32

2.5K 271 11
                                    
















Setelah selesai bersiap siap, Aran keluar dari kamarnya. Sebelum pergi ia menjumpai mamahnya dan juga Mira yang berada di ruang tv.

"Mah, kak aku pergi keluar bentar ya"

"Mau kemana dek?"tanya Mira.

"Ada lah, kepo banget sih"

"Dih!"sahut Mira.

"Ya udah, hati hati ya, jangan pulang malam malam"ujar Shani.

"Oke mami ku yang cantik"

Setelah berpamitan, Aran keluar menuju mobilnya, ia menjalankan mobilnya di atas kecepatan rata-rata.

Jujur saja, ia sangat penasaran dengan siapa yang menyuruh ke bar malam malam.

Aran meraih ponselnya, ia menekan nomor Chika, hanya sekedar untuk meminta izin kepada Chika, kalau ia akan pergi ke bar' malam ini.

Tapi lihat lah, Chika sama sekali tak mengangkat telfonya, entah kemana gadisnya itu pergi.

Tak berapa lama Aran sampai di tempat Bar yang di tuju. Ia turun dari mobilnya. Ia melirik ke arah jam tangannya yang menunjukkan ke angka jam delapan malam.

+62••••••••••

Gw udah ada di bar yang lo suruh|

|Masuk

Aran memasukan handphonenya ke dalam saku celananya. Ia berjalan menuju bar itu. Jujur saja, Aran tak suka dengan suara bising yang di timbulkan dari musik yang sangat keras di dalam bar itu. Apa lagi Indra penciumannya, mencium bau alkohol. Di sana juga ia melihat wanita wanita malam yang berjoget ria menggunakan baju yang menurutnya kekurangan bahan.

"CK! Ngepain sih tuh orang nyuruh gw ke sini!"gerutu Aran kesal.



Ceting!


Aran mengambil handphonenya, ia melihat pesan baru dari orang yang menyuruhnya pergi ke bar ini.

+62••••••••••

|Pergi masuk ke dalam!

Aran mendengus kesal membaca pesan itu. Ia pun berjalan masuk ke tengah kerumunan orang-orang. Sesekali ia di goda oleh wanita malam yang berada dalam bar itu. Dengan kekuatan imannya, ia menolak mentah mentah wanita malam itu.

+62••••••••

|Teruslah berjalan, sampai kau menemukan seseorang yang sangat kau sayangi


Aran semakin di buat bingung oleh orang misterius itu. Karena tingkat penasaran yang tinggi, Aran terus berjalan masuk ke dalam tanpa ada rasa curiga.

Oke, sekarang ia sudah berada di tengah tengah ruangan bar itu. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sangat ia sayangi, tapi siapa?.

Aran terus mengelilingi ruangan bar itu, dan tak sengaja matanya melihat seseorang yang berhasil membuatnya jatuh cinta kepadanya. Aran tertawa hambar melihat itu. Miris sekali perjalanan cintanya itu.

Seseorang menepuk pundak Aran, Aran mengalihkan pandangannya ke arah sampaing. Ia sedikit terkejut dengan adanya Jinan di bar itu. Apakah dia orang yang mengirim pesan untuk datang ke sini.

Jinan menatap Aran sambil tersenyum miring, lalu ia memalingkan pandangannya ke arah Chika yang sedang beradu bibir dengan Reza.

"Hhhaaaaa... Gw udah pernah bilang jangan jatuh cinta ke Chika, dia cuman cinta sama Reza doang"ujar Jinan terkekeh kecil.

"..."Aran tak menjawabnya ucapan Jinan. Pandangannya masih melihat ke arah Chika, hatinya sangat sakit melihat orang yang ia sayangi bermesraan dengan orang lain.

"Lo itu bodoh, dengan gampangnya jatuh ke perangkap Chika"kekeh Jinan.

"Lo yang ngirim gw pesan untuk ke sini?"tanya Aran.

"Maybe"

Aran berjalan meninggalkan bar itu, ia menuju ke arah mobilnya, tapi langkahnya terhenti saat Jinan memegang tangannya.

"Apa?"

"Jangan pernah terpuruk atas kejadian ini, dan juga jangan nangis buat Chika. Karena dia ga pantes lo tangisi"

"..."

"Ada aku, yang selalu tulus sayang sama kamu"ujar Jinan menggenggam erat tangan Aran.



***




Tiga hari setelah kejadian itu, Aran, ia berubah menjadi sosok yang dingin seperti dulu. Tetapi tidak kepada Jinan dan teman temannya. Ia tampak sangat ramah dan banyak bicara.

Bahkan, Chika sendiri saja ia hindari, karena ia benar benar tidak Sudi lagi berurusan dengan gadis itu.

Kali ini, Aran dan Jinan berangkat ke sekolah bareng. Di koridor mereka berdua bercerita sambil tertawa bersama.

"Eh! Kemarin, kamu tau ga, kan aku di minimarket tuh, mau beli jajan kan, terus bawa uang 50 ribu, terus aku milih dong jajan nya. Pas sampai di kasir, mau tau ga?"

"Kenapa?"tanya Jinan.

"Kata mbak mbak kasirnya, total belanjaannya semuanya 65 ribu"

"Lah kurang dong"kekeh Jinan.

"Nah itu, terus mau balik ke rumah kan ambil uang dulu, tapi ada Abang Abang bilang gini. Saya aja yang bayar kurangnya gitu. Sumpah nan, gw jatuh cinta pandangan pertama sama Abang itu" kekeh Aran dan Jinan.

"He! Mau nikah sesama jenis"

"Enggak lah, Gilak banget"

Tiba tiba langkah Aran dan Jinan terhenti saat Chika berada di hadapan mereka. Chika menatap tajam ke arah Jinan, mungkin ia tak suka jika Aran berdekatan dengan Jinan.

Aran menggandeng tangan Jinan untuk melewati Chika, namun lagi lagi langkahnya terhenti saat Chika menggenggam tangannya.

"Lepas"desis Aran.

"Seharusnya kamu yang lepas tangan kamu dari Jinan!"

"Emang lu siapa ngatur ngatur gw?!"

"Kamu kenapa sih ran?"

Aran terkekeh kecil."lo yang kenapa!, Asal lo tau ya, gw udah muak liat muka lo!"

"Kamu kenapa sih, kok jadi bentak bentak"

Aran menghela nafasnya, ia menoleh ke arah Jinan. Jinan hanya menganggukkan kepalanya, lalu Aran melepaskan genggaman tangannya dari lengan Jinan. Setelah terlepas, Jinan pergi meninggalkan Aran dan Chika.

"Ikut gw!"ujar Aran menarik lengan Chika menuju taman belakang sekolah.

"Kamu ngepain tadi deket deket sama Jinan, aku ga suka ya"

"Kenapa?"

"Aku pacar kamu Aran, aku ga suka milik aku di sentuh sama yang lain!"

Aran terkekeh."pacar?. Sorry gw ga mau punya pacar modelan kayak lo"

"Aran! Kamu kenapa sih! Kamu kayak gini pasti gara gara Jinan kan!"

"Ga usah bawa bawa Jinan ke masalah ini!"

"Terus kenapa Aran..."ujar Chika, pipinya sudah basah karena menangis.

"Reza Syaputra. Semalam dia udah puas kan nikmati tubuh kamu"jawab Aran berbisik kepada Chika.

Chika membulatkan matanya, bagaimana bisa Aran mengetahui tentang Reza. Dan semalam, apa Aran tau kalau ia berasa di bar?.

"Kenapa diem? Udah lah Chik, gw muka sama lo, mulai hari ini gw dan lo, ga ada hubungan apa apa lagi!"desis Aran lalu ia meninggalkan Chika sendiri.

Chika menjatuhkan dirinya ke tanah, ia menangis, entah lah, kenapa ia tak mau Aran pergi darinya. Chika merasa sangat nyaman sama Aran, Aran yang selalu bersikap baik kepadanya, selalu sabar kepada sikap random nya itu. Kalau di lihat lihat, Aran itu adlah laki laki sempurna, namun hanya saja ia salah memilih wanita.



















TBC...

He Is My Aran (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang