Jaemin berdiri di hadapan meja Jeno, muridnya yang cerdasㅡnamun culun, yang sedang berkutat dengan buku tebal berisi kumpulan angka dan materi yang akan diajarkan. Sebenarnya Jaemin tidak terlalu ahli dalam bidang ini, setidaknya ia masih bisa memahami materi-materi sulit dari kisi-kisi soal olimpiade matematika beberapa tahun lalu. Sekarang murid culunnya ini lah yang akan menjadi peserta olimpiade matematika tahun ini, dan bersyukur sekali, kepala sekolah menunjuknya sebagai tutor Lee Jeno.
'Seksi sekali saat dia sedang serius, ya ampun aku ingin melonjakkan pantatku di penisnya,' batin Jaemin.
Merasa diperhatikan oleh sang guru, Jeno menoleh, menatap bingung Na Jaemin yang terlihat menyeringai dengan pandangan kosong.
"S-saem?" Jeno menggerakan tangannya di depan wajah sang guru untuk membuyarkan lamunannya.
"Y-ya, Lee Jeno? S-sudah selesai membaca materinya?" Jawab Jaemin dengan gugup. Sial, padahal ia sedang membayangkan hal-hal menyenangkan bersama Jeno. "Kalau sudah selesai, coba kamu kerjakan 50 soal di halaman 47. Waktunya 30 menit dari sekarang."
Setelah memerintahkan muridnya untuk mengerjakan soal, Jaemin menarik kursi untuk ia duduki. Posisinya tepat di sebelah Jeno. Menurutnya, wangi Jeno begitu manis dan maskulin.
Jeno hanya menyimak perintah dari gurunya dan mengangguk. Ia langsung membuka halaman 47 seperti yang dikatakan Jaemin dan mulai fokus mengerjakan soal-soal latihan olimpiade tersebut.
"Jeno, saya dengar-dengar kamu lagi dekat sama Renjun ya? Apa Renjun itu tipe pacar idaman kamu?" Tanya Jaemin sambil terus menempelkan dadanya ke otot bisep Jeno. Jaemin bisa merasakannya, begitu besar dan keras.
"Hm?" Fokus Jeno buyar saat Jaemin menempeli dirinya, ia berusaha bergeser untuk menghindri sang guru, namun Jaemin langsung memeluk erat lengannya.
"R-renjun hanya teman saya, Saem." Ucapnya dengan nada yang dibuat sedatar mungkin. Lalu Jeno berusaha memfokuskan diri lagi pada soal-soal yang belum selesai ia kerjakan.
Gotcha! Jaemin harus mengetahui kriteria yang harus dimiliki ketika ia ingin menjadi kekasih Jeno. Jaemin terus berdistraksi dengan fokus Jeno. Tangannya yang memeluk tangan Jeno, kini beralih turun ke paha Jeno. Lekuk ototnya terbaca jelas oleh telapak tangannya yang mungil.
"Jangan gugup, Jeno. Ini sudah pertemuan kita yang ke-9 loh, biar kita lebih akrab kamu bisa panggil 'hyung' saja kok," ucap Jaemin mendayu, berusaha menggoda muridnya yang sepertinya sulit sekali terusik. Menarik, Jaemin jadi tertantang.
Jeno berusaha menyingkirkan tangan nakal milik Jaemin dari pahanya karena ia merasa risih. Ia menatap kedua mata Jaemin serius, "Baik, hyung. Tapi tolong singkirkan tanganmu terlebih dahulu atau aku akan memanggilmu 'Saem' lagi?"
"Ah galak sekali, saya cuma bersihkan sedikit debu kok. Jangan suka mengancam begitu, Jeno," Jaemin berakhir memindahkan tangannya sambil mengerucutkan bibirnya. Jaemin memperhatikan Jeno yang kembali fokus pada buku menjadi sebal. Ia berpikir keras bagaimana cara menggoda Jeno, hingga terlintas ide konyol di benaknya.
Jaemin berjalan mengambil remote ac dan menaikkan ke suhu tertinggi. Benar benar konyol kan, di saat musim panas, kau malah membuat AC-mu menjadi panas juga? Jaemin menyembunyikan remote AC itu di bawah tempat tidur, kemudian berakting seolah kepanasan. Ia membuka dua kancing teratas dari kemeja yang ia kenakan.
"Jeno, kok panas ya?" tanya Jaemin sambil berpura-pura mengibaskan tangannya di depan dadanya.
Jeno kembali melanjutkan mengerjakan beberapa soal terakhir setelah Jaemin menyingkir dan tidak lagi mengusiknya.
Baru saja Jeno baru beranjak dari kursinya untuk mencari Jaemin setelah selesai dengan soal-soal olimpiade tersebut, ia mendengar suara Jaemin dan menemukan gurunya berada diatas kasurnya sambil mengipas-ngipaskan diri dengan dua kancing baju teratasnya yang terbuka.
![](https://img.wattpad.com/cover/203212019-288-k403639.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenager « NoMin »
Krótkie OpowiadaniaCinta itu menyenangkan, Memabukkan, Memberikan ketenangan, Melepaskan beban, Juga candu untukmu. - Nomin's One Shot story - by. jaeminister