"Ocikuhhh..""Iya.."
"Ko kamu disini sih?"
"Eh, iya aku mau ke kamar al tadi ko malah kesini ya hahaha"
"Kamu mabuk ya ci?"
"Hah, engga.. kamu yang mabuk tuh jalannya miring-miring"
"Ah, iyaa.. aku mabuk cinta cii heheh"
"Aku mau ke kamar al ah"
"Eh, juna boleh ikut ga ci?"
"Kamu mau ke kamar al juga?"
"Heem"
"Ya udahh ayo bareng"
Ah, ternyata dua sejoli ini benar di dapur. Mareka saling merangkul bahu berpegangan satu sama lain menaiki anak tangga menuju kamar Alisa. Langkah mereka tidak stabil karena dua-duanya telah menghabiskan 2 botol vodka.
"Eh, kamar al abis ganti dekorasi yaa"
"Hmm, warna putih.. Alisa sering pake kaos warna putih, mungkin lagi suka putih ociikuuu"
"Hem, ya uda deh yok tidur"
XXX
Alisa mengerjapkan matanya, kesadaran sudah mulai ia sapa walau sedikit pening. Tubuhnya terasa hangat dan nyaman. Ia mencium aroma yang sudah sangat ia kenal meski sempat mengerutkan dahinya. Alisa membuka matanya penuh, ia dapat menatap wajah Elian yang masih terlelap. Tak ada keterkejutan. Ia menyentuh hidung lelaki itu perlahan berpindah ke rahang mengelusnya pelan. Ia menatap tangan Elian yang berada dipinggang terbukanya. Apa mereka baru saja melakukan itu?
"Uda bangun, hmm?" Elian menarik tubuh Alisa mendekat dan mempererat perukannya. Ia membuka matanya menyapa mata Alisa yang juga menatap mata Elian saat mendengat suaranya.
"Hmm.." responnya. Mata mereka saling beradu, menatap satu sama lain seakan mencari sesuatu. Tangan Elian bergerak mengelus kulit Alisa. Alisa yang merasakan itu, segera menarik selimut menutupi dadanya.
"Aku sudah melihatnya" ucap Elian masih menatap mata Alisa. Alisa bersemu. Benar, itu artinya mereka telah melakukan itu.
"Aku ingin menyapanya" suara Elian kembali terdengar. Wajah Alisa semakin memerah mendengar Elian berucap.
"Kau malu??... Ah lucunyaa" Elian terkekeh mengecup kening Alisa. Alisa memejamkan matanya saat merasakan bibir Elian bersentuhan dengan kulitnya. Alisa semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Elian tangannya memeluk semakin erat.
"Aku tak boleh menyapanya bahkan melihatnya?" tanyanya lagi. Alisa masih diam. Ia seperti merasakan sesuatu yang janggal. Ia memundurkan badannya sedikit dan melihat ke bawah lalu menatap mata Elian menuntut jawaban.
"Ah, sekarang aku dapat melihatnya." Ucap Elian saat dapat melihat buah dada Alisa. Alisa kembali menarik selimutnya, matanya belum terlepas memandang mata Elian.
"Hahaha.. apa? Kau ingin aku mengatakan apa.. Hemm?"
"Semalam.." Alisa tidak melanjutkan kalimatnya. Ia berpikir kata-kata apa yang cocok untuk ia katakan pada Elian.
"Semalam?" Tanya Elian mengerutkan keningnya. Ada apa dengan semalam batinnya.
"Emmm.." Alisa sulit merangkai kalimatnya sendiri.
"Kita.." Lanjutnya
"Kita?" Ulang Elian, matanya melirik keatas berpikir.
"Maksudmu itu?" Tanyanya kemudian lalu Alisa mengangguk.
"Apa kau lupa?" Tanya Elian, ia bermaksud menggoda gadisnya. Sementara Alisa mencoba mengingat, keningnya mengerut matanya melirik ke kanan dan ke kiri mencari jawaban.
"Ahh gemasnya, aku tidak melakukan apa-apa sayang" Elian menarik hidung Alisa pelan karena gemas.
"Benar?"
"Apa kau ingin mencobanya?" Tangan Elian menarik tubuh Alisa hingga membentur tubuhnya. Alisa melotot terkejut, ia dapat merasakan kulit tubuhnya bersentuhan dengan hangatnya kulit Elian. Ia mencoba mendorong tubuh Elian namun tidak berhasil karena Elian menekan pinggangnya. Jantungnya berdegup tidak terkendali, merasakan hembusan nafas Elian yang semakin mendekat ia memejamkan matanya. Melihat itu Elian tersenyum.
" Kamu mengharapkan apa baby? Hemm?" Alisa segera membuka kelopak matanya. Ia kesal melihat Elian menertawakannya. Ia menggerakkan tangannya ingin mencubit perut Elian. Namun tak disangka..
"Ahh, kau menyentuhnya sayang.." Merasakan sesuatu menyenggol si Elian kecil dibawah sana. Alisa gelagapan, ia tau jelas apa yang tidak sengaja ia senggol. Wajahnya memerah seperti tomat.
"Ingin melihatnya?" Tanya Elian, ia tersenyum sambil menaikturunkan Alisnya kepada Alisa. Alisa segera bangkit menarik selimut untuk menutupi tubuhnya berniat pergi ke kamar mandi. "Ah, kamu berhasil melihatnya.." Goda Elian dengan mata yang mengerling saat Alisa tampak terkejut menyadari bahwa ia salah mengambil tindakan dan bergegas pergi, sedang Elian tertinggal tanpa busana dengan tertawa puas melihat kekasihnya yang sedang malu dan salah tingkah.Setelahnya Alisa mandi ia tidak melihat keberadaan Elian di kamarnya. Matanya menyapu sudut ruangan dan benar memang ruangan itu kosong. Ia segera keluar dari kamar dan mencari Elian. Menuruni tangga dan melihat anak-anak sudah asik berkumpul menonton si Dora yang memiliki teman seekor monyet.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Alisa.
"Menonton, apalagi?" Jawab Jio.Alisa tidak habis pikir dengan teman-temanya. Ia beralih ke dapur mencari Elian namun tetap tidak ia temukan. Lalu ia kembali naik ke kamar sambil menggelengkan kepalanya melihat teman-temannya yang masih asik menonton kera yang sedang membantu dora melarang rubah mencuri.
"Mencariku?" Tanya Elian.
"Kau dari mana?" Jawab Alisa
"Aku disini dari tadi, kau merindukanku?"
"Jangan kepedean deh"
"Lalu untuk apa kau turun ke dapur sayang?"
"Hanya ingin melihat anak-anak sedang apa"
"Benarkah?" Tanya Elian lagi dan Alisa menggangguk.
"Oh baiklah.." Elian bangkit dari duduknya, namun tangannya segera ditahan Alisa. Ia menoleh ke gadisnya dan menaikkan dagunya seaka bertanya apa?
"Mau kemana?" Tanya Alisa.
"Kenapa? Katanya tidak mencariku?" Jawaban Alian membuat Alisa menunduk sebentar. Ia ikut bangkit dan mendekat pada Elian. Memejamkan matanya dan menempelkan bibirnya pada bibir Elian.
"Sedang apa?" Tanya Elian.
"Tidak, hanya ingin.." Jawab Alisa menunduk malu. Elian tersenyum kecil, menyentuh dagu sang kekasih dan memagutnya. Bibir mereka saling mencecap, menikmati manisnya bibir satu sama lain. Elian menyudahi pagutan itu dan melihat wajah kecewa Alisa. Elian mengacak rambut Alisa pelan.
"Bukan waktu yang tepat ya sayang, kita tunggu anak-anak pulang dulu" Ciumnya pada kening Alisa lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACOTAN
FanfictionAlisa Zevanya Elian Mahendra Galihanjar Ayudha Minggu Raka Wijaya