Chapter 4

5 1 0
                                    

Minggu pagi yang cerah itu diawali dengan Abim yang sedang memasak di dapur untuk menyiapkan sarapan mereka berdua. Nenek, Tante, maupun Om yang telah menemani mereka selama seminggu ini telah pulang ke rumah masing-masing kemarin malam. Wartawan yang biasanya menongkrong di depan rumah mereka selama tiga hari juga sudah tidak ada, Wartawan itu ada karena ingin meliput berita kematian kedua orang tuanya yang merupakan salah satu pebisnis di kota itu.

"Cala!!! Makan dulu ini Abang sudah masak banyak," ucap Abim yang melihat Cala ingin pergi keluar rumah. Cala yang mendengar ucapan Abangnya itupun langsung mengurungkan niatnya untuk pergi mencari sarapan di luar.

"Lain kali ga usah masak banyak-banyak Bang, secukupnya buat lo aja," ucap Cala yang langsung pergi keluar tanpa berpamitan pada Abangnya itu.

Siang hari pun tiba, namun Cala tetap belum menunjukkan batang hidungnya lagi setelah pergi tadi pagi. "Cala mana Bim?" ucap Omnya yang datang ke rumahnya untuk memberikan uang bulanan untuk Abim dan Cala karena sekarang bisnis yang dijalankan oleh orang tuanya dialihtangankan kepada Adik dari Papanya itu. "Jalan Om Heng, Cuma ga tau tadi dia pergi kemana soalnya ga bilang Om," jawab Abim jujur karena ia memang tidak tahu kemana tujuan Adiknya itu, ia juga sudah mengirimi pesan kepada Cala yang berisi menanyakan keberadaannya tapi hingga sekarang pesan itu tetap tidak dijawab. "Lain kali diperhatiin ya Bim, kamu tahu aja kan Cala tu gimana kalau dia lagi ngga stabil," sahut Omnya itu. Abim yang mendengar ucapan Omnya hanya bisa menganggukkan kepalanya karena yang dikatakan oleh Omnya itu memang benar karena jika Cala sedang tidak stabil maka Adiknya itu bisa melakukan hal-hal gila yang ada di luar nalar dan ia tidak ingin itu terjadi.

Setelah Adik dari Papanya itu pulang dari rumahnya itu, Abim terus-terusan menelpon dan mengirimi pesan kepada sang Adik untuk segera pulang karena langit sudah mulai menunjukkan warna jingganya. Sampai di malam hari pukul 9 malam, hujan lebat mengguyur kota Jakarta itu Cala baru memasuki rumah dengan pakaian yang telah basah kuyup dan Abim yang melihat itu langsung mengambilkan handuk dan menyuruh Cala untuk bersih-bersih lalu istirahat.

Keesokan harinya Abim melihat Calla tengah siap untuk berangkat sekolah "Cal mau bareng Abang ga?" tanya Abim yang sedang berjalan menuju garasi untuk mengambil motor kesayangannya itu. "Engga Bang, gue udah pesen go jek tadi," jawab Cala menolak ajakan Abangnya itu dengan cepat. "Ngga bisa di cancel aja cal? Berangkat bareng gue aja gitu," tanya Abim lagi. "Ngga bisalah Bang ini kesian Abang go jeknya udah otw ke sini," jawab Cala tidak ingin dibantah. Abim yang mendengar nada bicara Cala yang berubah itu langsung menganggukan kepalanya dan menunggu Adiknya itu berangkat dengan go jek yang telah dipesannya terlebih dahulu.

Istirahat sekolah pun telah tiba, Abim tidak pergi ke kantin karena merasa kantin pasti akan penuh sekali di jam istirahat pertama ini, jadi ia hanya memakan makanan yang ia bawa dari rumah tadi.

Eijaz yang baru saja kembali dari kantin langsung menghampiri Abim dengan terburu-buru. "Bim lo pasti ga bakal percaya sama gue kalau gue bilang ini," ucap Eijaz tergesa-gesa dengan mulut yang penuh dengan donat yang baru saja dibelinya dari kantin. "Apaan? Lo mau bilang apaan?" ucap Abim penasaran karena tak biasanya Eijaz seperti ini.

"Cala keknya pacaran sama si Jevian," ucap Eijaz tanpa ragu. Abim yang mendengar ucapan Eijaz kebingungan karena ia tidak tahu siapa Jevian ini. " Jevian siape? Anak angkatan kita?" ucapnya penuh tanda tanya "HAH??? LO BENERAN GA KENAL SIAPA JEVIAN BIM?" tanya Eijaz yang penuh dengan keterkejutannya.

Setelah dijelaskan oleh Eijaz tentang siapa seorang Jevian, baru Abim bisa mengingat yang mana yang bernama Jevian. Jevian adalah salah seorang anak motor yang hobi clubbing, night ride, berkelahi dengan anak sekolah sebelah, dan memainkan perempuan. Abim yang mendengar itu tentu saja kaget bukan main karena memikirkan Cala yang mungkin saja akan ikut-ikutan dengan hobi pacarnya itu.

Cala yang sedang melewati kelas Abangnya itu mendengar semua ucapan teman Abangnya itu yang mengatakan bahwa ia berpacaran dengan Kak Jevian. Ia hanya berdiam diri sambil mendengarkan apa saja yang dibicarakan oleh dua lelaki sejoli itu. Cala juga membenarkan dalam hati bahwa ia berpacaran dengan orang brengsek itu. Setelah Cala selesai menguping pembicaraan Abang dengan temannya itu ia langsung pergi ke kelasnya untuk memakan makanannya.

BermastautinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang