06

6.7K 459 24
                                    

Terbangun lantaran sisi ranjang kosong. Aku segera bangun hanya untuk mendapati seorang gadis dengan pakaian besar berdiri di balkon kamar.

Bibirku tertarik ke atas. Tanpa susah-payah mengenakan kaus, aku berjalan mendekat untuk pelukan hangat. Menyimpan wajahku ke ceruk lehernya yang nyaman.

" Kenapa berdiri di sini? " Berbisik lembut. Ku kecupi tengkuknya hingga kakak tampak menegang.

Gadis itu memeluk lenganku dengan tangan-tangan rapuhnya. " Aku rindu keluar. Aku rindu teman-teman. A-aku, aku rindu ayah dan ibu. "

Menangis. Kakak menunduk dengan tubuh bergetar. Jantungku berdetak ribut untuk kalimat terakhirnya. Senyumanku sukses hilang detik itu juga.

Kakak berbalik, wajahnya yang ayu banjir dan memerah. Tatapannya sendu dengan pancaran mata tak terbaca. " Dean, h-hiks, aku rindu ibu.. Aku juga rindu ayah. Apa kamu pernah berfikir bagaimana kabar mereka? A-apa hiks, apa yang akan ayah dan ibu rasakan saat melihat kita begini? "

Bibirku dibungkam. Kakak menggeleng dengan bibir bergetar saat alisku naik seolah ia tahu aku akan marah. Gadis itu mengusap lembut wajahku.

" Dean, aku rindu kamu yang kecil. Dean imut yang suka merengek. Kemana dia sekarang? K-kenapa hiks, kenapa Deanku jadi begini? Kenapa-"

" Sudah selesai? "

Tersentak. Tubuh kakak menegang saat pinggulnya ku tarik kasar mendekat. Bibirnya bergetar dengan manik memancar takut. Aku tersenyum miring untuk reaksinya.

Surai hitamnya ku usap sayang. " Kakakku sayang, untuk ayah dan ibu apa yang harus ku katakan? "

Memiringkan kepala, bibirnya yang merah ku tatapi lamat. " Ayah, ibu, putramu mencintai kakaknya sendiri. Dia menginginkan kakaknya sendiri untuk menjadi miliknya. Putramu bahkan sudah mengecap segala hal yang kakaknya miliki, "

Kakak menangis, kepalanya menggeleng dengan pancaran mata jijik yang ketara. Bibirnya yang bergetar ku usap hati-hati, " Haruskah aku bilang begitu? Hm? "

" Hiks, Dean.. "

" Atau, bagaimana jika kita menunjukkannya langsung ke tempat mereka tidur? Hm? Ayo katakan, sayang.. "

Ditampar. Kakak kembali menunjukan tatapannya yang marah padaku. Gadis itu mendorongku dengan ekspresi jijik. " Menjijikan! Oh astaga, astaga! Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu, Dean?! Apa kamu lupa bagaimana bisa kita hidup sekarang?! "

" Kamu berkata hal menjijikan pada mereka yang membesarkan kita bersama. Apa kamu lupa kita lahir dari rahim yang sama?! "

" APA PEDULIKU! "

Kakak mundur dengan manik membulat. Gadis itu terus menjaga jarak saat tatapanku mulai dilahap amarah. " Apa peduliku soal itu, hm? Aku harus apa JIKA! ...Jika nyatanya memang aku yang terjebak oleh rasaku sendiri.. "

Melirih. Aku mendekat padanya dengan tatapan sendu. Kakak tak bergeming hingga tubuhnya kembali ku rengkuh. " Aku lelah, Lana.. Kenapa kamu terus bertanya tentang mengapa aku jatuh cinta padamu. Yang bahkan saja, aku tak tahu alasannya. "

" Aku mencintaimu. Aku hanya ingin kamu bersamaku. Memilikimu adalah impianku sejak usiaku lima belas tahun. Lalu kenapa kamu seolah kesulitan menerima ini? "

Tubuhku didorong lagi. Kakak mundur sembari memegangi kepala. Maniknya menatap tak percaya. " Apa begini caramu untuk mendapatkan apa yang kamu mau, Dean? Menghancurkanku? "

" Sayang.. "

" Kamu buat kakakmu sendiri hendak menghabisi nyawanya! Kamu bahkan membuatku hancur untuk fakta bahwa aku hendak direnggut kesuciannya! Apa lagi yang akan kamu lakukan huh?! "

Memberontak. Kakak berteriak hiteris dengan kedua tangan memukuli kepala. Aku memilih diam dengan emosi yang mulai timbul. Marah saat gadis itu kembali enggan untuk ku sentuh.

" Kamu jahat Dean! Kamu jahat! Aku benci kamu! Aku benci! Kenapa tidak kamu bunuh saja aku?! Bunuh saja aku, Dean-AAKH! "

" Katakan lagi. " Mendesis marah. Kakak hiteris saat surainya kuremat kasar hingga kepalanya dibuat mendongak. Gadis itu menatapku takut. " Katakan lagi, ayo. Katakan hingga akan ku buat bibirmu tidak lagi berfungsi. "

Memiringkan kepala. Wajahnya yang ayu kutatap lamat. " Sejak awal aku sudah mengatakannya, Lana. Aku suka menghancurkan, bahkan pada apa yang ku sayang dan cintai. Sejak dulu aku tak pernah peduli pada perasaan orang lain. Yang ku tahu adalah apa yang ku inginkan harus tetap berada digenggamanku. "

Kakak menangis keras. Tubuhnya tak berhenti memberontak hingga surainya kembali ku tarik. " AKHHH! SAKIT SAKIT! "

" Sakit? Hm? Kamu bertanya tentang apa yang ku lakukan padamu kan? Menghancurkanmu. Yaa, memberimu rasa sakit hingga rasanya kamu akan mati. Bagimana jika aku membuatmu merasakan lebih? "

Manikku menggelap, bibirku menarik seringaian lebar hingga tubuh kakak dibuat bergetar hebat. Aku berbisik rendah ditelinganya, " ...sayang? "

Berteriak dan terus mencoba kabur. Aku menggeram saat wajahku ditampar dengan kakinya yang terus mencoba menendang. Kakak menangis histeris saat tubuhnya terus ku tarik mendekati ranjang.

" AKHH! LEPAS! LEPAS! "

Acuh. Aku menggeram marah saat gadis itu kembali bangkit setelah susah-payah ku banting ke kasur. Kakak menendangku sebelum berlari cepat ke pintu kamar.

Berlari mengejar, kakak memekik dan mengumpat saat perutnya ku peluk. Kembali tubuhnya ku seret dan ku banting kasar. Aku terkekeh saat gadis itu berteriak setelah tubuhnya ku tindih.

Sangat nakal. Benar-benar nakal.

" TOLONG! AKH-TIDAK! LEPASKAN AKU BRENGSEK! "

Menahan masing-masing pergerakannya. Kakak terus menangis dan berteriak saat bibir dan lehernya ku cumbu. Gadis itu tak berhenti memberontak saat helai demi helainya ku robek sembarang.

Lemah. Tenaganya terkuras habis. Aku tersenyum lebar saat kakak tak lagi melawan. Gadis itu hanya terus merengek dan menangis saat ku kecap setiap jengkal dari tubuhnya. Menampisku dengan tenaganya yang kecil.

" Bagaimana rasanya hm? Hhh.. Ayo katakan, sayang.. "

Tidak ada lagi tangisan. Segalanya terganti rengekan dan nyanyian indah kakak. Aku tak bisa berhenti untuk tersenyum dan merasa puas.
Menunduk, surainya yang basah ku tarik kasar.

" Apa ini? Seorang kakak menungging untuk adiknya sendiri? " Aku berbisik terengah padanya. Yang tentu hanya dibalas dengan rengekan tak jelas. Juga tangisanya yang cantik.

Yaa, sangat cantik. Benar-benar cantik.

Seringaianku sukses melebar nakal. Beginilah sayang, kehancuranmu yang lain. Kehancuranmu yang mungkin tak akan pernah kamu lupakan.

Menunduk, kembali bibirnya yang tak berhenti melolong ku cumbu rakus dengan detakan jatung mendamba. " To sweet hmh? "

Mungkin, aku tak akan pernah bisa berhenti. Tidak akan. Well baby, i love you.





















______________________________________

MINE, HONEY!

I'M Obsessed[OnGoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang