1

8K 730 14
                                    


Sesampainya di perusahaannya kembali jaemin masih memikirkan tentang renjun yang bahkan tidak menolak ataupun mencoba untuk protes sama sekali seperti dia menyerahkan hidupnya begitu saja. Jaemin masih sangat bingung soal yang satu itu.

Saat akan masuk kedalam ruangannya, liapun menghalanginya.

"Maaf Presdir, ada nyonya Park didalam." Ucap Lia.

"Baiklah. Kau sudah memberikan minuman padanya?" Ucap jaemin datar.

"Sudah Presdir." Ucap Lia lalu jaemin pun berjalan begitu saja untuk masuk kedalam ruangannya tanpa ada senyuman sedikitpun dan heejin tertawa untuk hal itu.

"Kenapa kau tertawa hah?" Ucap Lia kesal.

"Tidak ada. Siap-siap lah untuk kekalahan mu." Ucap heejin lalu pergi untuk mengambil segelas air untuknya sendiri sedangkan Lia sedang menggerutu karena sangat kesal sekali.

Didalam ruangannya...

"Apa sudah lama nyonya Park?" Ucap jaemin lalu duduk dihadapan salah satu istri dari kliennya park jisung. Zhong Chenle atau sekarang lebih di kenal dengan nyonya park.

"Tidak juga. Kau sepertinya sangat sibuk tuan Na." Ucap chenle.

"Ya, begitulah." Ucap jaemin datar.

"Ini. Saya cuma mau memberikan undangan ini. Saya harap kau bisa datang minggu malam." Ucap chenle memberikan undangan pada jaemin.

"Undangan apa ini?" Ucap jaemin mengambil undangan itu.

"Perayaan kandungan saya. Tadinya jisung yang akan mengantarkan kemari, tapi dia sedang berada di Dubai saat ini, makanya saya memberikannya untuk mewakili suami saya itu." Ucap chenle tersenyum.

"Baiklah. Saya akan usahakan untuk datang." Ucap jaemin datar.

"Baiklah. Saya akan pamit." Ucap chenle lalu keluar dari ruangan jaemin dan jaeminpun menyandarkan tubuhnya pada sofa itu. Dia benar-benar bingung sekali, kenapa disaat hari Minggu jadwalnya jadi banyak seperti ini? Belum lagi pernikahan sahabatnya dan ini acara kehamilan lainnya. Dia merasa seperti enggan untuk datang tapi tidak mungkin jika dia melakukan itu. Itu hanya akan merusak reputasinya saja. Dan dia tidak ingin hal itu terjadi.



















Ditempat berbeda terlihat renjun memasuki galery lukis milik seorang kenalannya bernama Kim Seungmin. Sekaligus pemilik galery itu.

Tapi belum sempat dia masuk kedalam ruangannya, diapun mendapatkan telpon dan langsung mengangkatnya.

"Iya ada apa?" Jawab renjun sembari berjalan menuju lift untuk masuk kedalam ruangannya.

"Gege? Kau ada dimana? Di agency atau di galery?"

"Galery. Kenapa?"

"Baiklah aku akan kesana." Lalu panggilan berakhir dan renjun tidak ambil pusing karena itu hanyalah adik sepupunya saja. Renjunpun masuk kedalam ruangan lukisnya dan telah ditunggu oleh Seungmin.

"Ada apa sajangnim?"

"Sampai kapan kau akan menjadi pelukis anonim renjun?" Ucap Seungmin karena dia ingin salah satu karyawannya yang sangat berbakat seperti renjun dapat dikenal orang lain dan menjadi pelukis handal karena banyaknya klien yang sangat penasaran dengan orang dibalik lukisan anonim itu.

"Aku tidak tau. Tapi yang pasti aku tidak berniat untuk berhenti sajangnim." Ucap renjun.

"Walaupun ini akan membuatmu semakin sukses dan di penuhi dengan pundi-pundi uang." Ucap Seungmin.

Bussiness (jaemren)END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang