BAB 1: DIA TAK SEPERTI DULU LAGI

73 7 18
                                    

 BAB 1: DIA TIDAK SEPERTI DULU LAGI

"Ingin menyapa mu, tanpa harus berjarak seperti ini,"—Keira Prisilla

***

"Selamat pagi, sayang."

"Udah sarapan belum?"

"Kalau belum aku udah siapin roti coklat sama susu ultra kesukaan kamu di loker."

"Semangat belajar nya cantik."

"Cantiknya Evan gak boleh nakal yaa."

"Makan atau aku suapin, hm?"

"Cantik nya buat aku aja, jangan buat orang lain."

"Jangan ikut olahraga Ra, ntar kamu capek."

"Tau apa yang lebih mudah dari pada pelajaran Matematika? Yaitu mencintaimu."

"Eiraaa, Evan mau cerita tauuu."

"Tadi Evan liat pelangi Ra, terus pelanginya hilang. Tau kenapa pelangi hilang? Karna pelanginya minder, soalnya kalah cantik sama Eira."

KEIRA PRISILLA­­—atau Revan sering memanggilnya dengan nama Eira. Perempuan yang identik dengan pita mutiara di rambutnya itu tersenyum tipis setelah memutar voice note yang dulu Revan sempat kirim kan padanya.

"Aku tau Tuan Putri lagi senyum, kalo senyum jangan lupa pake masker ya? Soalnya senyum kamu bagus tau, ntar orang lain liat, mereka jadi suka deh."

Voice note yang Keira simpan agar ketika Keira rindu, perempuan itu bisa kembali memutarnya sama seperti saat ini.

"Ra.., di dalam diri aku emang gak ada yang spesial. Selain anak brandalan Sma Garuda dan Ketua Gang yang selalu masuk bk, tapi—

—Ada satu hal yang harus kamu tau Ra, enggak semua masalah bisa di selesain dengan kata perpisahan, apapun keadaannya jangan pernah tinggalin aku ya Ra?"

"Janji sama aku dulu, jangan pernah tinggalin aku."

Keira menekankan tombol pause, perempuan itu tersenyum kecut. Dadanya terasa begitu nyeri dan tidak sanggup mendengarnya lagi.

Nyatanya Revan yang pergi meninggalkannya. Namun, ia juga tahu itu semua juga kesalahannya.

Tangan perempuan itu membuka loker miliknya yang bertulis 'Pacar nya Ketua Salviger' di depannya. Mengambil selembar kertas usang yang selama ini Keira selalu simpan di lokernya.

Ucapan itu yang dulu selalu ia dapatkan dari Revan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ucapan itu yang dulu selalu ia dapatkan dari Revan. Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan pahit bahwa, untuk tidak berharap lebih lagi pada cowok itu.

Biasanya pagi-pagi sekali, selalu ada roti coklat dan susu ultra di lokernya. Selalu ada voice note dari Revan, sapaan pagi dan senyum hangat dari cowok itu. Namun, untuk sekarang. Jangan kan begitu, untuk menyapa saja Revan enggan padanya.

REVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang