Sel, 2 Jan 24

3 0 0
                                    

"Untuk semua yang telah terjadi, tidak ada gunanya menyalahkan takdir."

°°°

Hari ini, selasa, 2 Januari 2024 adalah hari pertama ku masuk sekolah setelah libur semester usai. Aku dirumahkan selama kurang lebih 3 minggu, aku merasa lumayan bersemangat untuk kembali ke sekolah. Libur semester hanya ku habiskan dirumah saja, aku bahkan tidak pernah keluar untuk sekedar bermain dengan teman.

Aku pun juga sudah mempersiapkan barang-barang yang sekiranya akan ku butuhkan nanti di sekolah sejak malam. Dalam hati sudah ku niatkan bahwa nanti setiba nya aku disekolah aku akan berusaha menjadi pribadi yang lebih tenang dan tidak berlebihan lagi tentang apapun, baik itu tentang pertemanan, cinta ataupun sebagainya. Semua sudah ku niatkan dimalam itu.

Pagi hari berjalan lumayan baik, setibanya aku dikelas aku sudah mulai senyum-senyum sendiri. Aku tidak tahu betul apa yang membuat diriku bereaksi seperti itu, yang jelas pagi itu mood ku lumayan baik, atau bahkan sangat? Sebenarnya ini sudah agak melenceng dari rencana yang sudah ku susun semalam bahwa aku akan bersifat sewajarnya saja dengan apapun yang akan aku tanggapi, namun apa boleh buat, setidaknya aku sudah berusaha bukan?.

Tentu saja bukan tanpa sebab aku seperti itu, aku hanya berusaha meminimalisir hal-hal yang nantinya akan membuat aku kecewa dan terluka dengan respond orang-orang sekitarku. Terkadang aku juga sering berfikir bahwa hanya aku yang excited tentang "hal" yang bahkan orang lain tidak terlalu ingin tau. Sederhana, tapi itu membuat hati kecilku terluka. Jadi sudah ku putuskan aku akan berusaha menjadi orang yang lebih "cuek" lagi mungkin?

Dan ya, seperti dugaan ku bahwa hari ini tidak akan ada pembelajaran karna ini adalah hari pertama sekolah. Sekitar setengah jam hanya ku lalui dengan bercanda dan bermain-main dengan kawan. Menyenangkan, banyak gelak tawa yang keluar dari mulut ku saat itu. Tak jarang aku juga mengeluarkan tawa yang keras, aku sadar dan aku sudah berusaha untuk memperbaikinya, hanya saja aku belum bisa.

Hingga saat aku pergi ke kantin bersama temanku, dia teman sebangku ku. Bisa dikatakan dia cukup dekat dengan ku. Sebenarnya rute ke kantin itu sudah lumayan lama aku hindari sejak aku "putus" dengan seseorang yang ku anggap sangat dekat dengan ku. Aku tidak sanggup, hati ku sangat tergores saat "dia" yang pernah berbagi suka duka dengan ku sekarang "asing" seakan kami hanya sekedar kenal nama. Sakit sekali.

Tapi apa boleh buat, aku sangat ingin, tujuan ku saat itu adalah seblak. Akhir-akhir ini aku lumayan suka dengan makanan itu. Setelah mendapatkan makanan yang ku cari aku berniat untuk kembali lagi ke kelas dengan semangkok seblak yang sudah ku beli tadi.

Saat di perjalanan, seperti yang telah ku duga, pasti dia akan melihatku. Karna kantin sangat dekat dengan kelas nya. Padahal aku sangat-sangat tidak ingin bertemu dengannya mengingat kenyataan yang pahit tadi.

Ternyata dia ada di kelas atas, kelas itu adalah kelas temannya, dan juga ada kelas temanku disana. Aku mendengar suara-suara yang memanggil namaku. Ku rasa yang memanggilku adalah temannya. Dia berteriak cukup keras, mustahil aku tidak mendengarnya.

Tapi aku tidak melihatnya, aku bahkan tidak melengah sedikit pun. Bukannya apa-apa tapi keadaan juga tidak mengizinkan ku saat itu. Alhasil aku tidak menghiraukan panggilan itu sama sekali.

Aku tidak tahu apa niat teman-temannya seperti itu padaku. Dengan sikapnya itu hati ku seolah-olah diberi harapan yang entah niatnya hanya untuk bercanda-canda saja dan menjadikan aku topik candaan mereka. Tapi tetap saja, aku tidak tahu niat sebenarnya mereka apa.

Aku berlalu dan langsung kembali ke kelas. Sesampainya dikelas, tak pikir panjang aku langsung mengajak temanku untuk makan bersama.

Saat sedang makan mereka lewat didepan kelasku. Aku tidak melihat mereka secara langsung, aku hanya melihat dari sudut mataku saja, namun aku tetap fokus melihat temanku. Aku tahu itu mereka dari postur tubuh mereka saja.

Selang 2 jam mereka lewat lagi, namun kali ini dengan misi yang berbeda. Mereka datang dan lewat untuk merayakan ulang tahun perempuan itu. Sesaat aku merasa marah, pikiran ku berkelahi didalam sana. Hati ku tidak bisa menerima bahwa dia bersenang-senang dengan perempuan-perempuan lain. Aku kecewa, terkejut, semuanya bercampur aduk.

Sesaat aku terdiam selama ±5 menit. Aku butuh waktu untuk berfikir normal kembali. Ku pikir sah-sah saja mereka melakukan itu, tidak ada yang salah, toh dia juga sudah tidak memiliki hubungan yang dapat mengikatnya melakukan apapun, dia bebas.

Aku pun berusaha menerima nya, aku mencoba meyakinkan hati ku bahwa ini memang sudah seharusnya dan akan tetap terjadi. Nyatanya kisah tentang "aku dan dia" sudah selesai.

Aktivitas ku setelah itu tetap berjalan, namun hatiku tetap saja gundah. Mulutku komat-kamit berbicara dan menyatakan pada temanku bahwa aku telah "ikhlas". Aku berkata bahwa aku baik-baik saja walaupun itu terjadi.
Aku mencari kesibukan yang sekiranya dapat membuatku lupa akan hal tadi.

Hingga saat sore pun tiba, disaat yang lain memilih pulang, tapi aku masih nyaman berada disini. Aku memilih di musholla sekolah. Bertemu temanku yang kurasa dapat mengerti perasaanku saat ini. Aku berbicara padanya seakan-akan aku biasa saja menyaksikan peristiwa tadi.

Namun dalam hati aku sadar, bahwa sebenarnya aku belum bisa menerima sepenuhnya kenyataan ini, aku belum benar-benar ikhlas. Karna itu aku jadi seperti ini.

Setiap sujud aku selalu berdoa agar aku akan diberikan ikhlas yang dalam. Ikhlas se ikhlas-ikhlasnya dengan cintaku yang mungkin tak akan dapat terbalas. Ikhlas sedalam cinta yang ku rasakan kemarin.


Last Memory With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang