CATATAN:
(๑'•.̫ • '๑) padahal bab awalnya cuma ada 1.1k kata, ternyata malah kebablasan jadi 1.8k, sudah pasti ini bakal panjang dari naskah awal. Terima kasih sudah mampir ✿
∞
Hinata Hyuuga, putri tunggal dari keluarga Hyuuga, tumbuh dalam dekapan dunia yang terasa terlalu sempurna—mewah dan hampir tidak nyata.
Keluarga Hyuuga adalah sebuah dinasti yang namanya menggema di seluruh Jepang. Mereka memiliki jaringan hotel bintang lima, resor mewah, dan onsen tradisional yang tersebar di setiap pelosok negeri. Sebuah imperium yang tak terbayangkan oleh kebanyakan orang. Masalahnya, di dunia ini, di kehidupan ini, Hinata tahu betul: ini semuanya hanyalah fatamorgana. Sebuah mimpi dalam kerangka isekai yang melintasi batas logika.
"Ah, ini terlalu indah untuk menjadi kenyataan," pikir Hinata, bibirnya melengkungkan senyuman kecil yang pahit. Dia duduk di kursi santai dekat balkon kamarnya yang menghadap ke taman yang luas dan asri. Udara hangat musim panas membuatnya sedikit gelisah, tetapi di tengah kepalsuan ini, dia mencoba menikmatinya. Bukankah itu yang harus dia lakukan? Memeluk kehangatan mimpi ini sebelum segalanya menghilang begitu saja, seperti pasir yang jatuh dari genggaman?
Di sisinya, berdiri seorang gadis muda yang telah menjadi temannya sejak kecil—pelayan pribadinya, Tenten. Rambut Tenten selalu diikat rapi dengan dua cepol di kedua sisi kepalanya, mengingatkan Hinata pada karakter Pucca yang menggemaskan dari animasi Korea. Namun, ada sesuatu yang sedikit melenceng. "Mata Tenten terlalu besar untuk menjadi Pucca yang sempurna," Hinata terkekeh dalam hati. Meski begitu, Tenten tetap membawa kenyamanan di tengah suasana yang terasa asing ini.
Tenten menyerahkan sepiring buah delima yang merah menggoda, senyumnya sederhana namun tulus. "Nona Hinata, buah ini segar sekali. Anda harus mencobanya," katanya, suaranya ringan dan penuh perhatian. Hinata memandanginya sejenak, mencoba menakar bagaimana gadis ini tetap begitu nyata di tengah dunia yang terasa seperti ilusi.
Hinata mengambil sepotong kecil buah delima, merasakan manisnya yang tajam meledak di lidahnya. Untuk sesaat, dia hampir percaya bahwa ini adalah dunianya yang sebenarnya. Namun, di sudut hatinya, rasa asing itu tetap ada. Dunia ini, seindah apa pun, tetap memiliki bayangan mimpi yang suatu saat akan memudar.
"Kalau aku bangun... apakah aku akan merindukan rasa ini?" gumamnya perlahan, matanya menatap kosong ke horizon. Dan Tenten, meskipun tidak memahami sepenuhnya, tetap setia di sisinya, seperti jangkar yang menjaga Hinata agar tidak sepenuhnya hanyut dalam pikirannya.
"Lalu, apakah aku punya tunangan atau mungkin pacar?" tanya Hinata dengan nada ingin tahu, matanya memandang Tenten yang berdiri di sampingnya. Dunia aneh ini, seperti dalam cerita isekai pada umumnya, sering kali berakhir dengan kisah romantis yang menggelitik rasa penasaran.
Tenten menggeleng pelan, lalu mendekatkan wajahnya sedikit, seperti hendak membisikkan rahasia besar. "Setidaknya belum," katanya. "Tapi dengar-dengar Anda akan dijodohkan dengan seorang profesor."
"Profesor?" ulang Hinata, alisnya terangkat. Tidak sesuai ekspektasinya, tapi cukup membuatnya terkejut.
"Dia mengajar di luar negeri, tapi sudah dua tahun ini dia kembali ke Jepang," Tenten menjelaskan dengan semangat, nada suaranya seperti menikmati cerita ini lebih daripada Hinata sendiri.
Hinata mengerutkan dahi, menatap pelayannya dengan pandangan skeptis. "Bukankah menjodohkan dengan profesor itu... aneh? Maksudku, apakah aku harus menikah dengan pria tua?"
Tenten menahan tawa kecilnya dan menggeleng lagi. "Bukan profesor tua, Nona Hinata. Profesor asosiasi—profesor muda."
"Oh." Hinata menjawab singkat, rasa ingin tahunya mereda begitu saja. Namun, matanya sedikit menyipit, mencoba mengingat kalau ini memang formula yang khas dalam cerita seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated of Fate
Fanfiction[Publikasi awal 2021 - 護衛する (Goei Suru / Escort)] [Pembuatan ulang 2024 - On Karyakarsa] Hinata, seorang karyawan biasa yang kelelahan setelah bekerja seharian, tiba-tiba mengalami kecelakaan tak terduga dalam perjalanan pulang. Namun, alih-alih men...