06

514 76 10
                                    

Hari ini, Audrey kembali bersekolah. Mukanya benar-benar berubah, tak lagi seperti kemarin. Dia melangkah ke dalam kelas dengan penuh keberanian. Keberanian untuk melawan beberapa anak nakal yang terus mengejeknya.

"Heh! Anak Haram!" Seorang anak langsung menyambut Audrey dengan tawa. Audrey menahan dirinya dan tak menatap anak itu.

Audrey memilih untuk diam dan menuju kursinya. Dia mengambil bukunya dan berpura-pura membaca untuk tak mengacuhkan anak itu

Nama anak itu Siska. Sebelum masuk sekolah, anak ini sering mengejek Audrey dengan menyebutnya anak haram. Ia pula yang menyebarkan kabar tentang Audrey di sekolahnya.

"Kamu apa kabar? Masih mau bersekolah, ya? Apa kau tidak muak melihat wajahku? Kau masih mau diejek, ya?" tanya Siska saat mendekat ke kursi Audrey.

Audrey tak menjawab. Ia terus berpura-pura membaca, sampai akhirnya Siska mengambil buku itu darinya.

"Kalau aku sih sudah bosan melihat wajahmu! Kenapa kamu nggak berhenti sekolah saja?" lanjut Siska

Audrey kini menatap wajah Siska. "Kembalikan bukuku!"

"Kau menginginkan bukumu, ya?" tanya Siska tertawa.

Audrey kesal dan merebutnya. "Hei, ini buku milikku! Jangan menyentuhnya! Kau ini siapa, hah?"

Siska tercengang saat melihat perlawanan kecil dari Audrey. "Ah, sudah berani kau rupanya, ya, Anak Haram."

"Emang kau siapa terus memanggilku anak haram? Namaku Audrey, ngomong-ngomong." ucap Audrey dengan cepat.

Mata seluruh anak-anak di kelas tertuju pada Audrey. Siska menatapnya dengan tajam saat ini. "Kau berani melawanku?"

***

Vera sekarang pergi ke sebuah tempat. Ia tak sibuk dengan pekerjaannya hari ini. Vera pergi ke sebuah rumah berlantai dua yang jaraknya lumayan jauh dari daerah tempat tinggalnya.

"Ada orang?" tanya Vera sambil mengetuk pintu rumah.

Seseorang membukakan pintu untuknya. Seorang wanita terkejut akan kedatangan Vera di rumahnya saat ini. Wanita itu bernama Kayla.

"Oh, jadi kalian masih bertempat tinggal di sini? Kupikir kalian akan lari dari sini setelah mengambil putraku dariku."

Kayla menyilangkan kedua  tangan di dadanya. "Sekarang dia adalah putraku. Jika kau kemari hanya untuk mengambil putraku, lebih baik kau pulang saja."

"Ya! Aku kemari untuk menemui putraku! Dia bukan putramu!" Vera membesarkan volume suaranya.

Kayla tersenyum tipis. "Atau sebenarnya kau kesini untuk meminta uang untuk membiayai putrimu?"

"Aku bisa membiayai anakku dengan hasil kerjaku! Kau tidak perlu merendahkan aku, dan beranggapan aku meminta uang padamu. Aku ingin bertemu anakku, bodoh!" Vera mulai bertindak. Ia meremas lengan Kayla.

"Maksudmu, Rehan? Dia sedang bersekolah ...," ujar Kayla sembari akan menutup pintu.

Vera menyeringai. "Kalian memberi namanya Rehan? Baiklah, aku tak terlalu peduli soal nama. Sekarang, antar aku pada putraku!"

"Maaf, sepertinya aku punya banyak pekerjaan yang lain untuk dikerjakan daripada harus membuang waktu denganmu di sini." Kayla menutup pintu dengan cepat.

"Hei, buka pintunya!"

***

Jam istirahat tiba. Anak-anak keluar dari ruangannya masing-masing untuk bermain atau pergi ke kantin. Audrey pun juga begitu. Ia pergi ke toilet untuk membuang air kecil.

Selesai buang air kecil, Audrey keluar dari toilet dan terkejut saat melihat Siska menghadang jalannya. "Minggir dari jalanku!"

"Tidak akan ..." Siska langsung menyiram Audrey dengan air saat itu. Beberapa anak yang bersama Siska, tertawa saat melihat Audrey basah.

Audrey tak meladeni. Ia justru pergi dari sana walau ia sudah basah kuyup. Namun, Siska tak membiarkan Audrey pergi begitu saja. Ia mengejarnya dan langsung memukul kepala Audrey dengan gayung di tangannya. "Kau sudah berani melawanku, maka kau pun harus bisa menanggung resikonya."

Audrey kesakitan. Ia memegang kepalanya, dan meneteskan air mata. "Berhenti menggangguku! Kau, bodoh!"

Audrey menghapus air matanya dan langsung menjambak rambut Siska. "Berhenti memanggilku anak haram! Kau bukan siapa-siapa, dan kau tak berhak menyentuh atau menyakitiku! Kau memang anjing!"

Audrey melakukan berbagai perlawanan. Namun, ia tak dapat melanjutkan karena beberapa teman Siska ada di sana. Mereka juga membalas dengan menarik rambut Audrey saat itu.

Di tengah perkelahian, seseorang datang dan menghentikan mereka.

"Berhenti atau aku akan memanggil guru!" Anak laki-laki yang kebetulan lewat di sana langsung membantu Audrey.

Siska dan yang lain tak punya pilihan selain pergi dari sana. Mereka meninggalkan Audrey yang tengah menangis waktu itu.


T. B. C.

Gimana yang masih sekolah? Apa ujiannya sudah siap atau sedang menghadapinya saat ini? Semangat, ya! :')

Anak Haram [Ver. 02]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang