Sebuah bunga mawar yang berwarna putih perlahan berubah menjadi hitam ...
***
Ada seorang anak kecil yang lahir tanpa sosok ayah yang menyambutnya ke dunia. Dia dirawat dan tumbuh besar oleh karena sosok ibu yang selama ini menerima kehadirannya.
Saat masih balita, ia tidak tahu apa-apa. Dia tetap tertawa dan selalu tersenyum sepanjang waktu. Semua kebahagiaan ia rasakan, mulai dari dibelikan mainan berupa boneka maupun selalu makan makanan enak yang disajikan ibunya.
Tentu saja, terkadang kebahagiaan akan sirna. Kebahagiaan anak itu luntur saat ia mendapatkan banyak kenyataan pahit tentang hidupnya.
Saat mulai bersekolah, di sanalah ia mengenal dua kata yang selalu membuatnya tertekan dan meneteskan air mata.
Tentang "Anak" dan "Haram" ...
Tentang permohonan untuk berhenti mengejeknya. Serta tentang Dia dan rasa sakitnya.***
Seorang gadis kecil menangis menghampiri ibunya yang sedang membeli beberapa sayuran oleh pedagang keliling. Dia mengucek matanya dengan punggung tangannya, lalu terisak sambil menghampiri ibunya.
"Bunda!"
"Bunda!" Anak itu terlihat tidak dipedulikan oleh ibunya. Kemudian, gadis kecil itu menarik kaki baju sang ibu.
"Bunda ... mereka kembali mengatakan itu padaku!" Si anak kembali menangis. Sang ibu yang mulai risih langsung menoleh ke arah anaknya.
"Kenapa? Kenapa kau menangis?" tanya sang ibu. Anak itu memeluk kaki ibunya lalu berucap, "mereka tidak berhenti memanggilku anak haram, bunda!"
Ibu-ibu lain yang sedari tadi ada di sana untuk memilih beberapa sayuran mulai berbisik-bisik. Sang ibu gadis bernama Vera itu semakin risih dengan keadaan di sekitarnya. Dia memasukkan sayur yang ia pilih ke dalam plastik dan membayar sejumlah uang pada tukang pedagang.
Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menyeret sang gadis menuju rumah. Anak itu merintih kesakitan dan memohon agar ibunya berhenti menyakiti pergelangan tangannya.
Vera tidak peduli dengan tangisan anaknya itu. Sang anak yang bernama Audrey itu terus merintih dan memohon.
***
Sesampainya di rumah, Vera langsung menutup pintu. Dia membentak anaknya itu dengan kasar. Dia melempar sayur segar yang ia beli tadi dan memukul anaknya, Audrey.
"Sudah berapa kali bunda bilang, jangan bermain di luar! Apalagi bermain dengan anak-anak sialan itu!" Vera benar-benar marah dan kembali memukul Audrey.
Audrey hanya menangis. Dia memeluk lututnya dan tak berani menatap ibunya itu.
"Kau juga kenapa harus mengadu padaku tadi, hah? Kau tahu kalau tadi bunda sangat malu? Mereka membicarakan bunda dan dirimu! Jika ada sesuatu, jangan pernah mengadu padaku di depan banyak orang seperti tadi!" Vera terus membentak. Anak kecil yang ada di hadapannya kemudian mengangkat wajahnya untuk menatap ibu tersebut.
"Bunda, Audrey minta maaf jika tadi gara-gara Audrey bunda jadi malu. Audrey benar-benar minta maaf ..." Anak itu menangis sesenggukan. Ia membutuhkan pelukan ibunya saat ini. Namun, sang ibu tak lagi menoleh ke arahnya.
"Audrey minta maaf jika Audrey tidak jadi anak yang nurut. Harusnya Audrey tidak mengadu dan jadi anak yang kuat. Audrey salah, Bunda." lanjut anak itu.
Vera menatap putrinya itu. Ia meneteskan air mata sesaat kemudian. Hatinya benar-benar rapuh saat mendengar suara putri kecilnya itu. Ia berlutut dan memeluk Audrey. Pelukan itu erat dan mencoba menenangkan Audrey yang tengah menangis.
***
Seorang wanita tengah menangis di halaman rumah. Dia terlihat memeluk bayi kecilnya dalam dekapannya. Ia mengetuk pintu rumah tersebut berkali-kali sambil menangis. Ia memohon agar siapapun yang ada di dalam rumah tersebut membukakan pintu untuknya.
"Hey! Kembalikan putraku! Jika kalian hanya ingin mengambil putraku, maka ambil juga putriku! Kalau kalian tidak mau merawat putriku, sekarang kembalikan putraku!"
Ibu yang kelihatan memprihatinkan itu terus menangis. Ia mengetuk pintu berkali-kali, tetapi yang berada di dalam rumah tak mengacuhkannya.
"Kalian kembalikan putraku, kumohon! Kenapa kalian tega melakukan ini semua padaku? Hah?!"
"Jika kalian hanya menginginkan anakku, maka jangan ambil salah satu dari mereka saja! Ambil semuanya dan rawatlah! Aku tidak ingin bayi kecil ini dihina oleh masyarakat di luar sana!" Wanita itu terus menangis. Namun, tetap tak ada jawaban dari dalam rumah.
T. B. C.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Haram [Ver. 02]
Teen Fiction"Berhenti memanggilku Anak Haram!" Start: 31 Oktober 2021 End: - /Hiatus High Rank: #1 - permen (06/11/2021) Note: Jangan lupa mampir ke cerita "Anak Haram" versi pertama!