1

27 3 1
                                    

Tok tok tok

"Siapa?"

"Deli, boleh masuk?" Mendengar seruan dari teman nya itu, Rina lantas beranjak dari posisi tidur nya untuk membuka pintu kamar nya.

Dan saat pintu sudah terbuka dia menemukan sang teman yang seharusnya berada di kamar sebelah, kini menghampiri nya. "Kenapa Del?" Tanya Rina saat teman nya mulai memasuki kamar.

"Gak kenapa-napa sih, tapi sepi aja dikamar. Yang lain pada pergi ke Malioboro jadi aku sendiri." Ujar Deli untuk menjawab pertanyaan dari Rina. "Kamu juga gak ikut Rin?" tanya nya kepada sang teman saat melihat kamar yang disinggahi nya kini juga terlihat sepi.

"Gak ah males, udah cape tadi seharian. Jadi sekarang mending rebahan." Jawab Rina

Ya sekarang mereka berdua sedang berada di Jogja, atau lebih tepatnya Sekolah mereka mengadakan kunjungan industri dari Bandung ke Jogja. Dan sedari kemarin sore berangkat, baru malam ini mereka tiba di hotel setelah melakukan berbagai kegiatan untuk acara kunjungan industri ini. Dan oleh sebab itu, disaat yang lain menikmati waktu bebasnya dengan menjelajahi kota indah ini pada malam hari, mereka berdua lebih memilih untuk mengistirahatkan diri dengan bersantai di kamar hotel.

Dan ya, mereka berdua menikmati kegiatan bersantai di kamar hotel. Membicarakan segala hal dan tak lupa cemilan yang setia menemani. Tak jarang obrolan aneh mereka bicarakan, termasuk sekarang. Dimulai dari Deli yang menanyakan sesuatu hal yang membuat dirinya penasaran.

"Rin kamu pernah kepikiran ga si kakek neneknya kakek neneknya nenek kakek siapa?"

Mendengar pertanyaan yang agak ambigu itu, Rina mengernyitkan dahinya tanda dia sedang bingung sekarang. "Hah gimana? Nenek moyang maksudnya?" Tanya Rina memastikan.

"Iya maksudnya identitas nya apa anjir, keyak leluhur garis keturunan sebelum kita siapa? Pas masa Majapahit leluhur kita jadi apa yah, jadi bangsawan atau rakyat biasa?" Pertanyaan beruntun dari Deli sontak membuat Rina terheran.

Ini temannya kenapa lagi sih?

"Jadi rikudo sennin." Jawab Rina seadanya.

"Beda dimensi woy!" Deli hanya mendengus mendengar jawaban temannya yang tidak serius. "Ih tapi beneran deh, aku penasaran dulu tuh leluhur kita jadi apa yah, siapa tau kita ada turunan dari bangsawan." Tanya nya kembali.

Mendengar itu Rina hanya menghela nafas sembari melangkah menuju meja disana untuk mengambil minum. "Ya terus mau gimana? Kalau beneran penasaran, cara satu-satunya ya cari tau ke masa lampau langsung. Dan itu gak mungkin, karena sampe sekarang gak ada yang bisa ciptain alat begitu karena mustahil. Kecuali kalau percaya sama hal spiritual, mungkin ada yang bisa ke masa lalu pake ilmu begituan."

"Ya kalau zaman dulu mungkin bisa Rin pake spiritual buat ke masa lampau, kalau sekarang kan keyakinan yang kaya gitu udah mulai pudar." Seru Deli saat mendengar jawaban dari sang teman.

"Ya zaman sekarang juga mungkin-mungkin aja bagi yang percaya mah, kayak apa tuh namanya.. time traveler yah? tapi emang balik lagi sih. Orang sekarang banyak yang udah mikir pake logika, jadi apa apa harus pake mesin untuk membantu kehidupan." Jawab Rina.

Deli tertawa mendengarnya. "Tapi ya time traveler tuh kek ada dan tiada tau hahaha, kek dipikir pake logika tuh ga make sense, tapi lain halnya kalo pake spiritual itu bisa sih kayanya, katanya pernah ada orang time traveler loh, di luar negeri." Sejenak Deli menarik nafas dan kemudian kembali melanjutkan. "Aku gatau dia pake mesin atau spiritual.Tapi dia kek bikin orang- orang make sure kalau dia tuh time traveler dan emang ada buktinya anjir, aku gatau itu karangan atau bukan, tapi menurut aku ada si time traveler."

Mereka berdua sejenak terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Kenapa hal yang random dibicarakan mereka sampai harus berfikir keras sampai begini?

"Yup kembali lagi, apa sih yang belum kita ketahui di dunia luas ini, nah salah satunya time traveler kayak mitos lainnya, mereka tuh bisa ada atau engga." Rina kembali membalas perkataan Deli.

"Oh?! Atau jangan-jangan ada yang bantu mereka? Semacam teman dari dunia lain gitu Rin." Seru Deli tiba-tiba.

"Heh! Jangan ngomongin begituan disini.. kamu tau sendiri kejadian kelas sebelah tadi. Jangan ngomongin hal yang mancing begituan kalau gak mau kenapa-napa." Jawab Rina mencoba memperingati Sang teman yang membicarakan hal sensitif di hotel ini. Karena hanya dengan keisengan mereka tentang hal tak terlihat, malah menimbulkan hal yang tidak diinginkan.

"Eh aduh sorry, lupa kalau lagi di hotel." Deli menjawab dengan raut yang sedikit resah.

Dan saat itu juga, hal yang tak diinginkan terjadi. Lampu yang berada di dekat pintu kamar mandi mati dengan sendirinya dan kemudian menyala kembali. Walaupun hanya begitu, namun dapat merubah suasana kamar tersebut menjadi beda. Kondisi kamar mulai tak enak karena suhu yang berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Dan hal itu membuat keduanya merasakan bulu kuduk mereka yang berdiri, tapi keduanya mencoba untuk tetap tenang dan tidak gegabah untuk berteriak. Hal semacam ini memang sudah tak asing bagi keduanya, apalagi berteman dengan seorang yang sensitif akan hal yang tak terlihat membuat sang teman pun menjadi terbiasa, ya walaupun agak ngeri-ngeri sedep gitu.

"Udah gak papa,dia cuma penasaran kita ngomongin apa. Gak ganggu kok." Ucap Rina menenangkan.

"Oke?" Deli mencoba untuk tenang dan kembali berujar. "Jadi gimana Rin?"

Bingung dengan pertanyaan temannya yang tak berkonteks itu, Rina menjawab. "Apanya?"

"Itu tadi yang kita bahas, time traveler itu loh. Jadi gimana." Ujar Deli

Menghela nafas untuk kesekian kalinya karena pembahasan yang sama lagi, Rina berujar dengan malas. "Ya gitu, gak gimana-gimana. Emangnya kamu mau apa sih Del? Udah jangan terlalu dipikirin, mending tidur."

"Coba kamu bayangin sekaliii aja, seandainya aja ada portal buat pergi ke masa lalu, aku pengen masuk kesitu buat ketemu leluhur leluhur aku kaya gimana, terus rasanya jadi orang di zaman itu kaya gimana." Serunya dengan mata yang berbinar.

Mau tak mau Rina yang mendengar nya tertawa dengan keras. "Hahaha aduh efek kecapean nih." Dia mengontrol tawanya agar mereda dan kemudian melanjutkan. "Gini deh Del, di zaman sekarang. Zaman modern loh ini, mana mungkin ada yang begituan hahaha. Apalagi portal apa itu? Portal perumahan maksudnya?"

"Ya kan seandainya, kan gak ada yang gak mungkin. Kalau ada beneran gimana? Nanti kamu kicep dah tuh." Ucap Deli kembali meyakinkan.

"Gimana dah? terus masuknya nanti.. kaya baca mantra gitu?" Selanjutnya Rina mencoba membenarkan duduknya dengan bersila diatas tempat tidur sembari menyatukan kedua belah telapak tangannya, ditambah dengan mata yang tertutup dia berujar "Saya Raden Ajeng Rinjani dan Raden Ajeng Delima memberi titah untuk segera membuka portal waktu Jreng~."

"Heh nama siapa itu?!" Deli bertanya

"Gak tau asal sebut aja dah." Rina kembali membuka mata dan segera merebahkan dirinya kembali pada ranjang. "See? gak ada apa-apa kan.. jadi jangan mikir aneh-aneh, dah tidur."

Mendengar itu Deli mencoba mengikuti sang teman untuk merebahkan diri di ranjang yang sama, dia sudah terlanjur malas untuk kembali pada kamarnya.Tak lama keduanya terlelap karena memang tenaga yang sudah terkuras karena menjalani kegiatan sekolah, belum lagi tadi otak mereka yang lelah juga dipaksa berfikir hal yang tidak masuk akal.

Namun apakah hal tak masuk akal itu memang benar tak ada? Atau mungkin kita saja yang tidak tau dan tidak ingin mencarinya..

Semua hal yang bahkan mungkin tidak dapat diterima oleh akal pikiran sehat, bisa saja terjadi jika takdir sudah berkehendak..

To be continued

To The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang