"Sayang sudah sarapan?" tanya Dewinta pada sang suami yang tengah berada di Surabaya untuk acara seminarnya.
"Ya ini aku sedang sarapan di kamar. Jangan lupa siang ini ambil hasil pemeriksaanmu di rumah sakit" ucap Kevin mengingatkan istrinya.
"Ya aku ingat itu" sahut Dewinta.
"Davina sudah bangun?" Kevin menanyakan putri kecilnya yang berusia tiga tahun.
"Masih tidur pah" sahut Dewinta.
"Aku merindukanmu" ucap Kevin.
"Apaan sih baru kemarin berangkat" tawa Dewinta.
"Nama juga terlalu bucin, tiap mengingatmu aku selalu merasa rindu" ucap Kevin.
"Sudahlah sebaiknya selesaikan sarapanmu agar tidak telat ke seminar" ucap Dewinta.
"Jangan terlalu lelah sayang. Oh ya nanti ke rumah sakit minta temani Mila ya, jangan sendirian, aku khawatir kamu pingsan di jalan seperti yang sudah-sudah" ucap Kevin.
"Baik pak bos" sahut Dewinta.Dan setelahnya mereka pun memutuskan sambungan telponnya.
Siang hari Seorang gadis berambut panjang datang kekediaman Dewinta dia Juniarti Milania atau yang biasa disapa Mila. Dewinta yang tengah bersama Davina tersenyum melihat kedatangan sahabatnya tersebut.
"Hai sayang, lagi apa mamah?" goda Mila pada Davina yang sangat menggemaskan.
"Gue bilang kan siang, kok jam segini lo sudah datang sih" ucap Dewinta.
"Bete gue di rumah" ucap Mila seraya mengambil alih Davina dan memangkunya.Gadis kecil yang sedang aktif-aktifnya tersebut melompat turun dari pangkuan Mila, ia bermain di lantai dan mengacak-acak mainannya sementara sang mama asik berbincang dengan sang sahabat.
"Lo ke rumah sakit mau ngapain?" tanya Mila.
"Ngambil hasil tes" sahut Dewinta.
"Tes apa sih? Lo sakit?" tanya Mila seraya menatap sang sahabat.
"Jadi gue ada keluhan dan beberapa hari yang lalu gue ditemani Kevin cek kesehatan" ucap Dewinta.
"Oh gitu" gumam Mila seraya mengangguk.Keduanya berangkat menuju rumah sakit, semantara Davina dititipkan pada baby sitternya.
Mila memacu mobilnya cukup kencang di tengah jalanan yang cukup sepi di siang itu. Tiba di rumah sakit dan setelah memarkirkan mobilnya keduanya masuk dan menuju sebuah ruangan.
"Silahkan duduk dulu bu" ucap seorang dokter.
"Ya dok" sahut Dewinta.Mila menemani sang sahabat duduk di depan meja dokter. Tak lama seorang perawat datang dan memberikan sebuah amplop.
"Ini amplop hasil pemeriksaan bu Dewinta kemaren, saya buka ya bu" ucap si dokter.
"Ya silahkan dok" ucap Dewinta.Terlihat jelas rasa tak sabar di wajah Dewinta, namun di sana juga terlihat gurat kekhawatiran.
Wajah dokter Riska berubah kaku kala melihat hasil pemeriksaan istri teman seprofesinya tersebut.
"Bagaimana dok?" tanya Dewinta.
"Hasilnya..." dokter Riska terlihat ragu untuk menjabarkan hasil kesehatan pasiennya itu.
"Jadi hasilnya ibu Dewinta mengidap Osteosarcoma atau yang biasa disebut dengan... kanker tulang" ucap dokter Riska.
"Kanker dok? Kanker tulang?" Dewinta kaget begitu pun dengan Mila yang mendengarnya, keduanya terlihat shock.Mila mengusap punggung sang sahabat berusaha menguatkan dan menenangkannya.
"Ini gak mungkin. Stadium berapa dok?" ucap Dewinta bersama dengan air matanya yang luruh.
"Ibu Dewinta terlambat menyadari dan memeriksakan diri, sudah masuk stadium tiga bu" ucap dokter Riska.
"Ya Tuhan, astaga" Dewinta benar-benar shock mendengarnya.Perempuan berambut sebahu itu merasa tak berdaya dan merasa belum siap jika harus dipanggil yang maha kuasa, ia tak siap jika harus meninggalkan suami dan anaknya yang masih sangat kecil.
"Lalu apa yang harus Dewinta lakukan dok? tolong beritahu pengobatan terbaik untuk sahabat saya" ucap Mila yang juga menitikkan air matanya.
"Boleh, tapi akan lebih baik kalau bu Dewinta bicara dengan dokter Kevin dulu, mungkin dokter Kevin sebagai suami bu Dewinta bisa memilih pengobatan terbaik untuk ibu" ucap dokter Riska.
"Saya minta tolong dok, saya mohon jangan katakan apa pun pada suami saya, biar saya sendiri yang memberitahunya" ucap Dewinta.
"Baik bu" angguk dokter Riska.Dewinta dan Mila meninggalkan ruangan dokter Riska, Mila merangkul sang sahabat memberinya kekuatan.
"Gue tau lo orang yang kuat Wi, gue yakin lo akan sembuh" ucap Mila menguatkan sahabatnya.
"Gue takut Mil gue gak siap untuk semua ini. Gue gak siap jika harus meninggalkan orang-orang yang gue sayang, suami, anak dan orang tua gue" isak Dewinta.Mila memeluk erat sang sahabat.
"Enggak, lo gak akan ke mana-mana Win, lo akan terus di sini dan bersama kami" ucap Mila yang masih memeluk erat sahabatnya.
---
Dua hari kemudian Kevin pulang dari Surabaya, pria itu terlihat bahagia ketika memasuki rumahnya.
"Sayang, aku merindukanmu" Kevin memeluk dan mengecup kening Dewinta.
"Aku juga" sahut Dewinta, ia mengusap pipi sang suami dan menatap wajah tampan pria itu.Dewinta menatap seksama sang suami seolah begitu takut untuk meninggalkannya.
"Kenapa sih? Oh ya bagaimana hasil pemeriksaanmu? Semua baik?" tanya Kevin.
"Hm... Ya baik, tidak ada yang mengkhawatirkan sayang" sahut Dewinta.
"Syukurlah, lalu bagaimana dengan bengkak di pahamu? dokter Riska bilang apa?" tanya Kevin lagi.
"Oh itu gapapa yank, aku baru ingat kalau beberapa hari yang lalu aku sempat kejedot meja" bohong Dewinta.
"Tidak sedang berbohong?" Kevin menatap sang istri.
"Apaan sih kamu, buat apa aku bohong. Ya sudah sana temui Davina di kamar, beberapa hari ini dia selalu mencarimu" ucap Dewinta seraya mengalihkan pembicaraan.
"Ah gadis kecilku" Kevin tersenyum kala mengingat putrinya tersebut, ia kemudian berlalu pergi ke kamarnya menemui putri tercintanya.❤❤❤
Bab 1
26 okt 2021