Bab 2

633 88 6
                                    

Mila berdiri di pintu kepulangan bandara Soekarno Hatta, ia tengah menanti sang kekasih yang sore ini pulang dari dinasnya. Senyum di bibir Mila terbit kala ia melihat sang pujaan hati berjalan ke arahnya sambil menarik sebuah koper. Sama seperti Mila maka pria bernama Raja itu pun tersenyum pada sang kekasih, terlihat gurat kerinduan di wajahnya.

Raja memeluk dan mengecup kening kekasihnya tersebut seraya membisikkan kalimat rindunya.

"Aku merindukanmu" bisik Raja.
"Aku juga" sahut Mila tersenyum.
"Yuk antar aku pulang" pinta Raja.

Keduanya menuju mobil, sebelum menuju apartemen Raja mereka lebih dulu mampir di sebuah rumah makan masakan padang, membeli makanan untuk nanti mereka makan bersama di apartemen.

Tiba di unit apartemen keduanya masuk, Raja membawa masuk kopernya ke kamar sementara Mila menuju dapur membawa bungkusan makanan yang tadi dibelinya lalu menyiapkannya di piring dan membawanya ke meja makan.

Setelah membersihkan dirinya di kamar mandi yang ada di kamarnya Raja kemudian bergabung dengan sang kekasih di ruang makan.

"Yuk makan" ajak Mila.
"Yuk" angguk Raja.

Di tengah acara makannya tersebut keduanya berbincang banyak hal seperti kegiatan yang mereka kerjakan, hingga akhirnya mereka membahas kisah asmaranya.

"Sayang... bagaimana kalau kita menikah" ajak Raja.
"Bercanda kamu" tawa Mila.
"Aku tidak sedang bercanda, aku serius. Aku mau seperti teman-temanku, punya keluarga, punya istri dan anak, punya tempat untuk aku pulang" ucap Raja.
"Kamu serius?" tanya Mila.
"Tentu saja, sudah cukup rasanya empat tahun ini. Dan mari kita akhiri hubungan ini dengan penutup yang manis, yaitu sebuah pernikahan. Mila... will you marry me?" ucap Raja.
"Yes... i will, aku mau" sahut Mila.

Keduanya saling berpelukan dan mencurahkan kebahagiaannya.

"Secepatnya aku akan bicara pada orang tuaku untuk berkunjung ke rumahmu dan melamarmu secara resmi sayang" ucap Raja.
"Ya nanti aku akan bicarakan pada mama dan papa tentang niat baikmu" sahut Mila tersenyum.

---

Seminggu kemudian Mila berkunjung ke kediaman Dewinta, ia ternyum kala melihat gadis kecil yang tengah berlari ke arahnya.

"Davina" teriak Mila lalu menggendong gadis kecil itu.
"Aunty" Davina pun girang kala sahabat mamanya itu datang bertamu.
"Dewinta mana mba?" tanya Mila pada baby sitter Davina.
"Ibu ada di kamar mba, sedang istirahat" ucap baby sitter itu.
"Oh baik, saya ke kamarnya ya" Mila ke kemudian menurunkan Davina dari gendongannya.

Setelah mengetuk pintu kamar sang sahabat Mila kemudian masuk, ia tersenyum pada Dewinta dan begitu pun Dewinta yang terlihat senang ketika melihat kedatangan Mila.

"Win... Gimana kondisi lo? Sudah bilang ke mas Kevin? Sudah mendapat pengobatan terbaik?" tanya Mila seraya menghampiri Dewinta dan duduk ditepi ranjang.
"Gue gak bilang apa pun ke Kevin, gue gak mau menambah kepikirannya" ucap Dewinta seraya bangun dan duduk bersandar di kepala ranjangnya.
"Tapi Win... Dia harus tau, bagaimana pun keadaan lo dia berhak tau, dia suami lo. Dia juga dokter, dia bisa memilihkan pengobatan terbaik untuk lo. Ayolah Win... Jangan pesimis seperti ini, lo bilang gak ingin meninggalkan suami dan anak lo, tapi kenyataannya lo hanya diam ditempat seperti ini, bagaimana caranya lo bisa sembuh kalau lo sendiri gak berusaha untuk mendapat kesembuhan itu" ucap Mila seraya menggeram.

Dewinta terdiam, ia pikir apa yang Mila katakan ada benarnya, dan pikirnya secepatnya ia akan memberitahu suaminya.

"Oh ya gue punya berita bahagia" ucap Mila seraya tersenyum cemerlang.
"Buat gue gak ada yang lebih membahagiakan selain lo dilamar Raja" ucap Dewinta.
"Hm ya minggu lalu gue dilamar" ucap Mila tersenyum simpul.
"Astaga yang bener lo Mil? Serius?" tanya Dewinta.
"Hm" angguk Mila.
"Kok baru bilang sekarang?" omel Dewinta.
"Maaf... dan minggu depan Raja dan keluarganya mau datang ke rumah buat melamar gue secara resmi" ucap Mila dengan raut bahagianya.
"Ahh... Akhirnya... Gue ikut bahagia Mil" Dewinta memeluk erat sang sahabat.

Pintu kamar kembali terbuka terlihat Kevin masuk, pria tampan itu baru saja pulang. Ia nampak kaget dan tersenyum melihat Mila ada di kamarnya.

"Mila kamu di sini?" sapa Kevin.
"Iya sengaja datang mengunjungi istrimu mas" ucap Mila.
"Oh begitu" angguk Kevin.
"Kamu tau yank, Mila dilamar Raja" ucap Dewinta dengan raut bahagianya.
"Benar itu Mil?" tanya Kevin, terlihat raut kekecewaan di wajah pria itu.
"Ya" angguk Mila dengan senyum simpul.
"Selamat ya" ucap Kevin.
"Aku keluar ya mau main sebentar sama Davina" ucap Mila, ia merasa tak nyaman berada di kamar itu terlebih ada Kevin di sana.

Tinggallah di kamar itu Dewinta dan Kevin. Kevin mengecup kening istrinya dan tersenyum.

"Kamu kenapa?" tanya Dewinta.
"Gapapa, ya sudah aku mandi dulu" ucap Kevin.

Usai mandi dan mengenakan pakaian santainya Kevin kembali menghampiri sang istri.

"Apa ini?" tanya Kevin begitu Dewinta memberikan sebuah amplop hasil pemeriksaannya kemarin.
"Bukalah, dan aku harap kamu bisa berlapang dada" ucap Dewinta.

Bagai disambar petir di siang hari Kevin begitu kaget melihat kesehatan istrinya tersebut.

"Kanker? Kanker tulang stadium tiga?" Kevin terpaku dengan air matanya yang menggantung.
"Ya... Aku kanker" ucap Dewinta yang dapat menahan kesedihannya lagi.
"Kemaren kamu bilang semua baik-baik saja, kenapa kamu bohong Win" omel Kevin.
"Maaf, aku hanya gak mau menambah beban pikiranmu" isak Dewinta.
"Astaga, beban? Beban apa? Kamu sama sekali bukan beban" Kevin meraih sang istri dan merangkulnya.

Keduanya saling memeluk memeberi kekuatan.

"Besok aku akan hubungi kenalanku, kita pilih pengobatan terbaik untukmu" ucap Kevin.
"Hm" angguk Dewinta.

❤❤❤

2
27 okt 2021

Cinta Balas BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang