12

6.1K 540 16
                                    

Keesokan harinya ntah kenapa jaemin malah pergi ke suatu tempat yang menjadi Dejavu nya selama ini. Dia mengikuti saran jeno agar bisa mengingat ingatan yang dia lupakan itu. Karena dia tidak mau menjadi uring-uringan hanya karena ingatan itu.

Disini sekarang jaemin berada di sebuah taman yang mungkin sekarang terlihat lebih indah dari pada ingatannya. Taman yang walaupun sudah berubah masih mempertahankan unsur awalnya. Jaemin mulai berjalan menelusuri taman itu, dan hal pertama yang dia lihat adalah bunga mawar putih.

"Nana, lihat bunganya sangat indah sekali. Aku berharap bisa menanam bunga ini suatu saat nanti." Ucap renjun riang.

"Aku juga akan melakukannya demi mu. Tapi, aku rasa kita harus belajar dulu agar bunganya tidak mati saat kita menanamnya." Ucap jaemin.

"Hmm. Aku harap suatu saat nanti di rumah kita akan ada banyak bunga ini Nana."

"Aku akan melakukan apapun yang injunie inginkan. Karena rumah Nana nantinya adalah rumah injunie juga."

Jaemin terus berjalan sembari mengingat ingatan yang muncul hanya karena bunga mawar putih. Dia terus berjalan dan bertemu dengan tempat seperti bermain anak-anak dimana anak ayunan dan diapun mendekati ayunan tersebut.

"Nana ayo tolong ayunkan injunie."

"Tunggu sebentar."

"Sudah?"

"Hmm. Ayo pegangan yang erat. Nana akan mengayunkannya."

"Hmm." Lalu ayunan terus terayun dengan senyum kedua anak kecil itu juga tawa yang menghiasi suasana.

Jaemin masih bingung dan terus berjalan mengelilingi tempat lainnya hingga dia akan kembali lagi ke mobilnya yang dia letak di seberang jalan. Saat akan menyebrang ingatan lainnya terlintas.

"Nana ayo kita pulang."

"Ayo."

"Ayo menyebrang."

"Aku tidak mau injunie, aku takut."

"Tidak masalah. Pegang saja tangan injunie."

"Ayo." Ucao renjun setelah tangan mereka saling berpegangan. Dan kedua anak kecil itupun menyebrang hingga sebuah truk melaju dengan kencang kearah keduanya.

Brak!

Sreet!

Prang!!

Baik renjun maupun jaemin terlempar hingga jarak mereka cukup jauh, renjun telah sepenuhnya tidak sadarkan diri dengan berlumuran darah sedangkan jaemin masih membuka matanya walaupun darah terus keluar dan diapun berusaha menggapai renjun.

"Injunie, Nana mohon bertahanlah. Nana tidak mau kehilanganmu Huang Renjun." Lalu jaeminpun menutup matanya.

Teringat kenangan itu, membuat jaemin mundur selangkah lalu diapun berkeringat bahkan semua kenangan yang dia lupakan dan menjadi Dejavu selama ini langsung terlintas dalam pikirannya. Dia mengingat dengan jelas sosok injunie nya. Renjun nya.


Jeno tidak sengaja melewati taman dimana jaemin berada dan melihat sahabatnya diam saja di pinggir jalan, lalu diapun menghentikan mobilnya dan keluar dan mendekat pada jaemin.

"Jaem?" Ucap jeno sembari menepuk bahu sahabatnya itu. Jaemin sontak saja terkaget dan menatap tajam jeno.

"Santai dude. Apa yang kau lakukan disini? Kenapa berdiam diri disini?" Ucap jeno.

"Kapan kau sampai?"

"Baru saja. Ada apa?" Ucap jeno.

"Kurasa aku mulai mengingat kenangan itu." Ucap jaemin datar.

"Benarkah? Apa kau sudah yakin dengan ingatan itu?" Ucap jeno

"Hmm. Aku harus mencari tahunya lebih dulu." Ucap jaemin lalu diapun pergi meninggalkan sahabatnya itu dan jeno tidak memasukkan dalam hati kelakuan sahabatnya itu karena dia memang seperti itu.


















At. Na corp.

Jaemin masuk dengan wajah datarnya lalu melihat kedua asistennya yang benar-benar sangat menyebalkan baginya.

"Lia hubungi Jay dan Jake sekarang juga. Dan suruh segera keruangan saya" Ucap jaemin dan lia langsung melakukannya.

"Heejin tolong jangan ada orang yang mengganggu saya sampai Jay dan Jake datang." Ucap jaemin sembari menatap datar wanita itu.

"Baik Presdir, saya mengerti." Ucap heejin tersenyum sedangkan jaemin hanya mengabaikannya dan langsung masuk begitu saja kedalam ruangannya.

Didalam ruangan...

Jaemin hanya duduk melamun di bangku kebesarannya itu. Lalu diapun mengeluarkan ponselnya dan mendeal nomor renjun.

"Hallo?" Mendengar suara renjun, jaemin hanya diam tidak tau akan mengatakan apa pada pria mungil itu.

"Hallo? Jaemin-ssi? Apa kau butuh sesuatu?" Ucap renjun bingung pada jaemin yang tidak membalas omongannya sama sekali.

Tok....tok... tok....

Jaemin mengalihkan perhatiannya pada pintu ruangan yang diketuk dan mengabaikan renjun yang masih memanggilnya lewat sambungan telpon yang masih menyalah.

"Masuk!"

Ceklek.

"Maaf Presdir, kami lama." Ucap kedua orang itu sembari membungkuk dan jaemin langsung memutuskan panggilannya pada renjun.

"Tidak masalah." Datar jaemin..

"Apa yang ingin predir butuhkan?" Ucap Jay.

"Tolong cari tahu mengenai kecelakaan truk yang melibatkan dua anak kecil 17 tahun yang lalu." Ucap jaemin datar.

"Baik Presdir di mengerti." Ucap Jay dan Jake bersamaan.

"Untukmu, bisakah kau menjaga satu orang dari jauh untukku?" Ucap jaemin datar sembari menatap Jake.

"Tentu saja Presdir." Ucap Jake.

"Jaga dia, dia Huang Renjun, calon istri saya." Ucap jaemin memperlihatkan foto renjun yang dia ambil diam-diam saat acara tadi malam.

"Baik Presdir, saya mengerti." Ucap Jake walaupun dia sangat kaget begitu pula dengan Jay.

"Kalian bisa melakukan tugas itu sekarang. Khusus untukmu, selalu kabari apa saja yang dia lakukan pada saya." Ucap jaemin datar.

"Baik Presdir." Ucap keduanya lalu membungkuk dan keluar dari ruangan jaemin itu.

"Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memastikan kau adalah orang yang sama dengan yang aku ingat. Dan untuk memastikan keadaanmu selalu baik-baik saja." Monolog jaemin.






























∆∆∆












Up nih reader-nim😁
Gimana suka gak sama kelanjutannya?🙄
Semoga suka ya😁
Jangan lupa votement nya ya😁
Jangan lupa jaga kesehatan😁
We love you💚😍😘

Bussiness (jaemren)END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang