Chapter 20 : kecewa

1.1K 167 9
                                    

《《《PRESENT》》》

"Jangan cari Luhannie.... Luhannie sudah mati."

Seorang dokter berusia 34 tahun mendatangi kantor polisi setempat menyampaikan peristiwa yang ia alami selama dua minggu merawat seorang anak belia di sebuah penghinapan pinggir kota. Dokter tersebut menjelaskan rinci bagaimana kejadian ia dimintai seseorang untuk mengobati anak berumur belasan awal dengan luka robek terbilang parah pada kakinya, ada juga beberapa luka lain meski tak separah luka di kaki. Menurut sang dokter, diduga anak itu telah mengalami kecelakaan yang cukup dahsyat. Tak lupa menyampaikan ada dua orang yang menjagai anak malang itu, namun kedua orang itu tidak terlihat seperti ayah atau paman si anak.

Ia juga menjelaskan kondisi anak itu entah mengapa melemah dari hari ke hari. Sempat ia meminta agar kedua laki-laki dewasa tersebut membawa anak malang itu ke rumah sakit, guna melakukan pengecekkan lebih lanjut agar memastikan anak itu baik atau tidak. Akan tetapi menurut dokter tersebut, kedua lelaki itu menolak dan terlihat seperti menutup-nutupi sesuatu. Sang dokter curiga. Melihat si anak malang butuh pertolongan se-segera mungkin ia pun melaporkan kejadian yang dialaminya.

Kepolisian meminta ciri-ciri kedua lelaki dan si anak. Mengandalkan otak pintarnya sang dokter memberikan ciri fisik ketiga orang dalam topik pembicaraan mereka. Kepolisian bekerja cepat mengidentifikasi ketiga orang tersebut sesuai penuturan dokter. Curiga pada ciri fisik si anak, kepala kepolisian menghubungi kantor pusat. Kantor pusat merespon cepat mengirimkan orang-orangnya yang terlibat dalam pencarian kedua kembar Byun.

Sesuai petunjuk dari informan, penghinapan pinggir kota yang bangunannya terlihat masih kokoh meski kesan usia bertahun-tahun terlihat kentara dikepung kepolisian. Tidak ada keriuhan berarti selain datang dari pemilik penghinapan yang kaget dengan banyaknya anggota polisi. Tidak banyak penyewa kamar hari itu, membantu meminimalisir kemungkinan tersangka dicurigai bisa kabur.

"Jangan cari Luhannie .... Luhannie sudah mati .... "

Luhan belum mati. Di penghinapan pinggir kota semua terselesaikan, Luhan benar ditemukan bersama kedua penculik teringkus tanpa perlawanan berarti. Luhan memang belum mati, sayangnya sudah seperti mati. Ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri, segera dilarikan ke rumah sakit demi penanganan lanjut. Dari sana Luhan terfonis mengidap kanker darah stadium awal. Dan yang paling terpukul saat itu adalah Changmin bersama istri, belum pernah terpikirkan anak mereka akan tertimpa penyakit separah itu, pula mengingat penculikan yang menimpa putra mereka kian bertubi pedih di hati.

Bermula hari itulah kebencian dipupuk secara sadar, Yoona melempar amarah kepada Baekhyun, sakit hati Changmin tertuju untuk Baekhyun. Sikecil yang diam tak mau memberikan informasi apapun. Biarpun Yuhno berusaha menjelaskan duduk ketidaktahuan suami istri tersebut mereka bermasa bodoh. Melepas segala urusan hukum ditangani Yunho dan mereka membawa terbang sang anak ke negeri seberang guna mendapatkan perawatan intens. Meninggalkan Baekhyun tak terawat.

"Luhannie tidak ada lagi. Luhannie sudah pergi jauh."

Baekhyun salah, mulai hari itu ialah yang pergi jauh dari dekapan keluarga. ialah yang pada pengakhiran tak akan dicari. Terbaca sampai hari-harinya berlanjut ia adalah kepentingan yang tak seberapa diperlukan. Melawan dunia belum berakhir meski para penculik yang merupakan sindikat penjual anak-anak telah diadili, ia diantar pulang walau pada kebenaran ia terusir.

Ayah dan ibunya mendingin. Kehangatan yang sering ia dapatkan ditiup angin kencang terbangnya.

*****

Satu minggu yang lalu ujian kelulusan selesai Baekhyun jalani, minggu yang menguras otak dan fisik dilalui Baekhyun dengan tidak mulus tentu saja. Namun lega bernapas karena pada akhirnya semua telah berlalu, melupakan berbagai bentuk kendala dari materi yang tidak masuk dalam otaknya sampai pada sakit yang ia punya senang sekali menginterupsi disela-sela ujian. Kini Baekhyun dan kelas akhir hanya menunggu hari kelulusan tiba, menegangkan. Ada pula yang lebih menegangkan dari pada hari kelulusan nanti. Setiap siswa diwajibkan membawa wali mereka pada hari kelulusan nanti, letak masalah yang membuat Baekhyun mondar mandir di depan kamar kedua orang tuanya. Ragu-ragu antara mengetuk pintu kamar orangtuanya dan menyerahkan undangan dari sekolah itu atau tidak, diterimakah ia? Maukah ayah ibunya menghadiri hari kelulusannya nanti? Seharusnya Baekhyun sadar itu tak akan, namum dia teringin hari besarnya dihadiri orang yang ia cintai.

My Day Are A Struggle [CHANBAEK] [REMAKE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang