4

2.7K 43 8
                                    

Hubunganku pun semakin dekat. Tak jarang juga ia sering mengajakku keluar. Entah itu Ke Mall sekedar mengajak Keysa agar tak bosan. Atau terkadang kami yang mencuri curi waktu saat Keysa tertidur. Sehingga kami dapat keluar berdua bersama.

Pernah suatu ketika saat Keysa sudah tertidur. Ia langsung mengajakku mengelilingi Kota Surabaya mengenakan motornya. Beruntungnya pada waktu itu aku tak sedang mengenakan gamis. Sehingga tidak mempersulit aku saat memboncengnya.

Bimo yang mempunyai hobi yang tak jauh berbeda denganku. Membuat ku merasa nyambung saat berbicara dengannya. Apalagi dengan Bimo yang juga taat dalam beragama. Membuat ku merasa sangat nyaman karena ada dia yang menuntunku.

Siang hari. Setelah selesai makan dan beres beres rumah. Di temani dengan Bi Sumi dan Keysa yang sesekali membantuku. Terpikir dalam diriku untuk ke kantor membawakan makan siang untuk Bimo.

Segera aku pun menyiapkan bekal untuk Bimo makan siang nanti. Sengaja aku tak memberi tahu Bimo tentang kedatanganku karena aku juga ingin melihat keadaan kantor setelah sekian lama aku tak berangkat.

Ku ajak Keysa ke kantor karena akan merepotkan Bi Sumi jika aku tinggal di rumah. Aku tiba di Kantor dan langsung di sambut satpam yang terkejut melihat kedatanganku dengan tampilan rumahan. Ku lihat banyak mata yang bingung melihatku yang telah lama tak datang ke kantor.

Apalagi dengan pakaian ku yang mengenakan gamis panjang tak seperti biasanya yang aku pakai saat bekerja. Dan di tambah dengan Keysa yang berada di sisiku. Membuat banyak pertanyaan di antara para pegawai.

 Membuat banyak pertanyaan di antara para pegawai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tumben Bu Dinda berangkat. Ada perlu apa bu?" Ucap Seorang Resepsionis yang langsung menyambut ku dengan hangat.

"Iya. Kebetulan saya mau ketemu sama Pak Bimo. Pak Bimo nya ada kan?" Ucapku dengan penuh senyum.

"Iya ada bu. Ibu ke ruangannya aja. Kebetulan Pak Bimo lagi ga ada kesibukan." Ucap Resepsionis itu. Segera aku menuju Ke Ruangan Bimo yang berada di lantai atas.

Tiba tiba sebelum aku beranjak pergi. Ku dengar suara yang sangat familiar sedang memanggilku. Ku lirik asal suara itu dan ku lihat Melly yang ternyata memanggilku.

"Tumben kesini? Katanya disuruh calon Suami kamu buat kerja di rumah." Ucap Melly dengan begitu ramah sembari menggodaku.

"Ih Melly. Sembarangan aja kamu." Ucapku dengan kesal. Melly pun hanya tertawa melihatku.

"Oh jadi ini yang namanya Keysa. Halo keysa." Ucap Melly melihat Keysa yang sedari tadi diam memandanginya.

"Udah ah. Aku ada urusan. Nanti aja ya kamu main ke rumah aku! Udah lama nih kamu ga main ke rumahku." Ucapku hendak bergegas pergi.

"Ya biasa nih. Yaudah sampai nanti ya. Oh ya jangan lupa undangannya ya kalau kamu jadi nikah!" Ucap Melly sembari bergegas pergi. Aku pun hanya mendengus kesal melihat tingkahnya. Segera aku berpaling dan bergegas ke Ruangan Bimo.

Aku pun mengetok pintunya dan langsung masuk setelah di persilahkan. Terlihat Bimo yang kaget melihat kedatanganku dengan Keysa. Namun kembali meluruh saat Keysa berlari memeluk Bimo.

"Tumben kesini. Ada apa emangnya?" Ucap Bimo yang heran dengan kedatanganku.

"Bosen aja sih aku di rumah. Kebetulan ada ide buat lihat lihat keadaan kantor." Ucapku sembari duduk di kursi.

"Papa. Papa udah makan belum? Keysa udah bawain bekal loh buat papa." Ucap Keysa sembari menunjuk bekal yang ada di tanganku.

"Eh iya lupa. Ini aku bawain buat makan siang." Ucap Aku. Bimo pun semakin heran melihatku membawakan bekal untuknya.

"Tumben banget. Kangen ya pasti kamu sama aku?" Ucap Bimo sambil mencolek wajahku namun ku tepis karena tak ingin salah tingkah di depannya.

Aku pun pamit keluar saat Bimo hendak makan ditemani oleh Keysa. Aku pun menuju ke Ruang ku hendak bertemu dengan Melly. Saat aku masuk. Ku lihat Melly yang tengah duduk di kursi ku. Dalam hatiku. Mungkin ia yang menggantikan posisiku saat ini.

"Gimana? Makin mesra ga?" Ucap Melly menggodaku saat aku baru masuk Ke ruangan.

"Mel. Udah deh jangan godain aku terus." Ucapku dengan kesal. Aku pun duduk sambil menghadap Melly yang tengah berkutat dengan pekerjaannya.

"Din. Aku mau ngomong serius sama kamu bentar." Ucap Melly dengan ekspresi tegas sembari menatapku.

"Apa?" Ucapku yang bingung melihat Melly.

"Bimo udah kamu kasih tau tentang masa lalu mu?" Ucap Melly yang membuatku sedikit terkejut.

"Kamu gila apa? Mana mungkin aku ngasih tau tentang masa lalu aku sama dia." Ucapku dengan sedikit emosi mendengar pertanyaannya.

"Ya daripada terlambat kan? Aku lihat hubungan kalian nambah lengket gitu." Ucap Melly dengan nada sinis.

"Kita cuma temen Mel. Lagian aku juga ga ada rasa sama sekali sama dia." Ucapku dengan tegas kepada Melly.

"Gini ya din. Dari apa yang aku lihat dari hubungan kalian. Bimo itu pasti nyimpen perasaan ke kamu. Dan aku juga yakin suatu saat nanti dia bakal ngomong perasaan itu ke kamu." Ucap Melly dengan tatapan yang tajam.

"Dan kalau sudah seperti itu. Kamu mau gimana? Mau bilang kalau kamu itu pria dulunya." Imbuh Melly dengan nada menghentak.

"Ya tinggal aku tolak aja secara baik baik tanpa harus kasih tau identitas ku." Ucapku membuat alibi demi membuat emosi melly turun.

"Kamu ga nyesel. Aku sama Yuli itu seneng loh Din. Lihat kamu deket sama Bimo. Kami itu ngedukung hubungan kalian. Masak kamu mau lepasin gitu aja." Ucap Melly tak mau menerima jawabanku.

"Aku tau Mel. Tapi aku ga tega sama Bimo kalau tau aku ini pria. Lagian menurutku hubungan kami sekarang udah terlebih cukup buatku." Ucapku dengan nada lemas. Aku tak tau harus bicara apa kepada Melly yang terus mengintimidasi ku.

Melly pun terdiam saat melihatku yang sudah pasrah akan ucapannya. Hatiku yang kembali bimbang karena mendengar ucapan Melly tadi. Membuatku bingung dan tak tau harus apa.

Aku pun kembali ke tujuan awal ku menemui Melly karena ingin berbincang bincang padanya. Setelah sekian lama tak bertemu. Aku merasa rindu kepadanya. Kami pun berbincang tanpa sedikitpun menyinggung tentang masalah tadi. Seperti tak pernah terjadi sebelumnya.

Malamnya. Aku pun termenung sendiri di kamarku. Suasana rumah yang sepi. Hanya aku dan Bi Sumi yang berada di kamarnya setelah seharian beraktivitas. Membuatku merasa hampa akan kehidupanku ini.

Hatiku pun kembali bimbang saat teringat akan ucapan Melly tadi. Rasa sakit dalam hatiku semakin membuatku depresi. Aku yang mulai menanam rasa suka kepada Bimo. Takut akan identitas ku sebagai pria yang tak bisa aku hapus.

Aku juga merasa senang dengan keluarganya. Rasa hangat yang kembali ku rasakan setelah sekian lama hidup sendiri membuatku tak ingin kehilangan mereka. Namun apa mungkin mereka mau menerimaku.

Mau bagaimana pun aku masih pria. Terlihat dari burungku yang masih bertengger jelas di pangkal pahaku. Walau kecil dan sudah tak ereksi dalam waktu lama. Namun itu sudah lebih cukup membuktikan bahwa aku adalah seorang pria.

Cinta SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang