Seisi kelas memerhatikan Yara sejak tadi. Dari Yara baru masuk ke kelas, guru masuk, sampai guru keluar lagi karena jam pelajaran berganti, tingkah Yara tak seperti biasanya.
Yara duduk di tempatnya sambil menutup wajah dengan telapak tangan, beberapa kali menenggelamkan wajah di balik lipatan lengan, seolah tak ingin memperlihatkan wajah pada siapa pun.
Melita sempat melihat sekejap wajah merah Yara seperti habis menangis. Dan memang faktanya Yara habis menangis.
Tapi apakah itu penyebab utama Yara menutupi wajah sejak tadi? Apakah Yara sedang tidak baik-baik saja?
Sebenarnya meski Yara tak terlalu akrab dengan teman-teman kelasnya, namun harus Yara akui kalau solidaritas orang-orang di kelas ini begitu kuat, terbukti dari beberapa kasus sebelum-sebelumnya.
Kita tidak akan membahas mengenai solidaritas kelas Yara sekarang.
Romeo termasuk yang memerhatikan gerak gerik Yara. Aneh. Terakhir Romeo melihat Yara tadi kan bersama Asa, Romeo curiga.
Seorang guru lain masuk dan memberi salam. Yara menghela napas beberapa kali sebelum akhirnya siap untuk berhadapan dengan yang lain. Tidak lagi menutup wajah, namun Yara menunduk pada buku pelajaran.
Sebuah notifikasi pesan masuk Romeo dengar dari ponselnya. Ia diam-diam menunduk dan membuka pesan tersebut dengan sembunyi-sembunyi.
Mas Bruh
dia baik-baik aja kan?Romeo
Hah? Dia sp?Mas Bruh
|yara
|ngapain gue nanya yang lain
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Teen FictionAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...