Mr Rick baru saja berbica dengan kami melalui media skype. Dia sangat puas dengan hasil kerja kami. Semua rapih dan berjalan cepat. Semenjak kejadian membuka jendela pada malam hari, kami sering melakukan itu samping hari bekerja kami ke empat. Mengerjakan pekerjaan pada malam hari lebih efektif dan cepat karena konsentrasi kami fokus menjadi satu. Karena pekerjaan lebih cepat dari yang di rencanakan, kami berdua di beri jatah libur sampai akhir pekan. Kami cekikikan puas dengan kerja kami yang di bilang lumayan ekstrim. Hampir tiga belas jam penuh perharinya.
Jam menunjukan pukul lima sore ketika aku dan Marcus berada di dalam mobil milik Ahra. Dia melemparkan senyum manisnya kepada ku. Aku membalas senyuman itu. Aku tau dia sangat puas sekarang, kami masih punya waktu sampai akhir pekan disini tanpa pekerjaan. Aku bertanya-tanya apa yang akan ku lakukan dengan beberapa hari yang menyenagkan ini.
“Ingin pulang kerumah sekarang?” Marcus memulai pembicaraan.
“Umm aku pikir menikmati malam indah di pusat kota akan menyenangkan” aku ingin tau kota ini, kota yang disebut sebagai negeri ginseng. Dengan begitu aku akan membuktikan pada Alice bahwa kota ini tidak seperti yang dia pikirkan.
“Setuju, aku sudah beberapa kali kesini dan aku tau tempat yang bagus.” Sambil melemparkan senyum yang hangat dia mulai mengoper gigi dan menambah kecepatan laju mobil. Ini menyengankan melihat sikapnya yang sangat manis.
Tentu saja dia sudah beberapa kali kesini. “Aku mempercayaimu.”
“Oke, tapi kita akan makan dulu.”
“Um.. ya” dia selalu ingin makan.
Telpon Marcus berdering, dia melakukan panggilan menggunakan headset bluetooth yang sudah di pasang dalam fasilitas mobil.
“Ya, Ahra?” Marcus menjawab panggilan.
“……………….”
“Aerosh Smith berada dirumah? Sekarang?”
“……”
“Aku mengerti.” kemudian dia memutus panggilan. Marcus menatap ku dengan ekspresinya yang sulit di mengerti. Ada apa? Mengapa laki-laki itu kesini? Ke Korea? Bagaimana dia bisa berada disini? Banyak sekali pertanyaan yang bermunculan di benak ku. Aku mulai menegang, jantung ku berdebar keras.
“Ana, Smith berada di rumah.” Dia berkata pada kumemberikan informasi.
“Ku rasa kita bisa langsung pulang dan makan dirumah saja.” aku menekan volume suara ku agar terdengar seperti biasa. Aku merasa sesak saat ini.
++
Kami sampai di rumah, terlihat Ahra, Williams dan Smith berada di ruang tamu dengan minuman berada di atas meja sebagai suguhan.
“Kalian sudah sampai? Sukurlah. Smith sudah menunggu lama.” William berbicara kepada ku dan Marcus, kemudian berdiri dan meraih tangan istrinya mengajak berdiri juga.
“Kami akan meninggalkan kalian. Kupikir kalian membutuhkan privasi.” Ahra menyunggingkan senyumnya dan berjalan meninggalkan kami.
“Hai Smith.” Sapa Marcus. Kaku. Tidak ada kehangatan ataupun keramahan sama sekali.
“Ya hai, senang bertemu dengan mu lagi. Kau ingat pada ku? Kita satu perusahaan tetapi beda tim.”
“Ya.. kau tidak keberatan kalau aku….”
“Marcus! masukalah ke dalam, mereka butuh privasi.” Ahra sedikit berteriak memperingatkan Marcus. Marcus mendesah kesal diteriaki oleh kakak perempuannya.
Marcus memperhatikan Smith sebentar dan melihat ke arah ku. “Um aku akan masuk, tapi kau tau kalau kamar ku berdekatan dengan ruangan ini? Jadi kalau terjadi sesuatu…”
KAMU SEDANG MEMBACA
One Confession
RomanceTak bisakah kau berkata jujur? dengan begitu semua akan baik-baik saja. Aku tidak menyesal dengan apa yang sudah terjadi tetapi bisakah masa itu kembali terulang?