"Yang Muliaaa...!" Ivan datang dengan senyum cerah seperti mentari sambil bersenandung ria. Ia membuka pintu dan berucap dengan nada riang, "Ini berkas yang harus Anda tanda ta... YA TUHAN! HANTU! VAMPIR! PENAMPAKAN!"
Pria itu berteriak histeris dan menjatuhkan tumpukan dokumen yang ia bawa. Matanya melotot hampir copot kala bertatapan dengan seorang pria yang berwajah tirus seperti kekurangan gizi, kulit pucat tak berwarna, disertai dengan kantung hitam pekat di bawah mata biru pria itu. Ivan gemetar di tempatnya, berusaha mengenali pria yang duduk di hadapannya.
"Tu-tuan Duke? Yang Mulia Duke...?" panggil ajudan itu dengan cemas dan gelisah.
Pria yang dipanggil 'Duke' oleh Ivan menggerakkan kepalanya, bertatapan dengan ajudannya. Ia lalu bertanya dengan nada gelap, "Istriku tidak pulang lagi semalam?"
"Ha??" Ivan membuat ekspresi bodoh di wajahnya. Ia berkedip-kedip polos, lalu tersenyum tanpa dosa dan menjawab dengan tenang, "Apa yang Anda bicarakan? Duchess 'kan tidak pernah pulang selama sebulan leb...."
Bzzt!
Tatapan mata yang seperti laser dari sang duke membuat Ivan langsung menutup mulutnya rapat-rapat, sadar bahwa ia sudah melakukan kesalahan. Ia segera tersenyum ceria.
"Duh, Yang Mulia. Kalau Anda terlalu kangen dengan Duchess, kenapa tidak meminta Yang Mulia Kaisar agar memulangkan Duchess dari medan perang?" usul Ivan blak-blakan.
Duke membuat ekspresi jengah. "Aku sudah menemui Kaisar seratus kali dan selalu ditolak. Dia bilang kalau pembasmian monster lebih utama daripada perasaan pribadi," ucapnya jengkel, mengingat kembali pertemuannya dengan kaisar kemarin entah kenapa membuatnya semakin kesal.
Yah, kalau begitu Anda harus sabar menunggu, dong, timpal Ivan di dalam hatinya, kemudian memungut tumpukan dokumen yang kini berserakan di lantai.
"Saya yakin Duchess pun kangen dengan Anda, jadi bersabarlah sebentar, Tuan Duke." Ivan pun tersenyum sambil memberikan dokumen-dokumen itu pada tuannya. "Sembari menunggu, mari kita bekerja."
"Sialan," umpat duke kala berhadapan dengan kertas-kertas putih yang ada di atas mejanya. "Aku hanya ingin berduaan dengan istriku, tapi kenapa selalu ada penghalang, sih."
Saya juga ingin menghabiskan waktu dengan istri saya dan anak saya yang masih balita, tapi kenapa Anda selalu melimpahkan pekerjaan Anda pada saya?! curhat Ivan di dalam hatinya, namun tak berani ia ungkapkan karena masih sayang dengan gajinya. Duchess, cepatlah kembali...!
―•♡•―
Aldis Vellian Viasse, seorang Duke Viasse yang merupakan salah satu bangsawan terkemuka di Kekaisaran Phireum dan seorang swordmaster. Sebelum dia menikah, dia adalah kandidat nomor satu calon suami idaman, mengalahkan pangeran-pangeran kekaisaran.
Tubuhnya atletis dan berotot, memiliki bahu lebar yang kokoh, rambut putih perak yang indah, serta mata biru tua yang teduh. Tatapannya mampu membuat para wanita di pergaulan bangsawan berdebar, berteriak girang, lalu pingsan.
Namun sayangnya, meskipun dia adalah duke yang berkarisma dan memiliki popularitas tertinggi di kekaisaran, Aldis itu....
Dingin.
Kejam.
Ketus.
Tidak punya perasaan dan devinisi gunung es berjalan yang sesungguhnya.
Ekspresi wajahnya selalu bengis ke mana pun ia pergi. Namun hal itu justru membuatnya dikagumi banyak wanita karena mereka merasa tertantang untuk menaklukkan hatinya yang dingin. Dasar wanita.
Di sisi lain, sifatnya juga bisa dikatakan buruk. Apa pun itu yang bukan kemauannya namun ia dipaksakan untuk melakukan hal itu, maka Aldis akan benar-benar mencabut pedangnya dan berperang dengan orang yang memaksanya.
Hal itu juga pernah terjadi.
Di saat popularitasnya meningkat setelah berperang menaklukkan kerajaan lain bersama Putra Mahkota, Kaisar Phireum menurunkan titah yang menyatakan bahwa Putri ke-3 melamar Duke Viasse dan pernikahan akan dilangsungkan setelah menerima persetujuan dari orang tua calon pengantin pria.
Aldis yang saat itu mendambakan istirahat di rumahnya setelah pulang dari perang menjadi gelap mata setelah menerima perintah menikahi Putri ke-3 dari sang kaisar.
Tanpa mengganti baju perangnya, ia segera ke istana dan melempar surat perintah itu di hadapan Kaisar Phireum dan disaksikan oleh bangsawan-bangsawan lainnya.
Kaisar tidak heran dengan sikap pria itu dan malah tenang, sementara orang-orang di sekitar mereka membuat wajah syok.
Tidak menerima perintah kaisar adalah kejahatan yang sangat besar. Jika Aldis mencabut pedangnya saat itu, maka keluarga Viasse bisa dianggap memberontak dan akan dibasmi tanpa sisa.
Namun, kejadian selanjutnya yang terjadi di luar dugaan.
Aldis, pria terkejam dan sedingin gunung es, malah berkata, "Saya tidak bisa menerima pernikahan ini karena saya sudah memiliki calon istri. Dia adalah putri bungsu Kerajaan Visia, Putri Freya La Visia."
Ucapan sederhana itu dalam sekejap mengguncang kekaisaran. Suasana pergaulan sosialita segera terbalik. Ibu kota riuh dan koran-koran tentang skandal mereka berdua yang entah bagaimana terpotret menjadi bahan pembicaraan semua orang, dan putri bungsu Kerajaan Visia seketika menjadi objek iri dan kecemburuan para wanita.
Tak berapa lama kemudian, Aldis dan Freya menikah dan pernikahan mereka menjadi yang termegah pada saat itu.
Akibat dari menentang perintah kaisar, Aldis diberi hukuman. Namun bukan dia yang menjalankannya, melainkan istrinya. Tepat sebulan setelah pernikahannya, Freya dikirim ke medan perang untuk membasmi monster di wilayah selatan kekaisaran, di Kota Cherise.
Begitulah masa lajang pria idaman wanita nomor satu se-kekaisaran itu berakhir.
―•♡•―
"Ah, sial. Aku kesepian."
Aldis bergumam saat ia berbaring di tempat tidur. Malam sudah tiba dan suasana di sekitarnya sangat sepi dan sunyi. Dulunya ia terbiasa dengan keheningan yang mencekik ini, tapi sekarang ia merasa asing dengan suasana di sekitarnya.
Setelah dia menikah, hari-harinya terasa hangat dan berbunga.
Namun masalah datang sebulan setelahnya.
"Ck. Gara-gara kaisar sialan itu," umpat Aldis sambil menggertakkan giginya geram.
Ia pikir hukumannya diturunkan pangkat, dikirim ke daerah pedesaan, atau dikirim lagi ke medan perang. Namun malah istrinya yang melakukan hukuman itu. Sudah begitu istrinya yang baik itu tidak menolak dan menerima dengan lapang dada disertai senyuman.
Kini malaikat berwujud manusia itu tidak ada di sisinya dan membuatnya kesepian.
Aldis benar-benar benci perasaan ini.
Sumpah aku kangen banget sama Freya, batin pria itu diterpa rindu dan galau.
Tidak ada yang menduga bahwa pria kejam dan sedingin gunung es itu menjadi pria bucin setelah menikah.
―――――――――――――――
Cerita baru❤️
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
(HIATUS) Finally, Duchess Viasse Is Back
Fantasy[ORIGINAL! BUKAN NOVEL TERJEMAHAN!] [95% HASIL PEMIKIRAN SENDIRI 5% TERINSPIRASI] --- Di mana-mana seorang duke yang berkarisma misterius dan tidak pernah menampakkan diri ke pergaulan sosialita hingga menyebarkan gosip bahwa ia buruk rupa seperti m...