Together 👬🏻 (ft. Haeren)

563 18 0
                                    

Debuman suara pintu tertutup membuat beberapa pemuda di sana tertawa pelan. Belum ada 1 menit orang tua Renjun meninggalkan apartemennya, Jeno, Jaemin, serta Haechan langsung menyiapkan cemilan serta beberapa kaleng bir di meja ruang tengah, juga satu botol wine.

"Jago banget aktingnya si Renjun, anjir. Ngeri."

"Pacar lo, Chan. Depan Baba Mama mah kayak bayi baru lahir, suci banget. Padahal mah pantatnya becek mulu."

"Jaemin!"

Renjun memelototi Jaemin yang berbicara 'nyerocos' seperti tidak ada remnya. Kakinya bergerak melangkah menghampiri mereka, kemudian mendaratkan bokongnya di sebelah Jaemin.

"Untung tadi si Jeno lihat mereka di lobby. Kalo kagak, bisa habis kita."

Haechan meraih satu kaleng bir, meraih tangan Jeno agar terbuka, lalu menempatkan kaleng bir itu di genggaman Jeno. Sedangkan Jaemin sedang sibuk memilih-milih film untuk mereka tonton bersama.

"Yang itu aja, beb. Kata orang-orang sih seru."

Jeno mendekati Jaemin, mengarahkan kekasihnya untuk menekan tombol 'OK' agar film terputar. Ketika film dimulai, posisi Jaemin duduk berada di antara kedua kaki Jeno, begitu pula Renjun yang ada di antara kedua kaki Haechan, sebab Jeno dan Haechan berada di atas sofa, sedangkan Renjun dan Jaemin di lantai bersadar pada kaki sofa.

15 menit berlalu. Jaemin berpindah tempat untuk duduk di sebelah Jeno, kepalanya miring ke kiri, bersandar di pundak Jeno. Tangan kekar Jeno mulai merengkuh pinggang ramping Jaemin.

"Mmh..."

Refleks Haechan dan Renjun menoleh ke sebelahnya. Jeno dan Jaemin sudah tertaut dengan bibir mereka yang saling melumat. Pasangan itu memang paling gampang naik libidonya. Haechan melirik Renjun, yang dibalas tatapan tajam dari kekasihnya.

"Gak ada kondom, Chan."

"Polos aja kenapa sih, lebih enak."

Sempat-sempatnya Jeno menyahut saat meremasi pantat Jaemin. Ia berlanjut mengecupi telinga serta pelipis kekasihnya yang tangannya sibuk mengocok penisnya yang sudah terbebas dari celana bahannya.

"Polos aja ya, Ren?"

Tanpa menunggu jawaban, Haechan mengangkat tubuh Renjun untuk duduk di pangkuannya. Bahkan sebelum Renjun sempat mengomel, Haechan sudah menyumpal bibirnya. Disentuhnya tengkuk Renjun yang mana itu adalah salah satu titik sensitifnya, membuat Renjun melemas dan hanya mampu berdesah. Haechan menyerangnya dengan lembut namun telak.

"Ren, pinjem kamar."

"Duluan, Jen. Nanti gue sama Renjun nyusul."

Jeno menggendong Jaemin yang juga sudah lemah di pundaknya, membawa kekasihnya menuju kamar sahabatnya tanpa menutup pintu. Toh mereka ujung-ujung akan berakhir sex bersama.

Renjun yang sudah tak bertenaga hanya mampu mengendus wangi maskulin yang menempel di leher Haechan. Biarkan saja Haechan yang masih sibuk meremasi pantatnya yang gembil.

"Akhh! Jenh... Ngh..."

Beralih ke Jeno dan Jaemin, sang dominan terus menggagahi submisifnya dengan kuat. Penisnya yang cukup besar tak henti-hentinya menumbuk daging kecil yang terdapat di dalam lubang kekasihnya.

"Aku kecanduan banget sama kamu, sayang. Fuck..."

Tangan Jeno yang bebas pun memelintir puting Jaemin yang sudah merah mencuat. Jaemin hanya berbaring pasrah, mengangkat serta membuka kakinya lebar-lebar, menerima serangan bertubi-tubi di pusat tubuhnya.

