"Sayang, kenapa?" Tanya jennie cemas begitu mendapatkan kabar dari si bibi yg bekerja di rumahhya bahwa rozen tidak ingin makan, pria kecil itu mengurung dalam kamar.
Jennie menatap rozen teduh kian duduk di sisi ranjang.
"Sayang..." panggilnya lagi lembut seraya mengusap kepala rozen yg hanya diam, bahkan pria kecil itu menatap ke arah lain
"Katakan, kenapa hmm?" Dengan sabar jennie kembali bertanya apa sebabnya yg membuat si bungsunya jadi murung.
Rozen menoleh lalu menatap jennie sendu.
"Rozen merindukan daddy dan kaka, rozen ingin bertemu mereka...hikss!" Tutur rozen langsung terisak dengan bola mata berkaca kaca.
Jennie diam seketika, hatinya tertampar atas kalimat putranya, hatinya turut perih melihat air mata kesedihan rozen yg sebelumnya tidak ia lihat, rasanya mendapati air matanya kim manoban sajah sudah cukup membuatnya sedih dan sekarang adiknya yg menangis. Jennie segera membawa tubuh mungil putranya ke dalam pelukan berharap bocah itu diam di dekapanya.
Tetapi salah, rozen berontak licin dalam pelukannya dengan tangisannya yg pecah. Sejak orang tuanya bercerai rozen tidak pernah bertemu dengan sang daddynya ataupun sang kaka yg amat lengket dengannya."Hikss! Rozen merindukan kaka dan daddy, rozen ingin bertemu mereka hikss!" Bocah itu menangis pilu menatap sang ibu melas
"Sayang...rozen bisa bertemu mereka besok ya? Di antar supir, sekarang rozen makan dulu ya?" Bujuk jennie selembut mungkin
"Tidak mau! Hikss! Rozen ingin bertemu daddy! Rozen mohon mommy!"
Wajah melas milik sang putra kontan membuat jennie meneteskan air mata yg segera ia hapus kasar.
Pikirannya sungguh kacau sejak tadi pagi."Sayang, besok rozen bisa bertemu mereka ya? Tolong mengerti keadaan mommy!"
"TIDAK MAU! ROZEN INGIN DADDY! MOMMY JAHAT!"
"CUKUP ROZEN! APA KAU BISA DIAM HAH?!"
Detik itu juga bocah itu menunduk, tangisannya yg keras kini hanya isakan yg terdengar dengan badannya yg berguncang hebat. Ia takluk pada ucapan sang ibu, sekuat mungkin ia merendam suara tangisan yg nyatanya isakannya semakin keras.
Jennie tersadar, ia menarik nafas mengontrol emosi lalu mengusap air matanya. Ia menyesal dan bersalah sudah membentak putranya yg sama sekali tidak bersalah, pria itu hanya berlaku keinginan bisanya yg tidak bisa jauh dengan sang kaka.
Rozen amat merindukan sang kaka, bahkan setelah orang tuanya berpisah kim manoban selalu mrnghindar jika bertemu di sekolahan dan hal itu membuat kim rozen sangat terpukul."S-sayang, maafkan mommy ya?" Kata jennie serak kian kembali membawa tubuh putranya yg bergetar ke dalam dekapanya, rozen langsung memecahkan tangisannya di dalam pelukan sang ibu.
"Mommy tidak bermaksud membentakmu" lanjutnya kemudian memberi kecupan di pucuk kepala buah hatinya.
Bocah itu hanya diam dengan tangis tersedu sedu.
"Aku tidak bisa mengurus putra kita sendiri. Kau selalu bersikap sabar kepada anak anak kita, kenapa harus semenyakitkan ini tanpamu?!"
"Bahkan aku lebih merindukanmu lisa di banding rozen! Aku sangat merindukan kebersamaan kita, aku sadar...bahwa kehancuran dalam rumah tangga kita diriku sendiri penyebabnya. Aku sangat bodoh!"
"Hal yg paling menyakitkan adalah penyesalan yg sia sia!"
🍓🍓🍓
"Kau baik baik saja?" Tanya seorang gadis yg merupakan sekertaris lisa, mereka berdua berjalan menuju sebuah restoran untuk mengisi perutnya setelah setengah hari bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
_Penyesalan Seorang Janda_(Jenlisa)
FanfictionAda yg lebih berat dari rindu, yaitu penyesalan!!