Putra mahkota beserta rombongan memutuskan untuk menghentikan perburuan dan kembali menuju istana. Hal yang tak terduga pun terjadi. Semua orang terkejut kala mengetahui putra mahkota menyuruh seorang pelayan untuk naik kuda bersama. Seperti biasa, Haewon tak bisa berkutik. Namun semakin lama ia merasa senang dan berharap lebih pada Wijaya. dan saat itu pula ia sadar akan perasaannya pada putra mahkota.
"Jeoha, kenapa anda mengurungkan niat untuk berburu? Kenapa anda tak takut jika anda menjadi gunjingan para bawahan anda?"
"Kenapa pula aku harus takut. Mereka hanya seorang prajurit. Aku tak mempedulikan apapun yang mereka katakan. Sama seperti sekarang, aku sama sekali tak peduli sekalipun mereka semua berpikir bahwa kita mempunyai hubungan spesial"
"Bolehkah saya tau, kenapa saya harus naik kuda bersama anda. Sebenarnya saya juga bisa berjalan kaki seperti pelayan yang lainnya. Jika sikap jeoha terus seperti ini, maka hal itu bisa berdampak pada diri saya sendiri"
"Apa yang kau takutkan Haewon a?"
"Saya takut menjadi gunjingan pelayan lain di istana nanti. Mereka semua pasti tak akan diam jika melihat hal seperti ini"
"Siapapun yang menggunjing dirimu, maka akan aku pastikan mereka dihukum dan dikeluarkan dari istana"
Sesaat setelah itu, mereka hanya diam. Putra mahkota fokus menunggangi kuda. Sementara sang pelayan itu terdiam dengan perasaan gundah yang ada di dalam hatinya. Sikap putra mahkota yang kerap kali perhatian, membuatnya semakin yakin bahwa ia sudah jatuh cinta pada putra mahkota.
Setengah jam berlalu, dan rombongan sudah sampai di istana. Semua orang bahkan para warga menyambutnya dengan penuh hormat. Begitu putra mahkota masuk, ia melihat sang ibu menyambut dengan senyuman lebar terlintas dibibir manisnya. Seja Kwan berlari dan langsung memeluk sang ibu.
"Bagaimana dengan perburuan kali ini putraku. Apakah semuanya berjalan dengan lancar?"
"tentu saja ibu. Hari ini begitu menyenangkan. Oh iya hampir lupa...." Putra mahkota membawa sang ibu menuju ke sebuah gazebo yang ada di istana. Pria itu menaruh kotak makanan itu disana.
"Saya membawakan goldongban yang sangat lezat. Saya harap anda menyukainya"
"Goldongban?" Haeryoung melihat makanan dihadapannya "bukankah kau tak begitu menyukai goldongban...."
"Hanya saja, sekarang saya lebih menyukainya...."
Sang ratu melihat senyuman putranya itu yang sangat tulus. Bahkan ia sempat berpikir apakah putra mahkota memilikki wanita yang dicintainya.
Haeryoung sudah memakan sesuap urap itu "hm, ini adalah goldongban terenak yang pernah ibu makan" ratu merebut sendok dari tangan putranya, dan ia memakan sendiri dengan begitu lahap. Namun sesaat kemudian ia merasakan ada hal yang aneh. Rasa dari makanan ini sungguh familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanyang Flower
Teen FictionPutra mahkota yang jatuh cinta pada seorang dayang Info : cerita ini aku karang sendiri. Semua hal yang ada di dalam cerita ini hanyalah karangan belaka. Jika ada kesamaan nama tempat ataupun kejadian, mohon maaf yang sebesar-besarnya, tidak ada uns...