Haechan mengangkat tubuh Renjun, membawanya ke kamar yang sedang Jeno dan Jaemin gunakan, kemudian merebahkan Renjun di sebelah Jaemin. Dengan terampil, Haechan menanggalkan pakaian yang menempel di tubuh Renjun. Setelah telanjang, Haechan mengangkat kaki Renjun dan menuangkan lube sebanyak mungkin sampai ia memasukkannya ke dalam lubang Renjun.

"Renh.. Shh.."

Jaemin menoleh, melihat Renjun yang juga sudah sayu. Jaemin menyodorkan jari-jarinya yang kemudian dihisap oleh Renjun. Tangan Renjun mengulur untuk memainkan puting Jaemin. Tanpa aba-aba, Haechan yang juga sudah telanjang, memasukkan penisnya ke dalam lubang Renjun, menghentaknya dengan kuat hingga Renjun mendesah hebat.

"Aahh! Nghh! Ouhh..."

Ruangan 3×4 meter itu beratmosfirkan gairah. Rasanya begitu panas dan gerah, sehingga AC bersuhu 18°C itu tidak berguna sama sekali untuk dua pasangan yang sedang memadu nafsu.

Posisi mereka sudah berganti. Jaemin dan Renjun sudah menungging, dengan lubang yang basah sisa pelepasan dominan mereka masing-masing. Masih berbekas bentuk penis kekasih mereka sehingga lubang itu pun masih membuka sedikit, memberikan kesan yang semakin merangsang libido para lelaki yang sedang berlutut sambil mengelusi penis keras mereka.

"Nana, suka kalo disodok-sodok sama Nono?"

"Heem, kayak Injun suka disodok-sodok juga sama Echan..."

"Tapi nanti perut Injun kembung kalau disodok terus diisi sama Echan, hng..."

"Engga apa apa, nanti Nana kasih obatnya biar engga hamil ya... Injun jangan takut, okey?!"

"Eumm, okey... Injun engga takut lagi..."

Jeno dan Haechan saling memukul, menyaksikan kelucuan kekasih mereka.

"Anjing, Jen. Kalo lucu gini mana tega gue genjotnya..."

"Anjir. Sama, Chan. Tapi gas aja, masih sange kan?"

"Oke, gas lah."

Dua penis keras itu mulai memasuki daerah teritorialnya, bergerak kasar bagai tiada hari esok. Jemari para submisif saling bertaut, seperti saling menguatkan. Renjun baru tau kalau bercinta tanpa pengaman ternyata senikmat ini. Urat pada penis Haechan seperti ukiran yang terus menerus menggaruki rektumnya.

"Mmhh... Chanh... Akh!"

Tubuh Renjun seperti tersengat listrik, bergetar hebat saat ujung penis Haechan menyentuh prostatnya berkali-kali. Matanya terpejam, membiarkan indera perabanya bekerja lebih keras untuk merekam setiap tumbukan yang Haechan berikan.

"Jenh... A-aku... Ngh!"

Jaemin menggelinjang hebat, menyemburkan maninya ke kasur dan membuat sprei menjadi basah. Jeno menekan pinggulnya dan membiarkan pelepasannya berada di dalam Jaemin.

Haechan menyusul, ia terus membuat Renjun merengek karena spermanya terus mengalir keluar. Seperti yang dilakukan Jeno, Haechan pun menekan pinggulnya dan melepaskan benih-benihnya di dalam Renjun.

Kedua submisif itu membalikkan dirinya untuk terlentang. Sedangkan kedua dominan sudah mengelap penis mereka dan menutupnya dengan celana pendek.

"Beb, buka tas aku deh. Di situ ada kotak obat warna biru. Tolong bawa ke sini ya."

"Oke, beb."

Sambil menunggu Jeno, Jaemin menarik selimut untuk dipakai berdua dengan Renjun. Sedangkan Haechan sedang sibuk menyiapkan handuk dan air hangat untuk membersihkan tubuh para submisif.

"Rasanya aneh-aneh gitu, kayak abis renang terus ada air masuk ke dalem perut lewat pantat Injun, Na..."

"Gapapa kok, nanti juga lama-lama Injun terbiasa kok kayak Nana, hihi..."

Tiba-tiba Jeno masuk ke kamar sambil membawa tas Jaemin dengan wajah panik.

"Beb, kamu lupa refill obatnya ya? Aku cek kotaknya, gak ada isinya nih. Gak ada tumpahnya juga di dalem tas kamu."

"HAH?!"


.
.
.
.
.
.
.

Teenager « NoMin »Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang