[°Happy Reading°]
❁
❁
❁Nana sedari kemarin tidak mengeluarkan suaranya, menatap kosong ke depan, dan bila ditanya hanya merespon dengan anggukan dan gelengan. Selain suaranya yang habis karena menangis, dia juga masih merasa sedih lantaran Vino yang pergi meninggalkannya.
Sarapan pagi tadi pun dia hanya memakan seperempat roti selai bluberry kesukaannya dan setengah gelas susu buatan Mommy. Nafsu makannya hilang, tidak ada lagi Vino yang memaksanya untuk menghabiskan sarapan.
Bahkan sekarang dia duduk di taman sekolah sendirian. Harsa dan Rafa belum datang karena masih pagi. Biasanya mereka berdua akan datang lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi. Dan biasanya Vino menemaninya sambil menunggu kedua sahabat mereka itu.
Namun, sekarang taman sepi. Hanya dia seorang yang duduk termenung menunggu. Harsa dan Rafa belum tahu Vino akan pergi karena kepergian anak itu yang mendadak. Dan mungkin sekarang Vino masih dalam perjalanan menuju negara yang akan ditinggali.
Jika saja Vino hanya pindah rumah, Nana mungkin masih bisa bermain dan memeluk sepupunya itu. Ia kira Mama Lia hanya membawa Vino ke rumah baru namun masih di negara yang sama, tapi rupanya Mama membawa Vino pergi sangat jauh.
"Nono j-jahat."
Saat suara serak itu keluar dari mulutnya, tenggorokan Nana terasa sangat nyeri. Dia langsung mengambil botol minum karakter hulknya, dan meneguk air minum itu hingga tersisa setengah.
Ia bangkit dari kursi taman, memutuskan menunggu kedua sahabatnya di kelas saja. Di taman sepi, tapi pasti nanti di kelas akan ramai dan berisik. Huh, Nana tidak suka situasi itu.
"Nana nunggu di halte aja deh." finalnya. Dia berjalan santai menuju keluar halaman sekolah. Duduk di bangku halte dan mengeluarkan gantungan kunci berbentuk kelinci dari tasnya. Hadiah terakhir yang Nono berikan padanya.
"Nana hari ini ulang tahun 'kan?" Nana mengangguk mengiyakan pertanyaan Vino. Dan tentunya masih terisak sambil mencengkram erat pakaian bawah anak itu.
"Nono belum kasih hadiah buat Nana, ya?" Nana kembali mengangguk, namun sedetik kemudian menggeleng.
"Nono kasih Nana hadiah. Tapi hadiahnya jelek, Nono mau pelgi ke lumah Oma." Tangisannya semakin histeris dan kembali memeluk Vino erat. Seakan tak membiarkan selangkah pun Vino untuk pergi.
Susah payah Vino merogoh saku celananya, dia mengeluarkan sebuah gantungan kunci berbentuk kelinci lucu, "Nono beli ini tadi, pake uang jajannya Nono lho ... Hadiah lucu untuk Nana dari Nono." Ungkap anak itu.
Nana melepaskan pelukannya, dia menatap benda kecil yang menggantung di jari Vino. Lalu kembali menggeleng, "Ndak mau... maunya Nono aja!"
"Yah... hadiahnya jelek ya? Yasudah tidak papa-"
"Ndak, hadiahnya bagus hiks Nana suka. Tapi Nono jangan pelgi..."
"Nana sayang sama Mom?" Nana mengangguk. "Nono juga sayang sama Mama, makanya Nono harus ikut Mama pergi." Lanjut Vino mengelus sayang surai sepupu kecilnya.
"Tapi Nana ndak mau Nono pelgi! Huaaaa...."
"Nono kapan pulang? Disananya tidak lama 'kan?" Dia terus bergumam-tanya sendiri, sambil menunduk memandang kosong kakinya yang terayun kedepan menendang angin. Sampai suara klakson motor membuatnya mendongkak.
Rafa dan Ayahnya.
Rafa turun dan melepaskan helmnya dibantu oleh sang Ayah. Nana menampilkan senyum tipisnya pada dua orang itu. Om Cipta membalas senyumannya setelah berhasil melepas helm Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMICITIA [Revisi]
JugendliteraturAmicitia, atau bahasa Latin dari kata Persahabatan. Seperti yang kita tahu, sahabat itu berbeda dengan teman. Mungkin, artian dari sahabat yang sebernarnya adalah menerima apa adanya. Jika sedang dibutuhkan, ia selalu ada. Menemani maupun mendampin...