Bayangan Per (K a t a)

54 11 5
                                    

Debu-debu berhamburan menghiasi seisi kamar Falisha. Ia baru saja pulang dari luar kota selama seminggu. Jiwa bersihnya mulai mendorong dirinya untuk membersihkan semuanya. Mulai dari sudut sampai ke permukaan ia bersihkan secara detail. Sampai pada buku berjudul 'Dream Catcher' miliknya, ia mengelapnya dengan kain basah agar debu itu menghilang. Sesudahnya ia meletakkan buku itu diatas rak buku berwarna putih kesayangannya.

Falisha menatap barang berwarna putih yang digantung di pintu kamarnya, barang itu terbuat kayu, jaring-jaring yang terbuat dari serat alami atau benang, dan bulu-bulu unggas yang tergantung di bawah lingkaran. Katanya, dream catcher ini dipercaya bisa menangkap mimpi-mimpi baik dan menjauhkan mimpi-mimpi buruk. Tapi Falisha hanya menjadikan itu sebuah pajangan saja, tapi tidak untuk artian yang lain. Setiap kali ia melihatnya, ia jatuh hati pada barang tersebut. Ia mengambilnya dan membersihkan debu yang tidak terlalu banyak. Lalu ia letakkan lagi pada paku yang menggantung di pintu. Sentuhan intens pada bulu unggas membuat Falisha tidak sengaja mencopot satu bulu itu dan sekarang berada di genggamannya.

Cahaya matahari menembus kaca jendela, ia membuka gorden dengan sangat lebar membuat cahaya tersebut lebih banyak masuk. Ini masih pagi dan ia harus cepat-cepat membersihkan semuanya sebelum ia berangkat kuliah ke kampus.

Tanpa disadari, ia menginjak permukaan lantai yang terkena cahaya matahari. "Aww!" Ringisnya kepanasan dan langsung mengangkat telapak kakinya.

Falisha membeku, ia melambaikan tangannya membentuk beberapa macam bentuk pada cahaya itu. Satu bulu yang ia pegang juga ia mainkan di sana. Tembusan hangat cahaya itu memperindah bayangan bulu unggas. Bola mata Falisha berbinar, kuping kanannya berdenging. Ia tersenyum lebar dan tetap berdiri tegap di tempat padam yang tidak terkena cahaya. Bayangan yang menghiasi itu membuat Falisha makin menyadari sesuatu.

Semua hal baik pasti akan mengikuti, sama seperti bayangan yang selalu mengikuti kemana arah kita pergi. Jangan pernah mengecewakan bayangan kalau tidak mau kehilangan.

Falisha bermononolog secara spontan. Bibir tipis yang membentuk lengkungan ke atas berubah menjadi datar. Ia memejamkan matanya merasakan kehangatannya lebih dalam. Sorot matanya memudar, detak jantungnya berdetak lemah, tubuhnya lunglai. Bulu unggas itu terbang tak tahu arah. Kali pertama ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain tidak sadarkan diri.

—————

So, if u happy with this story don't forget to vomment yea!❣️

Bayangan Per(Kata)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang