Mata ku fokus menatap layar laptop dengan jari yang menari-nari di atas keyboard laptop, aku tersenyum karena pekerjaan ku selesai dengan cepat, ini langkah terakhir dan ku tekan klik send email, kemudian menutup semua aplikasi yang sedang berjalan di laptop. Menekan tombol alt+f4 dan aku menekan tombol enter untuk men-shutdown laptop ku. Aku mendesah lega. Ku tutup laptop ku kemudian melepas kaca mata minus ku.
Aku melirik jam weker kecil dan mendesah, ini sudah hampir larut tetapi belum ada tanda-tanda Alice akan pulang. Memang benar aku tidak suka keramaian tapi bukan berati aku menyukai keheningan sendirian. Mirip seperti phobia terhadap keadaan yang sangat sunyi. Terlintas di pikiran ku untuk menghubungi Alice namun aku tertegun melihat walpaper layar ponsel ku. tentu saja foto manis yang di ambil saat aku berada di Namsan Tower, Korea Selatan bersama seorang yang sekarang adalah menjadi kekasih ku. Wajah kami berdua tersenyum, tangan membentuk hurus v dengan background beribu-ribu kunci. Kemudian aku meringis mengingat kata-kata dari Anne yang di lontarkan pada ku. Sebenarnya aku tidak ingin menanggapinya, aku bahkan berasumsi bahwa dia hanya mengada-ngada untuk merebut Marscus kembali. Tetapi aku bisa merasa nada suara dan sorot mata Anne bahwa dia mengatakan semuanya dengan bersungguh-sunguh. Tentang seorang wanita yang bernama Sweety, tentang masalah nya sebelum pindah ke Landon dan fakta-fakta dia yang lainnya. Hati kecil ku membrontak ingin mengetahui yang sebenarnya, tetapi bagaimana caranya? Harus kah aku bertanya langsung padanya? Itu bukan ide yang baik, lalu aku harus bagaimana? Ya tuhan otak ku bahkan tidak bisa berfikir.
Aku tersentak kaget saat mendengar pintu kamar ku di buka seseorang. Itu Alice. “Astaga kau menakuti ku” reflek aku berteriak. Setelah kurasa detak jantung ku kembali normal aku bertanya padanya. “Baru pulang?”
Wajah Alice berseri-seri sambil meringis dia masuk kedalam kamar “Ya, Jemmy mengajak ku makan malam. kau sudah makan sesuatu Ana? Marcus pasti sudah membawa mu bersenang-senang.”Alice menghempaskan tubuh nya tengkurap di atas kasur ku kakinya masih menggunakan sepatu boot merah. mata nya berbinar sangat kontras dengan rasa ingin tahu nya saat ini. Berbeda dengan ku yang masih merasa kecewa karena insiden tak terduga atas gagalnya acara kencan ku. ditambah lagi dengan beberapa fakta hubungan ku bersama Marcus yang begitu mengganjal.
Aku mendesah malas, ikut berbaring di sampingnya. Aku menceritakan semua kronologi yang terjadi hari ini padanya, aku merasa kesal dan kecewa tetapi mata ku berbinar saat mengingat pertemuan ku dengan Anne yang noteban dia adalah mantan kekasih Marcus. Dalam sudut pandang ku Anne adalah orang yang hangat dan menyenangkan. Walaupun untuk beberapa hal dia membuat ku tidak nyaman saat menceritakan soal kekasih ku. Aku wanita, aku juga tahu seberapa besar Anne masih menginginkan Marcus.
“Ana, percaya pada ku seharusnya kau tidak begitu percaya pada Anne, mungkin saja dia menginkan sesuatu yang kau miliki. Seperti Marcus.” dia berbicara serius pada ku.
Aku diam sebentar membiarkan diriku mencerna ucapan yang Alice katakan mengenai merebut sesuatu yang kusuka. aku merenung. “Ya mungkin kau benar.” Walau sebenarnya diriku sendiri sudah berasumsi tentang itu sebelum Alice mengatakan sesuatu itu pada ku.
“Oh sayang sungguh aku tidak ingin kau disakiti oleh siapa pun.” Mendengar kalimat Alice membuat ku merasa beruntung di sayangi oleh sahabat ku. Aku tau Alice mencintai ku, begitu pun dengan ku.
“Kau terlalu khawatir, sayang. Aku akan menjaga diri ku sendiri dengan baik.” Aku meyakinkan sahabat tersayang ku.
Kemudian telelepon ku menyala. Aku melihat layar terpampang nama Marcus sedang memanggil ku. ini dia saatnya, dimana banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berputar di kepalaku yang siap di lemparkan kepada Marcus. Sangat besar harapan ku agar Marcus menyanggah semua kata-kata Anne yang di ucapkan pada ku. ya harus begitu, kalau tidak habis lah sudah. Aku pasti sudah menjadi seorang penjahat tanpa aku menyadari hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Confession
RomanceTak bisakah kau berkata jujur? dengan begitu semua akan baik-baik saja. Aku tidak menyesal dengan apa yang sudah terjadi tetapi bisakah masa itu kembali terulang?