LDR

983 102 4
                                    

Happy reading....


Entah karena doyan atau emang lagi laper banget. Jaemin sampe menghabiskan 3 mangkok bakso ditambah sama dua gelas es teh manis. Jeno yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala saja. Dia bukannya tak senang melihat Jaemin makan banyak, Jeno cuman khawatir dengan perut milik pemuda manis itu. Takut meledak.

"Haaahh...kenyangnya," gumam Jaemin sembari mengusap-usap perutnya.

Jeno masih betah diam dan memperhatikan gerak-gerik Jaemin tanpa berniat mengeluarkan suaranya. Sementara itu, Jaemin yang merasa terus diperhatikan pun akhirnya mendongak. Membalas tatapan Jeno.

"Kenapa?" Tanyanya, dan Jeno menggeleng disertakan senyum tipis.

"Oh iya, tadi sebelum makan, katanya mau ngomong. Mau ngomong apa?"

Ah, ya Jeno hampir saja melupakan soal itu.

Kemudian, ia pun berdehem dan membenarkan posisi duduknya sebelum angkat bicara.

"Aku ada tawaran manggung di luar kota," kata Jeno. Jaemin diam menunggu kelanjutan ceritanya.

"Gak lama, mungkin 3 sampe 5 hari di sananya. Gak papa kan, kalo kamu aku tinggal?"

Tiga detik pertama, ekspresi Jaemin masih datar. Tapi di detik berikutnya ia mulai menarik sudut bibirnya tersenyum.

"Tentu aja aku gak papa. Kenapa kamu harus nanya gitu? Kamu pikir aku bakal ngelarang kamu pergi?"

"Bukannya gitu. Tapi kan, kita baru aja resmi. Aku ngerasa gak enak karena harus ninggalin kamu. Apalagi jaraknya jauh."

Senyum Jaemin semakin lebar, ia berusaha memberi pengertian pada Jeno. Memberi tahu bahwa dia tidak apa-apa untuk itu.

"Gak papa. Itu udah jadi konsukuensi atas pekerjaan kamu. Kamu harus profesional dong? Aku beneran gak papa, Jen."

"Emang di mana sih?" Tanya Jaemin kemudian.

"Samarinda."

Jaemin mengangguk-angguk kecil, "Kapan berangkat?"

"Besok."

Jaemin mengangguk lagi.

"Kenapa?" Tanya Jaemin yang melihat wajah Jeno yang begitu muram. Yah, memang sih sedari awal Jeno cerita soal dia yang mau pergi juga mukanya udah gak enak, tapi sekarang malah tambah gak enak.

"Kamu beneran gak papa? Kita bakalan LDR an loh Na," ucapnya dengan nada sedih.

Jaemin terkekeh. Seolah hal yang diucapkan Jeno barusan adalah lelucon.

"Kok malah ketawa?"

"Ya lagian kamu lucu. Kamu perginya kan cuman sebentar terus juga masih di Indonesia. So, kenapa harus sesedih itu sih?"

Jeno berdecak. Jaeminnya benar-benar gak peka.





Mereka pulang ke apartemennya Jeno. Yah, Jaemin memutuskan untuk menginap di tempatnya Jeno karena besok, pagi-pagi, Jeno sudah harus berangkat.

Saat ini ia sedang berada di kasur. Tidak ada yang Jaemin lakukan selain bermain hp. Sementara Jeno lagi mandi sekarang. Sebenarnya, pikiran Jaemin sedang tidak ada di tempatnya saat ini. Ia tengah memikirkan bagaimana hari-harinya tanpa Jeno nanti. Yah, bohong jika Jaemin gak sedih saat dengar Jeno akan pergi. Namun perasaan itu ia tutupi di hadapan Jeno. Karena Jaemin gak mau Jeno memutuskan untuk menetap hanya karena dirinya. Tak pantas rasanya jika Jaemin melakukan itu.

Sesaat kemudian, Jeno selesai dengan acara mandinya. Ia keluar dengan keadaan shirtless. Sementara bawahannya hanya menggunakan celana pendek selutut. Jeno menghampiri Jaemin yang sepertinya sedang fokus pada hp nya sampai gak sadar Jeno udah selesai mandi dan berada di sisinya. Sambil mengeringkan rambutnya, Jeno berdehem guna mengambil atensi kekasihnya.

Penakluk Hati Seorang Gitaris |Nomin | Taekook|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang