Antara Kebimbangan dan Keputusasaan

8 5 0
                                    

Kalau boleh, malam ini aku ingin berdialog dengan diri sendiri. Antara kebimbangan dan keputusasaan. Aku merasa terpuruk, pun terluka, berdarah, terseok-seok oleh logika yang entah kemana. Pikirku hilang terbawa belalang, rumput-rumput liar, tetesan air hujan, pun sawang-sawang perkotaan. Menaruh harap, tapi memberi dampak kepesimisan.

Aku pesimis, merasa tidak berarti, hilang arah dan akan terganti. Terlalu banyak kehilangan membuatku merasa tidak lagi berarti. Bukan hanya kamu yang berpikir aku mati, pun aku merasa tak lagi hidup dengan benar di permukaan bumi ini. Bayang-bayang keputusasaan terus menghantui, membuatku terjaga pada setiap malam-malam gelap, suram.

Aku tidak berarti? Apa benar aku tidak berarti? Apa guna aku masih ada di bumi ini jika aku tidak berarti? Menambah kesengsaraan? Menambah keputusasaan? Kegilaan? Kejutan besar apa sebenarnya yang sedang menungguku diujung jalan sana? Aku hilang arah, apa aku akan bisa mencapai ujung jalan dengan baik-baik saja? Tentu tidak! Aku ini sudah gila. Air mata terus saja membanjiri. Aku bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya sedang aku tangisi. Hanya saja, semua terasa berat. Kebimbangan dan keputusasaan ini menyengsarakan.

BAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang