Usia : (01/XX)

918 45 15
                                    

Di luar hujan.

Petir menyambar bersahutan sejak hujan menggerus habis daratan kastil tempat Joohyun bernaung. Ia kemari siang tadi dan sialnya hujan terlalu mencintai Joohyun. Begitu kakinya berpijak keluar dari kereta, ia tak lagi kering dan rapi seperti pagi hari.

"Nona, Tuan besar menunggu anda di ruang makan."

Sang Nona menoleh dari posisi bersandarnya di sofa sudut kamarnya yang gelap, hanya untuk mendapati pelayan rumah orangtuanya di depan pintu jati berpahat indah yang kini terbuka dan tertutup kembali. Jika diperhatikan, tak ada yang salah dari mereka—selain seluruh pelayan wanita mereka yang tidak memiliki wajah.

"Aku turun sekarang."

Tubuhnya yang semula hanya terbalut satin putih tipis kini diselubungi asap hitam kelam membentuk mantel kebanggaannya, begitu dirasa ia berpakaian lengkap ia melangkah turun menuju ruang tengah dimana Sang Kepala Keluarga tengah menunggu.

"Salam, Ayahanda."

Suaranya lembut mengalun merdu, mengalihkan perhatian beberapa orang yang kini tengah menyantap makanan malam mereka bersama Sang pemilik rumah, Ayahnya.

"Maafkan kelancangan saya yang melupakan permintaan Ayahanda untuk turun lebih awal, saya kelelahan akibat perjalanan jauh."

"Duduklah, Nak. Perkenalkan dirimu pada tamu kita."

Joohyun sadar, mata bulat bersinar bocah di ujung lain meja makan yang terus memindainya penuh tanya dan penasaran.

"Saya Joohyun, Putri pertama keluarga Duke."

Tubuhnya membungkuk anggun, membuat beberapa helai rambut lavender kelamnya turun melewati bahu.

"Namaku Jeon Jeongguk. Putra termuda keluarga Jeon dari Alabama. Usiaku 7 tahun, dan aku akan menikahi Noona."

Senyum Joohyun merekah tipis, ia duduk di sisi kiri ayahnya usai membalas sapaan Si Jeon muda.

Usia

©Harlein J. Flux

Jeon Jungkook X Bae Joohyun

"Joohyun-ssi. Papa bilang Joohyun-ssi tidak suka coklat. Kenapa?"

Tungkai si kecil berlarian di sekeliling Jimin yang tengah bersisian dengan tumpukan buku usang di taman belakang kastil mereka. Dibaliknya halaman lalu tatapannya terarah pada Jeongguk yang sibuk mengunyah coklatnya, mengusak lembut surai perak alami yang dimiliki bangsanya. Elf salju yang entah kenapa bisa tinggal di tempat yang terlalu panas bagi mereka, Alabama.

"Saya tidak menyukai makanan yang terlalu manis, Jeongguk."

"Tapi Joohyun-ssi manis. Papa selalu bilang, jika orang yang manis selalu suka coklat."

Jeongguk berdiri usai meletakkan kotak coklat di pangkuannya ke atas salah satu tumpukan buku Joohyun yang usai ia baca, ia berdiri lalu mensejajarkan wajah mereka.

"Aku suka coklat, tapi aku berikan manisnya pada Joohyun-ssi saja."

Jeongguk terus mengikuti Joohyun seharian. Menyusuri sungai di pinggir hutan, melewati padang magnolia, hingga mereka kembali dengan satu keranjang apel yang dipetik Joohyun di kebun belakang kastil mereka.

"Joohyun-ssi marah padaku?"

Langkah Joohyun otomatis terhenti di depan gerbang belakang kastil, menoleh pada Jeongguk kecil yang tengah menunduk dengan kedua tangan kecilnya menggenggam bunga.

"Maaf. Aku janji tidak akan cerewet lagi."

Tangan mungilnya terulur memberi bunga pada Joohyun, tampak malu-malu juga takut namun ia memberanikan diri untuk berjinjit.

"Aku akan cepat besar, lalu jadi dewasa, lalu menikah dengan Joohyun-ssi. Maafkan aku."

"Jangan menangis. Aku tidak suka laki-laki cengeng." Joohyun meraih bunga pemberian Jeongguk lalu menyematkannya di antara pita hitam topinya.

"..kau lebih baik jadi laki-laki kasar daripada laki-laki cengeng."

"Kasar?"

Joohyun mengulas lembut madu di bibirnya, menyelipkan lembut helai selembut salju yang kini memanjang dan lebat. Ia lupa, anak 7 tahun yang dulunya datang bersama keluarganya kini beranjak remaja. Tubuh mungilnya mulai bertambah tinggi, namun senyum dan tatapannya tetap pada binar indah yang sama. Mata abu-abu yang tak sedikitpun meredup juga gigi kelinci yang menyebul di balik bibir merekahnya tetap sama.

Ini masih Jeon Jeongguk kecil yang sama dengan bayi 5 tahun lalu.

Usianya 12, dan Joohyun tak lagi bisa menghitung di tahun keberapa dia hidup sekarang. Semua terhenti. Tak ada satu hal pun darinya yang berubah.

Sesaat terbesit akan akhir dari kisah mereka. Senyumnya luruh, menyisakan luka kecil yang perlahan menggores perasaannya akan hal yang tidak pernah ia sukai.

Perpisahan.

-----

Hallo~
Tidak banyak neko-neko lagi, saya meminta maaf sebesar-besarnya karena membuat para pembaca dan book ini terbengkalai.

Selamat menikmati kembali bagian kecil dari book abal-abal ini 🙏🙏

Terimakasih untuk neng karinaaaaaiy yang sudah menggendor hati nurani saya untuk menulis kembali.

Sekian, terimaJoohyun.

Sekian, terimaJoohyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Noona [Jungkook x Irene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang