08

4.2K 341 46
                                    

Pukul tiga subuh. Aku sengaja bangun lebih dulu agar kakak tak banyak merengek dan bertanya. Membawa satu koper dan tas hitam milikku. Segala yang kubutuhkan ku tata ke dalam mobil.

Aku yakin sebentar lagi akan selesai. Rumah akan ku tinggalkan dengan peninggalan penting ayah dan ibu ku bawa beberapa. CCTV masih ku pasang disetiap sudut rumah. Bahkan untuk pekaranganku sendiri.

Aku tahu orang-orang itu tak akan menyerah.

Mobil ku cek dengan baik. Aku hanya tidak ingin ada hal-hal kecil yang kurang. Bahkan setiap bagian sudut ku periksa hati-hati. Memastikan bahwa tak ada sesuatu yang mencurigakan. Mesin pelacak contohnya.

Aku yakin orang-orang menjijikan itu akan melakukan segala cara bahkan dengan hal-hal rendahan.

Selesai. Mendengus puas, aku segera berjalan memasuki rumah. Menuju dapur untuk segelas air dan roti. Lingkukan rumah ku tatapi lamat. Bibirku tiba-tiba menarik senyuman kecil. Aku, aku merasa aneh.

BRUK!

" AKHH!  "

Terkesiap. Teriakan dan dentuman keras dilantai atas membuatku reflek membawa langkah cepat. Pintu kamar ku tendang hingga manikku sukses dibuat melotot.

" DIAM DISANA! "

Langkahku reflek terhenti. Tanganku mengepal dengan emosi melambung tinggi. Mataku tak lepas dari seorang pria bertopeng yang tangan-tangan kotornya dengan berani menyentuh milikku.

Satu pria lagi masuk dengan senjata api ditangan. Aku mendengus remeh. " Bajingan brengsek pengecut. Datang untuk minum teh atau... Ingin membuatku menganggali kubur untuk kalian? "

Satu pria menggeram dengan tangannya yang semakin menarik kuat surai cantik gadisku. " Bocah ingusan! Dengarkan aku nak, mundur sekarang atau kuhancurkan kepala gadis ini?! "

" AKHH! SAKIT! SAKIT! "

Dadaku dibuat mengembang marah. Manikku terkunci tatap pada manik kakak yang kosong. Gadis itu menangis dengan tubuh bergetar hebat. Aku mengulas senyuman miring. Lengan bajuku ku gulung santai. " Hmhh.. Ini seru. Tidak minum teh, jadi aku ambil pilihan kedua saja, "

Menggelap. Aku semakin mengulas senyuman lebar. Lebar sekali hingga satu pria bersenjata api hampir mengeluarkan matanya. Kepalaku miring tertarik, " ....well. "

BHUG!

DOR!

Menjatuhkan lawan dalam sekali tendangan. Menangkis todongan senjata api. Satu kepala brengsek ku hancurkan dengan tawa teramat puas. Aku terus tertawa hingga tiba-tiba sebilah pisau menghunus pundak. Aku mundur saat leherku ditarik kebelakang.

" Bocah bajingan! Siapa yang kau bilang untuk digalikan kubur huh? "

Terkekeh idiot. Pria bertubuh besar itu terus mencekik leherku dengan lengan-lengannya yang bau. Aku memberontak mencoba melawan, hingga manikku menangkap senjata api disisi kakak berdiri.

Gadis itu menangis. Berjongkok dan terus berteriak seolah aku tengah hendak direnggut nafasya. Oh, sayang. Bantu aku sendikit.

" AMBIL, SAYANGH! "

Kakak menggeleng keras. Gadis itu berantakan dengan gaun tidurnya yang ternodai cipratan darah. Aku menggeram rendah dengan manik melotot. " AMBIL-KHH, AMBIL LANA! JADI GADIS BAIK! "

" Aku takut! "

Cekikanku menguat. Pria besar itu terbahak-bahak. " Dia hanya gadis bodoh idiot! "

" AMBIL LANA! AYO SAYANG, AMBIL!"

I'M Obsessed[OnGoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang