Part 3

6.5K 612 11
                                    

Akhirnya yg ketiga udah selesai... sorry ya kalo telat? Biasalah orang sibuk(?) Engga sibuk juga sih '_' Tapi harusnya sih sibuk soalnya bentar lagi mau UN T_T ... Menyedihkan... Minta do'anya ya?

Napa jadi ngebacot ke yg lain-lain ya? Yodah lah selamat membaca!

Jungkook’s pov

Pintu perlahan membuka sedikit demi sedikit. Cahaya tersebut pun semakin jelas terlihat. Sebuah lilin beserta wadahnya melayang di udara dengan sebuah tangan yang memegangnya. Terbukalah pintu dengan lebar. Kami bertiga hanya membeku di tempat dengan mata hampir keluar juga badan menggigil. Gigi Taehyung sampai mengeluarkan suara saking menggigil ketakutkan.

Parasnya tak terlihat jelas. Hanya sebuah senyuman lebar dari bibirnya saja yang terlihat. Matanya menatap kami seperti mengatakan “Mari kita bermain bersama...” namun versi seramnya. Petir muncul di langit secara tiba-tiba. Cahayanya yang sekelebat pun menampakkan wujud orang itu secara singkat. Tetap saja kami tidak bisa mengenali siapa orang itu.

Hal gila terlintas di benak Hoseok. Kakinya membawanya berlari menuju jendela kamarku yang terbuka lebar. Segesit mungkin ia bergerak. Lompatlah ia keluar dari jendela tersebut. Diriku yang mengetahui itu hanya bisa tercengang. Kusadarkan diriku, dengan cepat aku melakukan hal sama. Terjunlah aku ke bawah. Rumput pekarangan rumahku menjadi alas tempat pendaratan. Cukup sakit memang, tapi ini demi keselamatan diri.

Bukannya ikut melompat, Taehyung malah masih berdiam di kamarku dengan kepanikannya. Ia terlihat bingung harus melakukan apa. Rasa panik menguasainya sehingga pikirannya tak dapat berjalan sedikitpun.

“Taehyung, lompat ke jendela!” teriakku keras.

Sosok misterius itu berjalan mendekati Taehyung. Dirinya semakin panik. Cepat-cepat ia berlari menuju jendela. Sepasang matanya memandang ke permukaan tanah tempat ia akan menjatuhkan tubuhnya. Masih saja ia belum lompat dari jendela meski kami berdua sudah memberi isyarat padanya untuk segera lompat. Sesuatu membuatnya berpikir dua kali untuk melompat ke bawah, yaitu ketakutannya akan ketinggian. Jarak antara Taehyung dan sosok itu semakin dekat. Kepanikan semakin keluar dari wajah dan gerak-geriknya. Tangan sosok misterius itu akan menggapainya.

Tak ada pilihan lain lagi. Berat hati ia pun naik ke jendela dan melompat begitu saja ke bawah. Dari jendela orang itu hanya diam melihat ke arah kami. Senyum unjuk gigi yang begitu mengerikan ia tampilkan. Bersamaan kami berlari menjauh dari rumahku. Berlarianlah kami dengan terbirit-birit.

“Sekarang kita menuju ke mana?” tanyaku sambil berlari.
“Entah, aku juga bingung!” jawab Hoseok yang berlari di sampingku.

Taehyung mengikuti kami di belakang. Kaki kami terus melaju sampai akhirnya berhenti di suatu tempat. Rumah bertingkat tiga dengan arsitekturnya yang klasik terpampang nyata di hadapan kami bertiga. Gerbang yang tinggi menjadi penghalang kami antara rumah tersebut. Hoseok mencoba membuka gerbang tapi tak bisa. Nampaknya ini dikunci rapat dari dalam.

“Bagaimana cara kita masuk?” bingung Taehyung.
“Kita naik ke atas sana..” tunjukku pada bagian atas gerbang.

“Mana mungkin kita akan naik ke sana!” secara tidak langsung Hoseok menolak.

“Baiklah jika kau tidak mau, aku akan naik sendiri!” ucapku yang mulai menaiki gerbang.

Sedikit demi sedikit kupanjat gerbang tinggi ini. Untungnya banyak yang bisa jadi pijakan kaki di gerbang sehingga dengan mudah aku bisa sampai ke atas sana. Tatapan tak percaya Taehyung daratkan padaku.

“Apa kau bercanda?..” ucapnya tak percaya.

Dengan nekad Hoseok juga mulai memanjat gerbang. Taehyung semakin bingung. Pria ini tak ingin berhadapan lagi dengan ketinggian yang bagaikan mimpi buruk baginya. Kuberanikan diri terjun tanpa parasut ke bawah dari atas gerbang. Tubuh terasa sakit ketika menghantam tanah, tapi itu resiko. Hoseok sudah sampai di atas gerbang. Sedangkan Taehyung masih ragu-ragu untuk menaiki gerbang.

Black OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang