Pertemuan dengan pihak Dongkuk Steel Mill Co, LTD yang di pimpin oleh Mr Choi sangat menyenangkan, dia sangat ramah dan sangat mudah untuk bekerjasama. Marcus terlihat sangat pintar dalam berkomunikasi, sesekali dia bertanya pada ku untuk meminta pendapat dan sebisaku memberi pendapat yang menyimbangkan kecerdasannya. Ini sudah jam makan siang, aku dan Marcus berjalan menuju cafeteria yang berada di gedung ini, saat tiba aku menyapukan pandangan memilah di mana kami akan duduk. “Kau memilih meja, aku akan pesan makanan.” Dia memerintahku. Aku merasa sudah familiar dengan kata-katanya sekarang.
“Okay.” aku menemukan meja kosong dan berjalan ke arah pojok sisi kanan. Tempat ini lumayan ramai oleh pegawai kantor, tentu saja karena saat ini sudah jam makan siang. Dia datang dengan cepat membawa baki berisi makanan dan minuman. Meletakkan baki lalu menarik kursi yang berada di hadapan ku, menghempaskan pantatnya dan duduk.
“Kentang goreng, salad dan juice strawberry, oke?” dia bertanya pada ku sambil melemparkan senyum manisnya.
Aku tersenyum semua menunya salah satu makanan kesukaanku.“Aku akan memakan ini sampai habis” aku mulai mengambil kentang.
“Bagus, ku anggap kau menyukai pesanan ini” dia menyeringai. lihat wajah tampannya yang membuat orang-orang melihat ke arahnya. aku mendengus kesal, bukan karena apa-apa tapi sungguh aku merasa ingin mencongkel mata mereka satu-satu.
“Tentu.” Kami menikmati makan siang dengan hening, aku sudah selesai makan, tangan ku meraih gelas juice strawberry dan meminumnya, mata ku tertuju pada pria di depan ku, jari-jarinya yang panjang memegang tisue untuk membersihkan mulutnya, dia juga sudah selesai makan. Merasa di perhatikan dia melihat ke arah ku.
“Melakukan pengamatan terhadap pria yang sedang makan, Miss Ana?” Marcus bertanya pada ku dengan seringaiannya yang tampan. Bunuh saja aku bila dia selalu menyeringai dengan begitu tampannya.
Sedikit terkejut dia menyadari aku menatapnya. Tenang Ana jangan sampai terlihat kalau kau gugup, santai saja. Dewi batin memberi ku nasihat singkatnnya. “Ya, pengamatan ku akhir-akhir ini sangat menarik perhatianku.” Aku menyilangkan tangan dan bersandar tegak di kursi.
“Bagaimana menurut mu? Apakah itu suatu objek yang bagus untuk di amati”? dia mengikuti tingkah ku menyilangkan tangannya dan bersender tegak dikursi.
“Pengamatan nya belum lama, jadi belum bisa ku katakan apakah objek ini bagus atau tidak, tapi ini objek yang me-na-rik.” Aku memberi penekanan terhadap kata me-na-rik. Aku mengaitkan jari-jari ku dan meletakkannya di atas meja, mata ku meneliti pria ini, dan dia menyadarinya.
Dia mengangkat kedua alisnya dan tersenyum licik. “Benarkah? Kalau begitu objek harus terlihat bagus agar si pengamat terus melakukan pengamatan, karena ku rasa objek suka di amati.” Sekali lagi dia mengikuti apa yang ku lakukan terhadap tangannya yang mengakibat kan wajahnya hanya berada di beberapa inci di hadapan ku, dan seketika jantung ku berdetak lebih cepat dua kali lipat, aku merasa pipi ku saat ini sangat panas, ya tuhan ini adalah jarak berbahaya. Aku harus mundur dan menegakkan kembali badan ku di kursi dan saat itu lah aku menyadari dari tadi aku menahan napas. Sialan. Ternyata tadi aku tidak bernafas akibat sebuah jarak.
“Mengapa kau mengikuti gaya ku?” aku bertanya dengan tetap menjaga volume suara terdengar seperti biasa. Menyamarkan kegugupan ku. Benar kah aku sedang gugup? Sial.
“Objek juga bisa membalas perlakuan si peneliti, melakukan pengamatan.” oh tuhan, jawabanya tidak ada hubungan dengan pertanyaan ku.
“Ada teori seperti itu” aku mengerutkan kening.
“Tentu, aku yang membuat teori seperti itu. Objek dan pengamat bisa bertukar peran. Kau juga menarik di jadikan sebagai objek pengamatan,” dia menganggukkan kepala meyakinkanku atas teori konyolnya yang baru saja dia buat. Aku menggelengkan kepala ku dan tertawa, ya tuhan pria ini sungguh konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Confession
RomanceTak bisakah kau berkata jujur? dengan begitu semua akan baik-baik saja. Aku tidak menyesal dengan apa yang sudah terjadi tetapi bisakah masa itu kembali terulang?