"Semangat, sayang!" teriak Lena dari tribune penonton.
Jordian Lexander, most wanted sekolah yang paling dikagumi gadis seumuran Lena. Memang kalau dilihat dari ketampanan pemuda itu cukup tidak manusiawi, melebihi batas normal.
Jordi melirik Lena malas, tak peduli. Ia mendribble bola dan melompat, memasukan bola basket ke dalam ring. Sangat lincah pergerakan Jordi.
"Na, pulang bareng?" tanya Jordi pada pemuda yang duduk di kursi penonton paling depan.
Pemuda bernama Nana itu mengangguk mengiyakan. "Lo bawa motor, apa mobil?"
"Motor," jawab Jordi singkat, ia mengusap peluh dileher menggunakan handuk kecil.
"Eh, Jordi! Lo bukannya mau pulang bareng gue?" teriak Lena mengarang. "Na, gue pulang sama Jordi. Lo balik sendiri gapapa 'kan?"
Nana menengok ke arah Lena bingung. "Dia yang ngajak gue. Lo aja yang balik sendiri, gue mau nebeng Jordi. Lumayan gratis." Nana menyengir tanpa dosa.
"Ayo, balik," ajak Jordi keluar lapangan indoor. Nana berdiri menatap Lena yang mengepalkan tangan kuat. Ia tertawa kecil ke arah Lena.
"Jangan terlalu berharap. Lo itu cewek, enggak pantes buat ngejar-ngejar cowok!" sarkas Nana, lalu berjalan pergi.
"Sial!" Lena melempar tas gendong ke bawah lapangan, kesal. Wajah gadis itu memerah seperti kulit yang terbakar api, rahangnya mengeras marah.
Pintu apartemen itu terbuka, terdapat sesosok pemuda berseragam putih yang ternodai banyak bercak darah. Bau anyir, dan wangi parfum bersatu menjadi perpaduan yang kuat.
"Kemana aja lo?" Felix menelusuri tubuh pemuda di belakang pintu itu. Dari atas hingga ujung kaki. "Habis main?"
Pemuda itu menyeringai sambil mengacungkan jari telunjuk ke depan. "Tepat sasaran."
Felix tersenyum senang. "Bang Rino mana? Kaga bareng?"
"Buat apa bareng dia. Udah gede," jawabnya asal.
"Ken, gua serius."
Keenan menaikkan sebelah alis. "Kapan gue enggak serius?"
Felix menghela napas panjang. "Serah lo." Keenan tersenyum kecil, Felix itu jenis pemuda yang terlalu pasrah pada sesuatu.
Keenan memilih memasuki kamar, mengganti seragam dengan wangi yang candu ini. Ia berdiri di depan cermin panjang yang memperlihatkan tubuh atletis tanpa sebenang kain pun.
Luka panjang menghiasi tubuh kekar Keenan, bergaris panjang dan miring. Goresan yang sudah mengering dari pundak kanan sampai ke bagian perut sebelah kiri.
Selang beberapa waktu, Keenan kembali berjalan menuju ruang makan yang sudah tersedia banyak makanan. Di sana Keenan mendapati kehadiran Rino dan Felix yang sibuk melahap lauk pauk.
"Makan mulu lo pada." Keenan ikut duduk di atas kursi dan menyantap jenis-jenis makanan lezat itu.
Rino membuka suara, "Gue mau ke bar. Mau ikut kaga?"
Felix menggeleng lebih dulu sembari meminum air mineral dalam gelas. "Mau ngapain lo ke sana? Tumbenan."
"Biasa." Rino menarik satu sudut bibirnya, Felix juga ikut tersenyum jahil ke arah Rino.
"Pikiran lo," tegur Keenan, menoyor kepala Felix. Membuat pemuda itu mengaduh kesakitan.
"Emang gue mikir apaan? Pikiran lo kali yang kotor!" elaknya.
Keenan mendengus, menyusun semua piring bekas. Ia beranjak meninggalkan ruang makan. Tak peduli lagi dengan pembahasan Rino dan Felix yang semakin tidak jelas itu.
"Gue pergi dulu, mau nyari cewek." Rino pergi sambil menyampirkan tas ke pundak. Seringai senang tak pernah lepas dari bibir Rino.
Clue;
T
o be continue..
Buat awal ku publish 2 bagian nihhh! Jangan lupa Sabtu HS update lagi!Kenalan lagi yuk sama beberapa visual cast-nya!
Keenandra
Felix
Pantau terus yuk jadwal update Hidden secret! Short chapter, dan end nya cepet hihi!
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Secret Straykids
Fanfic"Gue bakal puasin lo. Asalkan lo jadi pacar gue." Kalena, nama singkat berjuta misteri dan rahasia. Awal kisah kehidupan remaja yang ringan dan klasik berubah rumit bersama tokoh alurnya. Bumbu percintaan anak SMA yang berujung pembunuhan tragis dal...