07 - Butterfly

61 7 8
                                    

Kira terbangun karena alarm Ponsel milik Perth, ia mengambil ponsel anak itu lalu mematikannya. Menatap si kecil yang pulas, Kira tersenyum bisa selalu melihat keindahan ini.

Ia beranjak untuk membersihkan diri lalu beberes kamar dan menyiapkan makanan.

Ia mengirim pesan pada Mark untuk menjemput mereka.
Kira ingin mereka bertiga berangkat bersama.

Dalam hidup ini apapun bisa saja dibagi dengan lainnya, meski bahkan cinta seorang Pria kecil.
Bagaimana lagi? Memang itulah yang kini Kira dan Mark alami, meski bagian dari hati mereka dan ego pun menolak untuk berbagi, mereka hanya bisa membiarkan berjalan begini adanya.

"Kak Kira." panggil Perth dan Kira segera datang.
"Ada apa? Mau dibantu ke kamar mandi?" tanya Kira dari pintu.
Perth melihat Kira tidak menghampirinya, namun Perth tersenyum padanya.
"Hanya ingin tahu apa kakak akan meninggalkanku untuk pergi kuliah sendiri." ucap Perth.
"Kita berangkat bertiga, kamu mandi lalu makan yah, aku membuat Sup Pereda pengar untuk pusingmu." ucap Kira lalu menutup pintu dan membiarkan Perth mandi sendiri.

.

Mark duduk di ranjang Perth menunggu anak itu selesai mandi.
"Kamu sudah datang ternyata." ucap Perth tersenyum. Mark berjalan menghampiri Perth kemudian memeluknya.

Perth jelas membalas pelukan dari Mark.
"Apa masih sakit rasanya?" tanya Mark saat menggendong Perth untuk didudukkan ke atas ranjang.
Perth menggeleng.
"Hanya perih sedikit tapi sungguhan tak apa." Perth tidak berbohong.
Selain hanya karena susah digerakkan dan harus memakai tongkat, kakinya sungguhan sudah baik.

Mereka bertiga sarapan, dengan Mark atau Kira bergantian menyuapi Perth meski Perth bisa makan sendiri.

"Kalian makan juga, Perth bisa makan sendiri, yang sakit kan kaki, bukan tangan." protes Perth yang kemudian mendapatkan jitakan kecil hingga ia refleks mengaduh kecil.

Pelakunya jelas Kira.

"Kirara jelek." umpat Perth.
Dan Mark hanya menggeleng gemas pada interaksi didepannya.

...

"Padahal kamu bisa ijin nggak masuk." ucap Off saat berpapasan dengan Mark yang memapah Perth.
Kira? Sudah duluan ke kelas.

"Aku tidak ingin melewatkan Jam Kuliah." ucap Perth yang merasa nilainya selalu kurang tidak ingin bermalas-malasan lagi.
"Kalau begitu, ku berharap agar kakimu cepat sembuh adik manis." ucap Off lalu meninggalkan Mark dan Perth.

"Kamu diam saja sedari tadi?" tanya Perth pada Mark.
"Apa kau rindu kecerewetanku?" tanya Mark menggoda.
Perth menggeleng.
"Terkadang aku pusing memdengar ocehanmu, tapi aku juga sering merindukan omelanmu." ucap Perth secara dua sisi.
Mark mencubit gemas pipi gembil Perth.

Meski sejujurnya banyak hal yang ingin ditanyakan oleh Mark perihal semalam, tapi Mark tidak ingin memaksa anak itu menjawab.
Walaupun menunggu bukan sesuatu yang bisa ia prediksi akankah Perrh bercerita alasan dia berbohong semalam?

Pulang sendirian tanpa dirinya atau Kira, hingga berakhir terserempet mobil.

Perth hanya menunduk sambil berpegangan tangan dengan Mark sepanjang jalan ke kelas.
Ia tahu dirinya punya tanggungan untuk menjelaskan perihall semalam, tetapi ia merasa takut di sisi lain untuk mengaku bahwa ia cemburu pada Kira yang bersama Mayang.

"Maafkan aku." ucap Perth.
Mark berdeham.
"Untuk apa?" tanya Mark.
"Perihal semalam, pulang tanpa mengabarimu." ucap Perth, ia memutuskan untuk bercerita meski tidak alasan utama.

"Tidak apa, aku tahu kamu akan selalu punya alasan untuk setiap tindakmu, dan kamu tidak punya kewajiban untuk selalu memberitahukan padaku, hanya ceritakan apa yang ingin kamu ceritakan tanpa paksaan." ucap Mark sambil mengusak rambut Perth dengan senyumnya.

Perth mendongak menatap senyum hangat pria yang ia kencani.

Perth merasa lega sekaligus bersyukur, Mark tidak seposesif sebelumnya, mungkin karena kini ia harus berbagi orang yang dia sukai pada pria lain.

...

Setengah dari jam Kuliah, Perth malah tertidur dengan kepala menelungkup di atas meja.
Sedangkan Kira hanya menggeleng gemas pada Perth dan kebiasaannya.

Anak kecil itu yang selalu semangat saat ingin berangkat dan kini malah menghabiskan setengah jam pelajaran hanya untuk tidur.

"Astaga bisa-bisanya anak satu ini tidur." komentar teman lain saat mengembalikan catatan milik Kira disaar Jam pelajaran berakhir dan Dosen sudah keluar.

Perth terbangun dan mendapati ledekan teman-temannya.
"Salah anak ini tidak membangunkanku." ucap Perth sambil cemberut dan menyalahkan Kira.

Kira hanya menggeleng sambil mengulum senyum atas kelakuan Perth yang mau menuduhnya sebagai alasan ia tertidur di kelas.
"Kira itu kakak idaman yang baik dan sabar sekali memiliki adik jahil sepertimu." ucap teman lainnya membuat Perth tersenyum kikuk.

Entah mengapa ia keberatan orang lain menyangka dia hanya adik angkat Kira, serius ia rasa ingin mengakui bahwa dirinya adalah kekasi Kira, tapi ia ingat, yang orang lain tahu adalah Perth itu pacarnya Mark Siwat dan adiknya Title Kirati.

Perth melihat ke arah Kira yang sedikit sibuk menjelaskan materi pada teman lainnya.

'Kira-kira bagaimana perasaanmu saat mengakui hubungan kita hanya sebatas adik dan kakak? Terkadang aku sadar telah begitu egois tidak ingin melepas satu diantara kamu atau Mark.' benak Perth yang melihat Kira dengan sedih.

Setelah kelas sepi, Kira merapikan buku miliknya dan milik Perth.

"Ayo pulang." ucap Kira namun saat ia berdiri tangannya ditahan oleh Perth.

Kira mendongak ke bawah dimana Perth menatapnya.
"Aku mau dijelasin soal Tugas kali ini, aku ingin mengerjakan sendiri tugasnya." ucap Perth yang tumbenan sekali.

Kira mengusak gemas rambut Perth lalu duduk kembali.

"Jadi Dosen meminta setiap Siswa membuat Tugas Akhir Semester dengan waktu 3 minggu, untuk dipilih mana yang akan dipamerkan di Galeri Akhir Tahun, penilaian adalah Minggu terakhir penyerahan Tugas, dan jika Dosen tidak puas atas karya, ia memberi waktu seminggu agar Siswa membuat lagi yang baru. Intinya Remedial, Lukisan yang menggambarkan Rumah." ucap Kira.

Perth berusaha memahami yang dijelaskan Kira.

"Lukisan yang menggambarkan Rumah? Maksudnya bukan Rumah betulan?" tanya Perth masih ingin paham.
"Bisa Rumah beneran, tapi yang intinya adalah Rumah itu tempat kamu menjadi dirimu sendiri, tempat dimana kamu tidak perlu memakai baju bagus, penampilan baik, dan tidak perlu memikirkan penilaian orang, karena Rumah adalah tempatmu sendiri, milikmu, tempat dimana hatimu pulang." ucap Kira menatap lembut mata Perth.

Membicarakan Rumah, Kira tahu dimana Rumahnya dan ide apa yang akan dia realisasikan pada Lukisannya nanti.

Perth merasa mukanya memanas atas tatapan seorang Kira, wajahnya bersemu merah.

"Rumah adalah tempat dimana Hatimu pulang." ucap Perth mengulang informasi dari Kira lalu mencatatnya di Bukunya.

Kira pikir, Rumahnya adalah Perth.
'Apakah Rumahmu juga aku Perth?' gumam Kira dalam hati saat ia melihat Perth sibuk mencatat Informasi darinya barusan.

...

Tbc

04.00 AM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang