2

27 3 0
                                    

Lagu: Readers - Ciaran Delany

----------------

Dua minggu kemudian.

Dari detik pertama Ami masuk ke ruang kelasnya, dia tahu ada sesuatu yang salah.

Semuanya tiba-tiba memandangnya dengan heran sebentar, lalu berpaling dan lanjut melakukan aktivitas mereka masing-masing. Tiga siswa yang ada di pojok belakang berbisik-bisik satu sama lain, Riri yang duduk di depan kembali membaca buku matematikanya, Wira dan temannya lanjut mengerjakan tugas Bahasa Inggris, Tina dan Rumi menyibukkan diri dengan handphone masing-masing. Namun yang mengkhawatirkan Ami adalah Putri yang tampaknya tidak menghiraukannya dan terus menatap handphone-nya. Pagi-pagi Putri biasanya antusias mengajaknya membicarakan gosip-gosip terbaru, apa ada yang salah?


Ami menjatuhkan tasnya di bawah meja di samping Putri, serta melepas earphone yang dia pakai untuk mendengarkan musik sedari tadi. Ami mencuri pandang sedikit ke arah Putri, yang tampaknya sedang...

'Marah? Putri nggak biasa ngambek kayak gini. Ke aku? Perasaan aku nggak ngapa-ngapain,' pikir Ami dalam hati.


Langit di luar jendela masih biru gelap. Memang jam masih menunjukkan pukul 06.15, namun ditambah pula cuaca mendung akan hujan. Di dalam kelas juga tidak terasa terlalu terang. Hanya lampu barisan tengah dihidupkan, sementara kedua AC di ruangan menyala. Dinding kelas yang berwarna biru gelap terasa menyeliputi dan mencekam sekarang. Walau sudah mengenakan sweater, Ami merasa sangat kedinginan.


"Ri, bisa lu naikin dikit ga ACnya? Dingin banget sumpah," serunya kepada Riri.

Tanpa menjawab Ami, Riri hanya bangkit dari kursinya dan mengubah setelan AC di depan ruangan dengan diam.


"Ada apaan si?" Ami bertanya pelan, mencolek Putri di sampingnya.

"Lu belom liat? Oh," Putri terdengar sedikit kaget. Dia menghela nafas sejenak, lalu melanjutkan.

"Look, gua sebenernya nggak ada masalah sama keputusan lu. Tapi jujur aja, orang tua gua rada nggak suka. Lu tau, banyak orang nggak suka, Mi. Gue sama yang lain belom tau respon kita harus kayak gimana. Lu harus kasi kita waktu dulu," Putri senyum tanpa ikhlas. Ami tidak bisa mengambil kesimpulan emosi apa yang tergambar di raut muka Putri. Namun apapun itu, itu bukanlah hal yang baik.


"Gue ke kelas sebelah ya," katanya sambil bangkit dan meninggalkan Ami kebingungan. Memproses apa yang dikatakan Putri, tubuh Ami membeku. Ami tidak biasa dijauhi orang. Selama dia sekolah sejak SD, Ami selalu menjadi siswi yang populer dan dikagumi. Ami selalu merasa perlu validasi orang lain, dan sekarang perasaan Ami kosong dan takut. Apa yang bisa membuat Putri seperti tadi?

Suara pintu yang ditutup Putri dari luar menggelegar dan memutus jalan pikiran Ami.

'Keputusan gue? Dia ngomongin apa coba?' Ami merogoh kantongnya untuk membuka handphone. Tidak perlu waktu yang lama untuk mengetahui apa yang terjadi. Membuka aplikasi media sosial, langsung muncul apa yang merupakan masalahnya.

Rahasia Ami telah bocor.


'Oh no.'

MekarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang