Ch. 1 : Reinkarnasi

729 49 21
                                    

Suara-suara peperangan dalam sekejap tak terdengar lagi, diganti menjadi suara kedamaian dan ketenangan yang membuat hati merasa nyaman.

Jiwa batu pertama kali merasakan ketenangan yang dia impikan selama ini, dia merasa senang dan tidak ada penyesalan lagi di hidupnya, walaupun sekarang dia sudah mati menjadi Jiwa.

Bagaimanapun juga, dia merasa senang dan kesenangannya hingga tidak bisa tergambarkan dengan jelas.

Bahkan, ketika dia baru lahir dia dihadapkan dengan kenyataan bahwa seluruh dunia tengah berperang memperebutkan Kekuasaan, Kekayaan serta Kejayaan yang membuat hidupnya tidak nyaman.

Sejak saat itu, sejak saat dia menyadari bahwa dia harus merubah konsep dunia ini menjadi dunia yang penuh dengan kedamaian. Dia berjuang, berperang dan melawan demi apa yang dia inginkan dari kecil.

Semuanya telah terwujud. Dia tidak menyesal saat dia mati, justru dia merasa senang karena telah menjadi seseorang yang berguna. Dia benar-benar merasa bangga terhadap dirinya sendiri setelah apa yang dia lakukan.

Namun apa..? Jika dia mati, dia tidak bisa melakukan apapun lagi. Ya, ini sedikit membuatnya kesal walaupun dia saat ini sedang bahagia.

Saat sedang menikmati suasana penuh ketenangan ini, dia melihat di ujung kegelapan terdapat cahaya yang bersinar terang. Sinar yang begitu terang dan indah, membuatnya tanpa sadar bergerak menuju ke sana.

Saat dia mendekati dan sangat dekat dengan cahaya itu, dia terserap dan pandangannya menjadi sangat terang hingga dia tidak bisa melihat apapun lagi dengan jelas.

---

Makhluk kuat dan penuh dengan Tekanan Agung, sedang menatap Jiwa dihadapannya saat ini.

"Di... Mana?" Jiwa tersebut merasa kebingungan, tapi dia sekarang merasa lebih nyaman daripada sebelumnya.

Makhluk kuat itu mencoba tersenyum setulus dan sebaik mungkin, lalu berkata. "Kamu sedang berada di Alamku, Jiwa Terhormat."

"Alammu? Apaan ini? Dan siapa kau..?" Bukannya merasa lebih baik, Jiwa itu malah tambah kebingungan.

"Singkatnya, aku lah yang memanggilmu ke sini. Niatnya aku ingin menenangkanmu, tapi sepertinya tidak perlu karena dirimu sudah tenang dan.. dapat menerima kenyataan ini."

"Ah, maksudmu aku mati? Ya, aku menerima itu. Hanya orang yang siap mati yang mampu mewujudkan impiannya. Jadi jika suatu saat aku mati, aku tidak kaget lagi." Jiwa itu menjawab dengan nada santai.

"Ahaha. Bagimu mungkin sangat sepele, tapi tidak banyak orang yang bisa tenang dihadapkan dengan situasi ini. Mengesampingkan itu, aku lah yang membawamu ke sini."

"Bukannya aku yang ke sini karena kemauanku? Hemm... Tunggu, apa kau Dewa?" Jiwa itu sangat yakin bahwa dia merasakan dan melihat Aura Agung yang terpancar dari Makhluk di depannya.

"Benar. Yang kamu lihat saat ini lah aku, Makhluk Dewa. Aku tidak memiliki wujud pasti, jadi setiap orang dapat melihat aku dengan bentuk yang berbeda-beda."

"..." Jiwa itu terdiam dan tidak berkata-kata lagi.

Dewa hanya menunggu Jiwa didepannya berbicara kembali, karena dia tahu bahwa saat ini Jiwa di depannya ini sedang menenangkan diri.

Salah... Sebenarnya, Jiwa saat ini sedang menahan tawanya untuk tidak tertawa karena di dalam pandangannya, Dewa di depannya berbentuk Senapan. Aneh jika Senapan di depannya bisa berbicara, makanya dia langsung menyebut "Dewa" tadi.

Karena Jiwa adalah bentuk Astral Manusia, jadi Jiwa tidak memiliki ekspresi dan mulut selain bentuk yang menyerupai Manusia pada umumnya. Makanya si Jiwa tidak ketahuan kalau saat ini dia sedang menahan tawanya.

Mushoku Tensei : Desire to changeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang