Part 2

6.8K 667 13
                                    

Sorry banget semuanya! Udah lama aku ga buka wattpad soalnya jadi belum sempet ngepost... Pokoknya aku minta maaf banget sama yg udah pada nunggu (?)

Udahlah sekian aja bacotannya, mending langsung ke cerita keburu pada lumutan :v

Bangunlah aku dari tidur. Aku melirik ke segala arah. Ternyata kondisi masih normal terkendali. Tak ada hal aneh yang terjadi. Hoseok akan memutar film horrornya itu. Tombol “PLAY” di VCD pun akan ia tekan. Tapi ketika jari telunjuknya sudah menyentuh permukaan tombol itu, tiba-tiba listrik padam. Kejadian ini sama seperti di mimpi, namun ini waktunya lebih maju dari di mimpi.

“Taehyung, Hoseok, apa kalian masih berada di tempat masing-masing?” kucoba pastikan.
“Ya, aku masih duduk di sampingmu dan jari telunjukku masih menempel di tombol  ‘PLAY’ yang sebelumnya akan kutekan!” sahut Hoseok.
“Kookie, aku takut...” ucap Taehyung yang memelukku erat.

Aku berniat mengambil lilin, tapi aku tak ingin hal tadi terjadi kembali.

“Hoseok, ikutlah denganku untuk mengambil lilin...” ajakku.
“Aku tidak ingin ditinggal sendirian...” takut Taehyung yang semakin erat memelukku.

Kupikirkan jalan lain.

“Taehyung, ikut denganku! Kau boleh memelukku terus jika kau mau...” ucapku.
“Tapi aku takut keluar dari sini... Di luar sana sangat gelap...” tolak Taehyung.

“Menurutku sama saja...” kataku yang menunjukkan wajah datar.

Tak ada pilihan lain lagi, aku harus melakukan hal yang sama seperti di mimpi. Dengan indera peraba layaknya orang buta, aku berjalan menyusuri setiap ruangan untuk mencapai dapur. Di dapur tersimpan banyak lilin, jadi aku bisa mengambil banyak. Kuambil lilin dari lemari yang ada di dapur. Kuambil 5 lilin, mungkin itu akan cukup sampai kami terlelap nanti. Salah satu kunyalaka terlebih dahulu untuk membantuku berjalan ke kamar. Rencananya aku akan mengambil jalan ke ruangan lain agar ini tidak menjadi kenyataan dari mimpi tadi. Kebetulan rumahku besar, sehingga banyak pilihan jalan menuju ruangan lain untuk sampai ke ruangan tujuan kita. Baru saja aku menyalakan lilin dan mengangkatnya ke depan untuk menerangi jalan. Seseorang muncul di depanku. Sontak itu membuatku terkejut bukan main.

Lilin yang kupegang juga sampai terlepas dari tanganku lalu melompat jatuh ke lantai dan padam dengan sendirinya.

“Siapa kau?!” tanyaku dengan posisi siap menyerang.

“Ini aku Hoseok, Jungkook... Kau tidak usah terkejut seperti itu, kau kira aku ini hantu apa?” jawabnya dengan sedikit kesal, nampaknya karena aku mengiranya seperti hantu.

“Aku kira kau siapa, bisa tidak kau bilang dahulu jika akan muncul di hadapanku?” legaku yang kali ini mencoba mencari salah lilin yang terjatuh ke lantai tadi.

“Baiklah, maafkan aku... Ya sudah, aku akan pergi ke kamar mandi! Bisa kau berikan aku salah satu lilinmu? Aku kesulitan berjalan karena sempat menabrak beberapa barang juga tembok, kenapa harus mati listrik? Benar-benar merepotkan!” keluhnya.

Kuberikan salah satu lilinku yang masih utuh  dan belum dinyalakan sama sekali. Korek api juga aku berikan padanya. Ia pun menyalakan lilin lalu berjalan menuju arah kamar mandi. Hoseok sudah puluhan kali atau mungkin lebih berkunjung ke rumahku, sehingga ia sudah hafal jalan menuju setiap ruangan yang ada di sini. Akhirnya aku menemukan lilin yang kucari. Kunyalakan kembali lilin tersebut. Aku kembali ke kamar membawa beberapa lilin yang sekiranya cukup untuk dipakai malam ini. Setibanya di sana, aku menemukan kedua temanku sedang mengobrol satu sama lain.

“Hoseok, hebat sekali kau bisa mendahuluiku datang ke sini! Bukannya kau pergi ke kamar mandi tadi? Apa kau tidak jadi? Dan mana lilin yang kuberikan padamu tadi? Kenapa kau tidak menyalakannya di sini?” takjub dan heranku.

Anehnya, Hoseok malah terlihat bingung.

“Apa? Pergi ke kamar mandi? Lilin?” bingungnya yang mengangkat salah satu alisnya.
“Iya, kau bilang tadi akan pergi ke kamar mandi dan kau meminta lilin untuk penerangan pergi ke kamar mandi!” ucapku yang mencoba mengingatkannya.

“Aku tidak pergi ke kamar mandi. Lagipula dari tadi aku di sini menemani Taehyung yang ketakutan...” jelas Hoseok dengan singkat.

Bingunglah diriku sama seperti Hoseok.

‘Sebenarnya apa yang terjadi? Jangan-jangan ini mimpi di dalam mimpi?’ pikirku.

“Bisa kau tampar wajahku?” tanyaku pada Hoseok.

PLAKK!!

Bunyi tamparan dari Hoseok terdengar sangat jelas. Rasa sakit yang sangat, terasa di pipiku.

“Tidak bisakah kau pelankan sedikit?” keluhku.

PLAK!

Ia malah menampar pipiku yang lain, namun tak sekeras yang tadi.

“Maksudku bukan aku minta ditampar olehmu lagi!” kesalku yang kesakitan.

Tiba-tiba sebuah cahaya lain terlihat dari luar pintu kamar. Kondisi pintu kamar sedikit terbuka sehingga cahaya tersebut dapat terlihat. Nampaknya itu seperti cahaya lilin. Tapi kenapa bisa ada cahaya lilin dari luar selain dariku? Mata kami semua tertuju pada cahaya tersebut. Pintu perlahan membuka sedikit demi sedikit. Cahaya tersebut pun semakin jelas terlihat sinarnya.

Black OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang