Bab 6

865 101 7
                                    

Raja tentu kaget dan tak mengira dengan pernyataan tunangannya tersebut.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Raja.
"Aku... Aku sudah menikah dengan pria lain" Mila tertunduk dan tak mampu menatap Raja.
"Jangan bercanda sayang. Kamu mau ngeprank aku?" Raja tertawa.
"Aku tidak sedang bercanda Raja. Aku serius" ucap Mila.

Raja menatap Mila dengan seksama dan terlihat keseriusan di wajah perempuan cantik itu.

"Hari itu sebelum menutup matanya Dewinta minta satu hal padaku, hal yang jujur berat bagiku melakukannya. Dia menitipkan suami dan anaknya padaku, dia minta aku untuk menikah dengan mas Kevin" perlahan Mila mejelaskan.
"Apa? Apa aku gak salah dengar? Dewinta? Apa-apaan dia? Dan kamu melakukannya? Menikahi Kevin?" geram Raja.
"Biar aku jelaskan dulu" ucap Mila.

Raja mendengus marah, Mila pun menjelaskan secara terperinci bagaimana akhirnya hingga ia menikah dengan Kevin demi memenuhi permintaan terakhir Dewinta.

"Keluarganya memaksaku demi keingnan terakhir Dewinta, mereka mengingatkan soal hutang budi, soal banyak kebaikan mereka pada kami hingga akhirnya aku terpaksa menuruti permintaan mereka" Mila tertunduk, ia tak mampu menatap wajah Raja.
"Jadi... jadi kamu sudah menikah dengan Kevin?" tanya Raja pelan, terlihat kesedihan di wajahnya.
"Ya, kami menikah di ruang perawatan Dewinta ketika itu" sahut Mila.
"Lalu bagaimana dengan aku Mil? Dengan hubungan kita? Dengan rencana pernikahan kita?" tanya Raja, ia berusaha keras menahan emosinya.
"Aku..."
"Bagaimana aku menjelaskan semua ini pada papa dan mamaku, apa harus aku membuat mereka kecewa dengan pernikahan yang gagal ini" Rendra mengusap wajahnya kasar ia terlihat frustasi.
"Aku... Aku minta maaf, aku gak bisa menolak permintaan Dewinta dan keluarganya" Mila menitikkan air matanya.
"Kamu sebenarnya cinta gak sih Mil sama aku? Kenapa begitu mudahnya kamu menikahi si Kevin itu?" teriak Raja, ia sudah tak bisa mengontrol emosinya lagi.
"Kamu gak percaya aku? Aku mencintai kamu yank, aku pun gak menginginkan ini terjadi, tapi aku gak punya daya untuk menolaknya" isak Mila.
"Kamu jahat Mil, pergi dari sini" geram Raja.
"Aku minta maaf yank" isak Mila.
"Pergi Mila, pulanglah" usir Raja.
"Mas..."
"Pergi Mila" teriak Raja marah.

Mila mengambil tasnya dan segera keluar dari unit apartemen Raja. Berjalan gontai dan dengan terisak-isak perempuan itu menuju basement.

Tiba di rumahnya Mila mendapat tatapan dari kedua orang tuanya yang telah menunggunya.

"Mila..."
"Aku baru jemput Raja pulang dinas mah" ucap Mila seraya mendaratkan pantatnya di sofa ruang keluarga.
"Jemput Raja? Kamu bicara dengannya?" tanya Marta -mamanya Mila-.
"Iya mah" angguk Mila.
"Dia marah?" tanya Herawan -papa Mila-.
"Sudah jelas pah, Raja sangat marah. Dia bilang aku jahat, ya aku memang jahat padanya" isak Mila.

Herawan menarik sang putri memeluknya erat dan memberi semangat.

"Aku juga gak menginginkan ini pah, andai bisa aku gak mau menikah dengan mas Kevin, aku gak mencintainya" isak Mila.
"Maaf... Maafkan kami sayang, kami punya andil besar atas semua ini. Andai kita tidak punya hutang budi dengan keluarga Dewinta mungkin gak akan seperti ini jadinnya, maafkan papa nak" ucap Herawan.
"Sudahlah pah mungkin ini sudah jalan hidupku" ucap Mila seraya mengusap air matanya yang jatuh.
"Nanti mama papa akan menemui keluarga Raja, kami akan bicara pada mereka dan minta maaf untuk semua ini" ucap Marta.
"Ya sudah masuklah ke kamarmu dan istirahatlah" ucap Herawan.

Mila terbangun kala mendengar dering handphonenya, ia mendengus begitu melihat nama si penelpon dengan kesal Mila menerima panggilan itu.

"Kamu mengganggu tidurku?" sahut Mila.
"Maafkan aku Mil, andai tidak terdesak aku gak akan menghubungimu" ucap Kevin diujung sana.
"Ada apa?" tanya Mila, sekilas ia mendengar tangisan anak kecil dan ia yakin itu tangisan Davina.
"Davina lagi rewel, biasanya Dewinta selalu punya cara untuk membujuknya, tapi sekarang..." ucap Kevin terputus.
"Kamu mau aku ke sana?" tanya Mila.
"Kalau kamu gak keberatan" ucap Kevin.
"Ok aku jalan sekarang" ucap Mila.
"Minta antar supir ya, ini sudah larut malam, aku gak mau kamu kenapa-napa" ucap Kevin.
"Gak usah sok peduli" ucap Mila yang kemudian mematikan sambungan telponnya.

Mila segera bersiap, setelan menjelaskan dan berpamitan pada orang tuanya Mila pun segera menuju kediaman Kevin dengan diantar supirnya.

Tiba di rumah itu ia segera menuju kamar Davina, Dsi kecil itu segera berlari dan memeluk Mila begiti melihat kedatangan sahabat mamanya tersebut.

"Aunty kata papah mamah gak pulang, mamah pergi" isak Davina.
"Papah bilang begitu?"
"Hm" Davina mengangguk.
"Mamahnya Davina sekarang sudah gak sakit lagi, sudah tenang sama Tuhan. Sekarang tugas Davina adalah mendoakan mamah, Davina mau mamah bahagia kan? Yuk kita doakan mamah bareng-bareng" ajak Mila.

Usai mendoakan Dewinta Mila kemudian mengajak putri sambungnya tersebut untuk tidur.

"Aunty... Bobo di sini ya, temenin Davina" pinta Davina.
"Iya aunty Mila akan bobo di sini temenin Davina malam ini malam besok dan malam seterusnya, aunty akan tinggal di sini sama kita" Kevin bersuara.

Mila melotot tajam mendengar ucapan Kevin.

"Beneran aunty, gak bohongkan?" ucap Davina girang.
"Tentu saja, mana mungkin aunty Mila bohong" ucap Kevin.

Tak lama Davina terlelap pulas, begitu pun dengan Mila yang juga ikut terlelap di samping putri sambungnya tersebut. Kevin menatap keduanya dan tersenyum, ia kemudian mengecup pipi dua perempuan tersayangnya itu lalu meninggalkannya ke kamarnya.

❤❤❤

6
1/11/2021

Cinta Balas BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang