Sab, 2 Mar 24

5 0 0
                                    

"Dari banyaknya hari yang ku lalui dengan tertatih, mengapa kau baru ingin kembali sekarang?"
°°°
°°
°

Sab, 2 Mar 24.
     Matahari mulai bersinar di pagi itu, aku menjalankan rutinitas ku seperti biasa. Hari itu memasuki hari ke-8 dimana aku di liburkan, sebab kakak tingkatku sedang melakukan ujian kelulusan.

     Seperti biasa, aku bangun dan melakukan rutinitas ku. Setelah mencuci piring sekitar jam 8 pagi, aku menyempatkan waktu untuk bermain game online, sebut saja ML. Akhir-akhir ini aku memang sering bermain game hanya untuk mengisi waktu kosong ku. Terdengar kurang bermanfaat memang, tapi setidaknya kuotaku tidak akan terbuang sia-sia saja karna kehabisan waktu.

     Singkat cerita, setelah menyelesaikan game satu kali pertandingan aku pun menang. Tak lama masuk satu notif dari temanku, dia teman dekat ku. Setelah kepergian "dia" aku dan temanku yang satu itu bisa dibilang tidak pernah absen berbalas pesan satu hari pun. Entah itu karna sama-sama kesepian atau apa, entahlah.

     Kulihat notifikasi pesannya dari notifikasi atas. Sejenak aku terkejut, ternyata ada satu pesan dari orang yang berbulan-bulan terakhir ini aku nantikan. Pesan itu dikirim dua puluh enam menit yang lalu, tapi aku tidak menyadari karna notifikasi nya tidak ada.

     Sepersekian menit aku berfikir, balasan apa yang akan aku kirim padanya? aku bingung, canggung. Akhirnya aku memutuskan untuk membalasnya dengan "haii".

     Aneh rasanya ketika dia berbalas kata denganku seperti dulu, dia mengejek, mem bully, seperti itulah aku dan dia dulu setiap hari.

     Setelah sekian lama tidak berinteraksi, aku merasa ada yang berbeda. Senang? entahlah, aku mulai ragu. Aku sadar dengan amat sangat, setelah ini pasti dia akan meninggalkan ku lagi dan bersikap asing kembali. Aku tahu bahwa aku hanya akan merasakan ini sesaat, aku terlalu takut untuk ditinggalkan lagi. Karna itu aku tidak merasakan senang lagi. Atau mungkin hatiku yang sudah mulai mati?.

     Awalnya aku membalas pesannya se netral mungkin. Aku juga sengaja membalas pesannya lama. Aku bahkan sengaja melakukan pekerjaan agar aku bisa menghindari pesannya. Saat melakukan pekerjaan aku diam dan berfikir kosong, apa niatnya? untuk apa dia menghubungi ku lagi setelah semua yang terjadi kemarin?.

      Akhirnya aku aktif kembali, ku lihat pesan yang masuk, dia bahkan menelpon ku. Aku bingung. Dengan respond ku yang berbeda mungkin dia juga merasakannya, dia membalas pesanku sedikit berbeda. Aku pun merasa bersalah dan akhirnya membalas pesannya seperti biasa.

     Hingga malam tiba, dan pagi. Saat aku bangun kulihat ada lagi pesan darinya. Ku balas pesan dengan seadanya. Aku sudah tidak bertanya dia dimana, sedang apa dan bersama siapa. Aku berhenti melakukan itu.

     Sampai di jam delapan pagi, dia menanyakan sandi emailku. Tentu saja aku enggan. Aku hanya menjawab dengan candaan. Hingga saat dimana dia menyuruhku untuk membuat kata sandi yang baru. Aku tahu mengapa dia berani begitu. Karna sejak dulu aku tidak pernah menolak permintaannya. Ketika bertengkar pun aku akan selalu mengalah dan meminta maaf. Dia tahu itu, dia tahu bahwa aku tidak akan bisa menolaknya.

     Tapi saat itu aku sangat emosional. Aku begitu marah dan tersinggung ketika dia menyarankan ku sandi dengan gabungan namaku dan namanya. Nama yang dulu pernah aku ciptakan.

     Aku marah, bagaimana dia bisa berkata seperti itu tanpa rasa bersalah? Tidak kah pernah dia berfikir bagaimana sesak yang ku tahan saat dia meninggalkan dan mengacuhkan ku pulang disaat aku terisak dalam? Tidakkah pernah dia berfikir bagaimana aku berjuang melewati hari dimana dia yang ku jadikan sandaran melenggang pergi seakan aku adalah asing baginya.

      Tidak kah pernah kau merasakan sesak yang ku tahan? Bagaimana aku menangis dan terduduk diam saat melihatmu bersenang-senang dengan temanmu, dengan seseorang yang bahkan kau tahu bahwa aku tidak menyukainya? Padahal kau tahu bahwa aku melihatmu saat itu, aku melihatmu bersama perempuan itu. Tapi persetan dengan itu semua, bahkan kau mungkin tidak memikirkan perasaanku.

      Lalu tiba-tiba kau datang dengan rasa tidak bersalah. Seakan-akan yang terjadi kemarin hanyalah hal yang mudah. Seakan semuanya hilang tertelan waktu. Tapi kau yakin bahwa aku akan tetap seperti dulu kan? aku yang selalu menunggumu, aku yang selalu haus akan waktumu, aku yang akan selalu memaafkan mu, aku dengan segala dugaanmu. Tahukah kamu? aku menangis lagi di hari itu.

     Sebelumnya aku mengira bahwa aku sudah biasa dengan itu semua. Saat mendengar dan melihatmu bersama perempuan lain aku bahkan tidak menangis karna sudah terlalu sering menyaksikannya. Tapi kemarin, hari dimana dia mengatakan itu air mataku kembali pecah. Air mata yang selama ini ku tahan.

      Tak apa, aku mungkin akan menangis lagi dan lagi. Aku tidak apa, akan aku lalui. Hari dimana aku menyaksikan mu dengan perempuan barumu akan ku lalui. Tidak masalah.
Aku sudah meyakinkan hatiku untuk melalui itu semua. Mungkin kita memang tidak berjodoh. Dan aku akan menerima kenyataan itu.
    

     

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last Memory With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang