Bab 4 -Weding Day

6 2 0
                                    

Bab 4
Wedding Day

Togar mendengkus, ada rasa kesal di hatinya mendengar penuturan Hanum pagi ini. Berbeda dengan Kayla, walau ada rasa kecewa ia bisa memahami Hanum.

“Kau nikah dengan Devan, tapi masih sibuk cari Rasya. Macam mana pula kau ini, Num. Mudah kali hati berpaling!” seloroh Togar cukup menohok perasaan Hanum. “Aku ngerti perasaan kecewa kalian, terutama kamu, Gar. Tidak ada cara yang bisa buat aku dan Devan batalin perjodohan ini. Tanggal pernikahan pun sudah ditentukan,” jelas Hanum membela diri.

Dahi Togar dan Kayla berkenyit, heran aka napa yang diucapkan Hanum. “Ah, ruwet kali hidup kau ini, Num. Jadi, gimana rencana rencana kita hari ini?”

“Antar aku menemui Bunda Anti.”

“Oke, cabut sekarang!” perintah Togar tanpa sedikitpun menoleh ke Hanum. Meraih kunci mobil Kayla dan berjalan menuju parkiran. Kayla menatap lekat Hanum, menepuk pundak sahabatnya dengan lembut. “Jika itu yang terbaik menurutmu, lakukan, Num. Kamu berhak bahagia, begitu pula Rasya walau kalian tidak menyatu,” ucapnya meyakinkan Hanum.

“Thank’s, Kay. Semoga Bunda mau memberi tahu di mana Rasya berada sekarang. Aku hanya butuh kata maafku diterima olehnya, Kay. Aku ingin pernikahanku dengan Devan tidak ada Rasya yang membayangi langkahku.”

“Itu semua tergantung kamu, Nun. Lupakan Rasya dan sepenuhnya serahkan pada Devan. Kalau hanya sekadar kata maaf itu yang menjadi ganjalanmu, betapa bodohnya kamu.” Hanum tersenyum mendengarkan ucapan Kayla, menyadari pilihan hidupnya kini bukanlah pada Rasya. Memberikan seutuhnya pada Devan tanpa sesuatu yang tertinggal.

“Jadi … sahabat jadi suami, nih?” kelakar Kayla membuyarkan lamunan Hanum dengan menarik hidung lancip miliknya. Mereka pun tertawa, beranjak dari kantin menuju mobil Kayla.

***

Menapakan kaki di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan membuat hati Hanum kembali bergejolak. Tepat sehari sebelum Rasya meminang dirinya, mereka berdua berkunjung ke sini. Sekadar meminta restu dan menyampaikan berita gembira pada Bunda Anti. Bayangan itu pun kembali terlintas, bagaimana Rasya menggandeng Hanum mesra. Senyum merekah menghiasi wajah keduanya kala itu.
“Num, are you, Ok?” Hanum tidak menjawab pertanyaan Kayla, ia hanya memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Kayla memastikan keberadaan Hanum tatkala jemari lentik itu berkeringat dingin. “Num, kalau kau tak yakin, kita balik!” Kali ini Togar memberikan solusi, tidak tega melihat keberadaan Hanum.
Hanum melepaskan pelukannya dari Kayla, memandangi wajah kedua sahabatnya dan menggeleng pasti. “Maafkan aku, Tuhan, jika ada rasa rindu di hati ini,” gumamnya sebelum melangkahkan kaki menuju pintu gerbang LAPAS untuk mengutarakan maksudnya.

Sipir penjara mengarahkan mereka menuju sebuah ruangan setelah meninggalkan tanda pengenal dan memeriksa barang bawaan. Sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga tidak ada satu diantara mereka bersuara sampai seorang wanita setengah baya datang dengan di dampingi sipir penjara. Mata tua itu beradu dengan mata Hanum, lalu berpindah pada Kayla, dan berakhir pada Togar. Buliran bening terlihat tertahan di sana.

“Togar? Anak Bunda!” seru Anti tidak percaya. Togar berdiri, menghampirinya hendak bersimpuh di kaki Anti, tetapi di cegah oleh sipir penjaga. Mempersilakan untuk duduk kembali. Anti pun duduk, mengamati wajah mereka satu-satu. Air mata pun tak tertahankan.

“Bunda, maafkan Hanum,” ucap Hanum parau. Meraih tangan tua Anti menciuminya bertubi-tubi. Anti tersenyum, membelai lembut kepala Hanum. “Lupakan Rasya, Num. Jangan kamu menyiksa diri seperti ini. Bunda yakin, Rasya bisa memahaminya suatu saat nanti.”

“Tapi, Bun, Hanum ingin ketemu sekali aja. Hanum ingin minta maaf pada Rasya, pada Bunda dan Ayah. Kasih tahu Hanum, di mana Rasya saat ini, Bun?” bujuk Hanum sambil terus memegang tangan kanan Anti.

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang