08 - Kebohongan

30 5 6
                                    

Entah apa yang salah atau siapa yang sebenarnya bersalah! Perth pikir pada akhirnya ia harus paham bahwa tidak ada di dunia ini yang tahan tidak menjadi Egois. Apapun alasannya.

...

Perth masih asyik memejamkan mata sehabis kegiatan bercinta dengan sang kekasihnya, Mark Siwat. "Aku mencintaimu." Bisik Siwat sambil melingkarkan tangannya pada perut Perth, tubuh Perth hanya dibalut kemeja kebesaran berwarna biru muda milik Mark.

"Aku tahu, kau selalu mengucapkan kata itu setelah kita bercinta." Ucap Perth sambil tersenyum tipis. Yah itulah kebiasaan manis seorang Siwat yang selalu bisa membuatnya tersipu. Kata cinta, bahkan jika tidak sering dikatakan, itu tidak apa, karena seluruh afeksi yang Perth terima selalu lebih dari sekedar kata 'Aku mencintaimu.'.

"Tapi setelah ini mungkin kamu hanya akan merindukan kalimat itu terucap dari bibirku." Ucap Mark yang nadanya menjadi sendu. Perth membuka matanya lalu berbalik dengan wajah bingung.

"Apa maksudnya?" Tanya Perth tidak paham. Mendadak pikirannya dipenuhi dengan rasa takut. Ia harap hanya salah mendengar.

"Aku tidak akan mengatakannya lagi padamu." Ucap Mark masih dengan senyumnya yang manis. Mata Perth memerah dan air mata mulai menggenang di ujung matanya. Mata cantik itu berkaca-kaca dan itu menyakitkan untuk Mark.

"Kamu lagi bercanda? Jangan begitu, jangan membuatku berpikiran buruk." Ucap Perth meraih tangan Mark namun pria itu malah melepaskan tautan mereka dan yang dilakukan Mark selanjutnya adalah mengancing kancing Kemeja milik Perth.

"Aku lelah, aku lelah berpura-pura baik-baik saja berbagi. Jika aku memintamu tinggal disisiku dan mengusir Kira, apakah bisa?" Tanya Mark kini menatap wajah yang mulai sesenggukan.

Mark beralih duduk lalu memungut kemejanya.

"Mandilah, aku antar kamu pulang." Ucap Mark. Sedangkan isak tangis itu semakin memilukan. Pada nyatanya tidak semua orang kuat berbagi. Dan Mark pada akhirnya menyerah.

...

Perth berjalan sendirian, ia menolak diantar Mark bahkan ia tidak membiarkan Mark berbicara apapun padanya, dan Mark berhenti mengajaknya berbicara saat Perth mengucapkan jawaban atas permintaan Mark untuk putus.

"Kamu tahu kan seperti apa aku? Jika kamu melepasku saat ini, di masa depan kupastikan tidak akan pernah ada kita." Ucapan itu membuat Mark membisu, dan ia tahu dirinya telah melanggar janji untuk tidak pernah menyakiti hati Perth.

Rintik hujan perlahan membuat air mata Perth kembali jatuh. Ia pikir tidak apa menjadi egois untuk memiliki keduanya. Namun ternyata dirinya salah. Sejak awal Mark Siwat tidak pernah sungguh percaya diri, karena di mata Mark, hanya Kirati satu-satunya bagi Perth.

Perth dari dulu tidak pernah memaksa Mark untuk tinggal, sedangkan dirinya tetap menunggu Kirati. Perth tidak bisa mendorong Mark menjauh.

Mark sendiri dengan lancangnya masuk lalu menjadi bagian dalam hati dan hidupnya. Namun kini, setelah Perth memilih untuk tidak melepaskan siapapun, malah Mark yang memilih melepas genggaman mereka.

Dan Perth membenci Mark Siwat karena Mark lebih egois.

Tidak ada yang benar-benar sadar bahwa keduanya sama bersalah. Dan korban sebenarnya justru Kirati. Namun, semua orang terluka pada akhirnya.

...

Kira memasuki Apartemen yang tampak gelap. Ia pikir Perth belum pulang, ia menelepon nomor Perth namun dering panggilan berasal dari kamar Perth sendiri.

Kira pun berjalan menuju kamar Perth namun saat ia mengetuk pintu malah tidak ada jawaban apapun. Dia membuka pintu yang tidak dikunci.

Menyalakan sakelar dan melihat Perth yang bergelung selimut dengan tubuh bergetar, Kira baru menyadari bahwa sedari tadi lantainya basah.

Kirati berbaring di belakang Perth lalu memeluknya erat. Tidak ada suara, tidak ada pertanyaan, tidak ada kata apapun saat ia tetap memeluk tubuh yang lebih pendek.

Dan kini isakan itu terdengar lebih jelas di telinga Kira.

.

Setelah peluk yang cukup lama, kini hanya terdengar deru nafas teratur yang bersahutan, Perth tertidur dengan memeluk Kira. Rasanya pelukan itu selalu membuatnya aman.

Perth terbangun dan menatap Kira yang masih tertidur. Lagi, ia menyakiti pria ini. Ah atau memang ia selalu menyakiti orang yang mencintainya?

Ternyata kini ekspektasinya dihempaskan pada kenyataan bahwa sejatinya kisah cinta tidak bisa dijalin seenaknya.

Jika disuruh memilih, siapa yang sebenarnya cukup kuat untuk Perth lepaskan? Tentunya bukan lagi pria yang ada dihadapannya. Tidak lagi, dan tidak akan pernah bisa.

Perth turun dari ranjang untuk mandi, badannya lengket dan bau, Perth heran mengapa Kira tidak pernah mengeluh jika badannya bau karena belum mandi?

..

Kira terbangun tanpa Perth disampingnya, lalu terdengar suara berisik dari Dapur. Pasti anak itu sedang memasak.

Kira pun memutuskan mandi sebelum Perth mengomelinya. Ini sudah masuk jam makan malam soalnya.

.

Perth dengan kemeja kebesaran milik Kira dan celana pendek, Kira menertawau tubuh yang terlihat sangat kecil itu.

"Sudah baikan?" Tanya Kira sambil memeluk Perth yang sedang menunggu sup mendidih. Perth mengangguk tanpa berbohong. Ia sungguhan sudah baikan kok.

"Jadi apa yang terjadi?" Tanya Kira kini mengangkat Perth untuk ia dudukkan di meja makan. Sedang Kira duduk di kursi. "Mark mutusin aku." Ucap Perth sambil tersenyum dengan tatapan yang sedih. Akan aneh jika tidak sedih saat dicampakan. Kira terdiam namun kini tangannya mulai menciumi punggung telapak tangan Perth. Dan tangan yang lain mulai masuk ke kemeja membuat Perth meremang karena sentuhan yang sensual.

Jika ini cara Kira untuk menghibur dirinya yang patah hati, lelaki kecil itu takkan keberatan.

Setelah ciuman panas yang membuat wajah mereka kacau, Perth mengusak kepala Kira.

"Mau minum Wine bersama?" Tanya Perth sambil tersenyum. Dan malam itu, mereka makan malam ditemani dengan Wine hingga memabukkan isi kepala mereka.

Perth tidak bohong jika hatinya sakit, namun bagaimanapun juga ia bisa memahami akhirnya tentang pilihan Mark.

Bagaimanapun juga Mark manusia biasa yang hatinya juga bisa lelah, menunggunya, mencintai sepenuh hati, memujanya dan selalu ada untuknya, namun yang dimiliki Mark hanyalah tentang status, tubuh yang bisa diajak having sex, namun hati, pikiran, dan juga tatapan mata Perth yang penuh cinta hanya tertuju pada Kira.

Sebut saja Perth jahat.

Karena sentuhan, geraman, dan tatap mata Kira yang menginginkannya, mampu membuat Perth mabuk, lebih mabuk daripada menghabiskan sebotol Wine sekalipun.

"Maaf yah, meninggalkanmu lalu membuatmu sendirian menunggu ketidak pastianku." Ucap Kira saat ia kini berada di atas tubuh Perth, memandangnya penuh puja akan kecantikan Perth yang kacau dibuatnya.

"Aku hanya ingin kamu, sumpah cuma kamu." Ucapan itu penuh rasa sakit dan kerinduan yang mendalam.

Renjana.

Hasrat hati dan kerinduan yang kuat, begitulah sebutan atas perasaan Perth pada Kira.

Ia pikir, bersama Mark akan cukup, namun ia akhirnya menyerah bahwa hatinya selalu memilih Kira, lagi dan lagi, tidak perduli berapapun waktu harus menunggu.

Perth hanya butuh Kiratinya.

...

Kebohongan

Jika Mark baik-baik saja melepaskan pujaannya. Bohong, jika Mark bilang bosan dan lelah. Bohong, jika Mark bilang ia tidak patah hati.

Namun, ia lebih tidak ingin hidup dalam kebohongan hanya butuh Perth disisinya. Ia butuh Perth hanya bersamanya, pada akhirnya Mark kalah akan rasa cintanya.

Saking besar cintanya, ia rela pergi agar bulannya bahagia bersama pilihannya.

Rumah Mark, bukanlah Perth tempatnya.

...

Tbc

04.00 AM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang