"Mauuu!" Rengek Falisha.

"Bilang dulu, Galen ganteng." Galen langsung memonyongkan bibirnya 5 cm.

"Galen jelek titik gak pake kuadrat!" Falisha menepuk kedua tangannya dengan semangat. "Ayok jalan!"

Galen tertawa keras karena tingkah Falisha yang satu ini. Itulah Falisha tidak pernah mau mengakui ketampanan Galen. Galen hanya bisa mengelus dada kalau Falisha memang diakui menyebalkan. Tapi Falisha berbeda dari yang lain, intinya tidak seperti cewek kebanyakan di luar sana, hanya Galen yang mengerti.

***

"Len, lo bosen gak sih, kayaknya hidup gini-gini aja, monoton, like gue udah coba lakuin semua yang gue pikir seru. Ternyata lama-kelamaan jadi bosen." Ujar Falisha sambil celingak-celinguk mencari mouse yang hilang, padahal ia baru saja kembali dari kamar mandi untuk buang air kecil.

"Masa sih bosen? Bukannya kalo ada gue gak bakalan bosen?" Celetuk Galen dengan santainya sambil cengengesan sendiri.

"Lo ngumpetin mouse gue ya! Kok ketawa?!" Falisha mencubit-cubit Galen gemas karena melihat tingkah Galen yang mencurigakan.

"Demi dah, kagaaa." Galen merangkul Falisha dari samping dan memaksa Falisha duduk dan sedikit memangkunya.

"Demi apa?" Jebak Falisha.

"Demi kamu." Galen memeletkan lidahnya sambil berlari menghindar dari Falisha. Sampai akhirnya ia lelah sendiri akibat terlalu banyak aktifitas berlari, Galen menyerah mengeluarkan mouse dari kantong celananya dan memberikan mouse berwarna pink milik Falisha.

Falisha tertawa sebal, "Tukang ngibul dasar." Tapi tidak ada sedetik pun Falisha tertawa geli.

"Gimana, lo udah ketawa. Masih ngerasa bosen?" Tanya Galen. "Makanya syukuri apa yang ada di hidup ini, tanpa lo sadari hal-hal yang menurut lo monoton justru yang diinginkan orang lain." Cerocos Galen menasehati.

Falisha mengangguk paham, "Tapi, apa ada orang yang gak pernah ngerasa bosen di hidupnya?"

"Ada, gue." Galen menjawab dengan sangat pede.

"Gimana tipsnya, Kakak."

"Asal sama lo, gak akan bosen." Celetuk Galen.

Falisha menangkap wajah Galen dan menimpanya dengan bantal kecil. Membuat Galen sedikit kehabisan napasnya. "Makanya jangan kebanyakan gombal nanti cepet mati!"

"Nanti kalo gue mati lo kangen." Celetuk Galen lagi.

"Len, pilihin foto eskrim tadi yang bagus." Falisha mulai menatap layar laptopnya kembali. Ia menyipitkan kedua matanya karena cahaya layar lumayan terang dan keadaan ruang tamu Falisha gelap.

"Menurut aku sih, yang ini." Galen menunjuk salah satu hasil jepretan Falisha yang memang begitu cantik dilihat. Meja di gambarnya juga sudah pasti warna pink and white karena itu sarna favorit Falisha dari kecil.

"Idihhh aku, HAHAHAHA." Tawa Falisha pecah saat itu juga.

"Ais, misalnya gue gak ada di dunia ini. Kira-kira lo sama siapa ya? Bisa kayak gini gak ya?" Wajah Galen berubah pucat pasi. Namun, pembawaannya tenang. Galen menghela napasnya, "Tapi, yang pasti gue yakin lo itu selalu bahagia, persis kayak nama dan aura lo. Lo itu selalu bikin setiap orang bahagia kalo liat lo."

"Apa sih, Len! Serem tau ah pembahasannya." Falisha merinding sendiri, tangannya ikut dingin membeku. Jantungnya berdegup sangat cepat seakan ingin mengorek jiwanya untuk keluar dari sana. Hembusan napasnya ikut dingin seperti tatapan Galen saat ini. Falisha takut.

"What do you think?" Galen mempertegas pertanyaannya.

"Ais itu bahagia, akan selalu bahagia. Tapi gak akan ada artinya kalo tanpa Galen. Galen itu yang bikin Ais tenang kalo Ais resah." Falisha menunduk, menelan ludahnya. Kata-kata pertama kali yang Falisha lontarkan dari mulutnya. Egonya berhasil dikalahkan, ia mematung tidak sadar.

"First time, you were honest." Bola mata Galen berbinar. Ia mengangkat satu alisnya dan sebelah bibir atasnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 PM. Galen pamit pulang, Falisha mengangguk paham dan langsung berniat menuntun Galen menuju pintu.

Galen berjalan keluar disusul Falisha. Mereka sudah diambang pintu rumah Falisha, Galen langsung menoleh menghadap Falisha. Galen celingak-celinguk sendiri, "Gak ada orang kan ya." Galen mencomot bibirnya sendiri dengan jarinya yang menguncup dan menempelkan bekasnya pada kening Falisha.

Falisha melongo dan memukul Galen. "Heh!"

"Hehe, jangan tegang ya. Abang pamit dulu, Dede bobo jangan begadang." Galen berlari ke arah motornya sambil cengengesan.

"Abang tahu gejrot kali ah!" Falisha tertawa kecil.

"Dadah Ais yang cantiknya se-planet entok!" Galen langsung pergi melajukan motornya. Batang hidungnya sudah hilang dalam sekejap.

Falisha berdecak, "Gak ada kerenan dikit apa." Gumamnya sambil mengangkat kedua bahunya. Ia menggeleng dan segera menutup pagar, lalu masuk rumah dan menutup pintunya.

Bayangan Per(Kata)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang