P A R T • S A T U

0 0 0
                                    

"Taraaa" ucap Deyra kegirangan setelah membuka kotak bekal berisikan nasi goreng dengan telur dadar diatasnya.

Namun senyumnya seketika luntur ketika Niko datang dan melempar kotak bekal itu dengan santai, tanpa ada rasa bersalah diwajahnya.

Deyra mengepalkan kedua tangannya,  ia mengambil kotak bekal tersebut dan membersihkan nasi yang berceceran dilantai. Namun lagi lagi Niko menghalanginya, laki laki itu menginjak tangan Deyra dengan keras.

"Gila lo ya?!" sentak Deyra setelah menarik tangannya yang berubah merah.

"Ini resiko karena lo udah berani nolak ajakan gue buat balikan, gue nggak akan pernah bosen buat ganggu lo Deyra"

"Lo manusia atau apa sih? Udah jelas jelas lo yang selingkuhin gue dan sekarang lo ganggu hidup gue karena gue tolak ajakan lo, sinting lo hah?!"

"Gue nggak peduli, lo nikmati aja" balas Niko seraya mendorong dahi Deyra dengan telunjuknya.

Setelah mengatakan itu, laki laki itu beranjak pergi meninggalkan Deyra yang tengah meratapi nasib nasi gorengnya.

Setetes air mata jatuh membasahi pipi gadis itu, ia susah payah membuat bekal tersebut spesial untuk seseorang yang selama ini selalu ada untuk mendukungnya dan naasnya harus berakhir dilantai.

Dan parahnya, itu uang terakhirnya untuk bulan ini. Setelah ini, ia harus bersabar karena tidak ada sedikitpun stok makanan dikost nya.

"Gue harus tahan lapar buat dua hari kedepan" gumam Deyra.

"Kenapa?" celetuk Galih, laki laki itu berjalan menghampiri Deyra dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apanya?" balas Deyra yang tak paham.

"Kenapa harus nahan lapar?"

"Gue udah habisin uang bulanan gue buat bikin nasi goreng ini, tapi.."

Belum selesai dengan ucapannya, Galih pergi begitu saja membuat Deyra berdecak kesal. Ia lupa jika teman sebangkunya itu bukan manusia melainkan kulkas tujuh pintu, yang dinginnya bukan main.

Sepulang sekolah, Deyra memutuskan untuk langsung pulang karena ia hanya memiliki sisa uang sedikit yang akan ia gunakan untuk membayar angkutan umum.

Tiba didepan gerbang, sebuah motor berhenti tepat dihadapannya. Pemilik motor itu membuka helmnya dan ternyata itu Galih, ia memberi kode pada Deyra untuk naik.

"Gausah, makasih"

"Cepet"

"Gue bilang nggak usah"

"Naik atau lo bakal nyesel"

Karena malas berdebat, akhirnya Deyra mengiyakan ajakan tersebut. Galih tidak langsung membawa dirinya pulang melainkan berhenti disebuah minimarket yang tak jauh dari rumah Deyra.

"Mau ngapain?" tanya Deyra.

Tanpa babibu, Galih menarik Deyra masuk kedalan dan mengambil satu troli. Laki laki itu mengambil beberapa kebutuhan makanan, dan stok camilan tanpa melihat harga.

Deyra hanya diam, memperhatikan Galih yang kini telah kembali dengan troli yang penuh. Gadis itu semakin dibuat cengo ketika laki laki itu menyodorkan sebuah pembalut padanya.

"Hah?"

"Lo butuh ini?" tanya Galih dengan tampang tak berdosa.

Deyra meneguk ludahnya kasar, "Nggak, makasih"

"Yang mana biasanya?"

"Apanya?"

"Yang biasa lo pake, ambil aja"

ABOUT LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang