Di pagi hari pukul 07:01."Sayang, sarapan dulu yuk!" Ajak lisa, menatap lekat buah hati pertamanya yg baru sajah keluar dari kamar dengan pakaian sekolahnya.
"Aku sudah kenyang memakan mimpiku di setiap malam, aku berangkat. Permisi!"
Lisa menarik nafas berat lalu menatap kim manoban yg sudah berjalan menuruni anak tangga dengan buru buru.
"Sayang, tunggu nak!" Cegahnya menahan pergelangan tangan kim yg diam di tempat.
"Tolong jangan bersikap seperti ini pada daddy! Daddy sangat sedih jika kim begini" tutur lisa menatap lembut pada kim. Kim otomatis berbalik untuk berhadapan dengan sang daddy.
"Lebih sedih mana antara hidup di keluarga yg orang tuanya berpisah tanpa memikirkan perasaan anaknya atau lebih menyedihkan aku yg merindukan orang tuanya dad?! Aku rasa keduanya lebih sulit aku terima! Sekarang biarkan aku melakukan apapun yg aku inginkan! Daddy cukup diam!" Pungkas kim tegas dengan nada berat, menghapus air mata secara kasar sebelum akhirnya ia berlalu setengah berlari keluar meninggalkan lisa yg mendadak lemas.
"Mommy! Mommy! Tolong jangan pergi, aku mohon! Apakah mommy tau jika sesungguhnya aku sangat membutuhkan mommy. Aku tidak bisa hidup tanpa di dampingi seorang mommy, aku sudah terbiasa di siapkan pakaian sekolahku oleh mommy... mommy! Hikss!"
"Mommy....aku merindukan mommy!"
Lisa terdiam dengan perasaan hancurnya mengingat semalam pas ia pulang dari rumah mantan istrinya memasuki kamar kim yg tegah meracau dalam tidurnya membuat hati lisa makin hancur.
"Maafkan daddy kim! Daddy tidak bisa menjadi orang tua yg baik" ucap lisa pelan. Mendengar mobil yg di tumpangi kim sudah berjalan lisa berjalan ke arah meja makan untuk sarapan sebelum berangkat ke kantor. Namun sebelum mengambil makanan yg sudah tersedia ia mengirim pesan kepada supir kim agar pria tua yg sudah lama berkerja dengannya menjaga kim dengan baik. Kemanapun putranya pergi harus di kawal sigap siaga.
.
DI SEKOLAH.
Kim yg baru sajah keluar dari mobil terdiam melihat kim rozen bersama jennie yg mobilnya berdampingan.
"Kaka!" Panggil rozen antusias melihat kim manoban berdiri tak jauh darinya. Jennie ikut menghampiri putra pertamanya dengan senyuman.
"Kaka" ucap rozen langsung meluk sang kaka di susul isakan pelan.
Kim manoban hanya diam, ia membiarkan sang adik mendekap tubuhnya tanpa membalas. Sejujurnya ia amat merindukan keluarnyanya. Manoban diam tetapi mata sayunya menatap dalam pada sang ibu yg amat ia rindukan. Perlahan mata itu mengeluarkan cairan bening tanpa ia sadari. Jennie jelas melihat itu lalu ia menggeleng lemah dengan senyuman hangat guna memberi kode agar manoban tidak menangis. Namun manoban justru setengah terisak dan pada akhirnya ia membalas pelukan sang adik lebih erat. Keduanya terisak dalam sendu. Mendapati kedua buah hatinya menangis jennie segera meluk tubuh dua insan itu dengan erat membuat posisi wajah kim manoban tepat pada dadanya. Jennie mencium pucuk kepala manoban penuh sayang di iringi air matanya yg sudah jatuh.
Pak supir yg berdiri menyaksikan adegan keluarga yg pecah itu turut haru merasakan sedih.
"Kalian semangat ya belajarnya, mommy sangat menyayangi kalian...kalian jangan nakal" uacp jennie serak. Lalu mengecup kepala buah hatinya bergantian.
Kim manoban yg tidak kuasa menahan tangis, ia segera menarik diri dari pelukan dua orang yg terkejut. Kim berlari secepat mungkin ke arah lorongan kelas. Jennie diam dengan perasaan sesak.
"Kaka.." lirih rozen yg lagi-lagi di tinggal oleh sang kaka saat dirinya ingin kebersamaannya.
"Sayang, rozen masuk ya? Semangat belajarnya" kata jennie mengusap kepala rozen saat pria kecil itu menunduk
KAMU SEDANG MEMBACA
_Penyesalan Seorang Janda_(Jenlisa)
FanfictionAda yg lebih berat dari rindu, yaitu penyesalan!!