Lestari terlihat gemetaran. Tak lama kemudian dia terlihat seperti hendak terjatuh. Aku yang berada di sebelahnya, secara reflek mengulurkan tangan untuk menahannya. Badannya terasa sedikit dingin, padahal cuaca di sekolah cukup panas.
Kucoba membangunkan Lestari dengan mengguncang tubuhnya secara perlahan, lalu kutepuk lembut pipinya beberapa kali, namun tetap tidak bangun, nafasnya terdengar cukup berat dan wajahnya sedikit pucat.
Aku mencoba membopongnya untuk mencari pertolongan. Tempat terdekat dengan tempat kami adalah sekretariat ekskul pencita alam. Takkan sanggup diriku membopongnya ke ruang UKS yang berada di bagian depan sekolah. Satu-satunya yang terpikirkan sekarang adalah meminta bantuan pencinta alam, karena seingatku mereka punya tandu.
Lorong yang sepi, dan hampir tak ada orang membuatku semakin panik, padahal biasanya ada 1-3 orang yang lewat, namun saat ini sepi dan bahkan terasa hening bahkan sangat hening.
Sesampainya di sekretariat ekskul pencita alam, sambil terengah-engah aku berjalan menuju pintu yang terbuka untungnya masih ada 3 siswi di situ. Akupun langsung menanyakan tandu, untuk membawa Lestari ke UKS, namun ternyata tandu mereka sedang dipinjam oleh sekolah lain.
Salah satu dari mereka menawarkan untuk membawa masuk Lestari, dan dibaringkan di dalam dahulu sambil mencoba menghubungi teman-teman ekskul PMR. Tak pikir panjang kuterima tawaran mereka dan segera masuk ke ruangan yang cukup sesak jika empat atau lebih orang berada disana
Kubaringkan Lestari perlahan, kemudian aku segera keluar dari ruangan itu agar lebih lega dan tidak penuh sesak. Aku menunggu di luar ruangan sambil mengatur nafas dan menyeka keringat. Tak tahu harus bagaimana, kuserahkan sisanya pada 2 orang siswi yang ada di dalam. Sedangkan, siswi yg lain mencoba menghubungi anggota PMR, wajahnya cukup serius. Entah karena panik atau hal lain, aku tak mau mengganggunya dulu.
Aku duduk bersandar di dekat pintu masuk, hanya terdengar suara nafasku yang terengah-engah dan ketikan SMS dari siswi yang berdiri di sebelahku. Sesekali kutengok ke dalam, untuk melihat keadaan Lestari. Namun, hingga saat ini belum juga sadarkan diri.
Suasana begitu hening, sesekali terdengar 2 siswi di dalam tengah berbisik. Lama menunggu jawaban dari anggota dari PMR. Kembali hening, hingga detikan jam di dinding terdengar sangat jelas. Hingga akhirnya dikejutkan oleh suara nada dering handphone salah satu siswi anggota pencinta alam. Dia bergegas membuka handphone-nya dan membaca pesan. Dikatakan bahwa teman-teman PMR sedang menuju kemari sambil membawa tandu. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya ada balasan. Siswi yang sedari tadi mengipasi Lestari, menghentikan kegiatannya kemudian mengucap syukur.
***
Sampai saat ini Lestari belum juga sadarkan diri, dia sedang berbaring di salah satu tempat tidur UKS. UKS kami memiliki 1 perawat yang bertugas, namun hari ini beliau tidak hadir, dan yang menggantikannya sedang ada keperluan. Saat ini UKS hanya dijaga oleh anggota PMR yang sedang piket harian, dan akan kembali ke kelas saat jam istirahat selesai. Namun dikarenakan masalah ini, anggota PMR yang piket harus ijin meninggalkan kelas untuk sementara waktu.
Setelah membantu Lestari ke ruang UKS, aku beserta beberapa anggota PMR kembali ke kelas, karena memang bel masuk sudah berbunyi saat menggotong Lestari tadi. Hanya satu orang yang berjaga di UKS sampai perawat yang bertugas hari ini kembali.
Berat rasanya meninggalkan Lestari dengan keadaan belum sadarkan diri, apalagi penyebabnya karena aku yang mencoba mengajaknya ke tempat rahasiaku. Selama berjalan menuju kelas, aku tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri. Tak sabar ingin meminta maaf kepada Lestari. Terasa sesak di dada. Berjalan sambil tertunduk, sambil sesekali menepuk dada yang terasa sesak. Pikiranku entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[R3D] Sepeda Kenangan
RomanceSepeda yang selalu menemaniku dan dia, sepeda yang selalu kupakai untuk ke sekolah hingga ke kampus, sepeda yang ku gunakan untuk berpergian ke manapun, pada akhirnya harus ku gadaikan.