2

2.5K 482 18
                                    

"Acaranya di mana Nek?"

"Dekat SDI, nenek enggak bisa datang, sama Rianda saja. Titip salam untuk mereka."

Erlangga melihat undangan nikahan kerabat ibunya. Erlangga akan datang ditemani Rianda anak dari sepupu ibunya. Erlangga pulang bukan untuk menghadiri undangan ini tapi tidak bisa menolak saat neneknya meminta tolong.

"Maaf nenek lupa ngasih tahu kemarin." sebelum meninggalkan Erlangga nenek menyuruh cucunya bersiap karena Rianda akan menjemputnya.

Erlangga tidak punya pacar yang bisa diajak ke acara pesta syukurnya ia punya banyak saudara perempuan yang bisa dijadikan pasangan di setiap acara.

Bukan trauma pada hubungan ayah dan ibunya hanya saja laki-laki itu belum menemukan wanita yang cocok untuk mendampinginya.

"Jadwalnya hari ini aku nonton sama ayang beb, Mas."

Erlangga tersenyum. "Kan nenek yang minta, Mas bisa jalan sendiri."

"Yakin ke kondangan sendiri?"

Erlangga menjawab, "Kenapa tidak? Kan enggak ada syarat harus bawa partner."

"Dih! Yang songong!"

Erlangga tertawa melihat Rianda karena tidak bisa menolak perintah nenek Erlangga yang tak lain adalah adik neneknya.

Pesta pernikahan digelar di sebuah gedung, cukup meriah karena ada band ternama yang tampil di sana. Karena datang bersama Rianda Erlangga mudah dikenal oleh kerabatnya.  Ramai juga saudaranya, Erlangga tersenyum. Mereka datang sebagai tamu setelah makan dan foto keluarga keduanya pamit.

Melihat ada penjual es kelapa muda, Erlangga menyerahkan kunci mobil pada Rianda dan menyuruh gadis itu menunggunya di mobil karena ia tidak akan lama.

Bukan langganannya, tapi orang lain. Tidak apa, karena Erlangga mau minum es kelapa muda bukan bertemu pemilik warung. Setelah itu Erlangga kembali ke mobil.

"Panas-panas gini mau ngantri?" Rianda mulai protes.

"Segar. Kamu mau?"

Rianda menggeleng. "Ngebut ya Mas? Kasihan ayang beb nunggu."

"Enggak mau jalan-jalan dulu?"

"Enggak. Mau langsung pulang." Rianda sibuk membalas pesan. "Kasihan udah nunggu dari tadi."

"Baik. Pasang seat belt." karena Erlangga akan melajukan mobilnya seperti permintaan  Rianda.

"Sekalian musiknya, biar pas." Rianda menyalakan musik dengan volume keras. Ia sedang bahagia karena mau jalan dengan kekasihnya. 

Mereka tidak sadar seseorang muntah karena mabuk di jok belakang. Volume musik meredam suaranya.

"Di sini saja Mas! Itu ayang beb!" 

Erlangga memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. "Yang mana orangnya?"

"Itu."

"Yang pakai kacamata?"

Rianda mengangguk. Ia melepaskan seat belt. 

Wanita di ApartemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang