Chapter 10 : [No title]

1.9K 274 30
                                    

Votement ya:) biar yang baca berkah dan yang nulis bahagia.

*Awas Typo*


***

Taeguk melepaskan pelukannya, jemarinya bergerak menghapus air mata Taehyung dengan lembut. Pria menawan di sampingnya tanpa sadar menangis sambil menceritakan kisah masa lalu dengan ayahnya tersebut. Taeguk tidak tau harus bereaksi bagaimana selain hanya bisa menghapus air mata sang ibu. Kenyataan yang Taehyung ceritakan ini bukan hanya membuatnya kaget, tetapi juga sedih, dan bingung di saat bersamaan.

Sementara Taehyung yang diperlakukan lembut seperti itu, tidak dapat menahan senyum harunya, dia kemudian melanjutkan ceritanya.

"Setelah itu, di sore harinya Paman Han berkata bahwa Jungkook berada di depan gerbang rumah ini, dia masih memohon untuk bertemu denganku meskipun para bodyguard itu menyuruhnya pergi. Dia masih tetap bertahan di sana hingga malam tiba. Saat itu aku benar-benar blank, tidak tau harus bagaimana. Hanya terus menangis dengan Yeonjun di pelukanku," ujar Taehyung di sela-sela isakan tangisnya.

"Aku tau aku bersalah, aku bersalah pada Jungkook, pada kamu, dan pada ayah serta ibuku. Aku sangat sedih, sampai tidak bisa berpikir jernih, aku hanya tau menangis saat itu, dan membiarkan keluarga besar ku melakukan segala hal--yang bisa membuat keadaan perusahaan lebih baik."

"Apakah itu?" tanya Taeguk.

Taehyung tersenyum masam, "Mereka menginisiasi untuk melanjutkan pertunanganku yang sebelumnya batal."

Pemuda 15 tahun itu menghela napas pelan, begitu sesak dalam hati. "Lalu bagaimana dengan ayah? Apa dia tidak datang lagi?"

Taehyung mengelus rambut lebat sang putra dengan senyumnya yang kini begitu sendu. "Tentu saja dia datang. Dia datang setiap hari, dan selama satu minggu aku mengabaikan ke hadirannya. Aku hanya bisa diam-diam melihatnya dari cctv, dia selalu datang pukul 10.00 pagi. Akan meminta masuk dan berdebat dengan beberapa bodyguard di sana, namun meskipun kembali ditolak Jungkook...hiks...dia masih saja sudi menunggu aku--dengan duduk di depan gerbang rumah ini sampai malam hari. Selama tujuh hari ayahmu melakukannya."

Taehyung kembali menangis lirih di depan Taeguk yang kini menatapnya berkaca-kaca, seolah bisa merasakan kesedihan ayah dan ibunya saat itu. Lengan kurus itu lantas memeluk sayang sang ibu. Jemarinya mengusap lembut punggung Taehyung, berusaha membujuknya untuk tidak menangis, meskipun saat ini Taeguk sendiri juga sedang menangis dalam diamnya.

"Di hari ketujuh aku memberanikan diri untuk menemuinya," bisik Taehyung lirih.

"A-apa yang kau katakan padanya, Ma?"

"Yang kukatakan adalah-"

***

Flashback

"Jungkook, ayo kita berpisah."

Senyum lebar yang sedari tadi pria itu perlihatkan padanya kini perlahan menyurut. Di depan pintu gerbang rumahnya, Taehyung menebalkan hatinya untuk melihat Jungkook yang kini sedang menatapnya sedih.

Sosok tegap itu perlahan maju, berusaha menggapai Taehyung di depannya. Namun melihat bagaimana sosok cantik itu yang perlahan mundur, menolak segala jenis sentuhannya membuat tawa sumbang Jungkook hadir.

"Hahaha...Taehyungie, kumohon jangan bercanda sayang," ujar Jungkook penuh permohonan. "Tae, hari ini bayi kita bisa ke luar dari rumah sakit. Aku akan menjemputnya malam ini di rumah sakit, setelah itu kita bisa berkumpul dengannya bertiga. Bukan kah kamu merindukannya, Tae kumohon..."

He is My Dad [KookV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang