4| Thanks, i guess..... ?

21 12 0
                                    

┏━━━༻❁༺━━━┓
 .❀。• *₊°。 ❀°。
✿°。                                     ✿°

From previous chapter :

Tiba-tiba seseorang berlari menuju Lynn dan meninju Zachary tepat di pipinya hingga membuat bonyok. Zachary memberikan perlawanan, dia menendang tepat pada perut pria tersebut hingga membuatnya jatuh. Lalu Zachary kembali menginjak perut pria tersebut, tetapi berhasil ditangkis pria tersebut. Lalu pria itu mengunci gerakan yang dilakukan Zachary yang semakin berusaha melepaskan genggaman pria tersebut. Pria tersebut memukul bagian belakang kepala Zachary, hingga membuat Zachary pingsan ditempat.

Lynn yang hanya melihat mereka beradu fisik, akhirnya sadar akan sosok yang menyelamatkannya tadi.

❁ ≖≖✿❁ ≖≖✿❁ ≖≖✿❁ ≖≖ ❁

Lelaki bermata biru bagai es, rambut putih bagai salju, dan tatapan dinginnya yang membuat Lynn menjadi sedikit gemetar menatapnya balik. Dengan gemetaran, Lynn mengucapkan terima kasih kepada Verlon.

"Te..terima ka..kasih ya udah no...nolongin gue...."

Keheningan sementara menyelimuti mereka berdua, belum ada respon dari sang penyelemat. Akhirnya, Verlon mulai berbicara kepadanya.

"Tak perlu terima kasih pada gue segala, bocil" ujar santai dengan nada dingin.

Lynn menaikkan satu alis sambil membalas perkataan Verlon dengan bingung.
"Lah, harus dong kalau seseorang yang telah dibantu mengucapkan terima kasih" Lynn membalas balik perkataan Verlon.

"Lu seharusnya lebih banyak hati-hati, bocil. Gue nolongin lu karena lu itu cewek yang lemah dan bisanya cuma minta tolong dan berdiri terdiam ketakutan" jelasnya dengan nada dingin.

Lynn hanya terdiam mengerti mendengar Verlon.

"Huh, males bicara dengan otak yang lemot kek batu yang tidak diberi dorongan gaya sekalipun" sindirnya.

Lynn mengerenyitkan dahinya sambil membalas perkataan Verlon.
"Apalagi gue males bicara dengan lu, freezer berjalan" sindir Lynn balik.

Verlon hanya membalikkan badannya lalu melangkah pergi dari Lynn. Lynn hanya mendengus kesal.

"Huh, dia niat gak sih bantu gue" gerutunya dalam hati.

Lynn hanya menggeleng dan bergegas menuju perpustakaan karena Anna sudah menunggunya lama.
Setelah tiba di sana, Anna dan Reaven telah menunggu di depan koridor perpustakaan. Anna pun langsung menyambut Lynn yang berlari kemari.

"Panjang umur lu sis, kemana aja lu sampe gak bales-bales chat dari gue" tanyanya.

"Tadi ada diskusi buat kelompok minggu depan, sorry ya udah buat lu berdua nunggu" ujar Lynn bohong.

"Gak apa-apa, kok. Gue maklum, yok kita masuk" ujar Anna sambil mengajak mereka masuk ke dalam.

Mereka memandang takjub pada seisi ruangan perpustakaan itu, rak-rak buku yang besar dan berukir seperti zaman classic-renaissance, bermacam-macam buku berbagai bidang yang tersusun rapi di rak buku, arsitekturnya tak pula kalah indah dengan ukiran rak bukunya, gothic-revival, yang biasa dikenal orang, ditambah beberapa PC di setiap sisi ruangan, atau lebih tepatnya diantara rak-rak buku megah dan besar, serta meja membaca yang terbuat dari kristal dan ukiran kayu yang unik. Impresif. Perpustakaannya hampir menyamai perpustakaan negara.

Lynn segera mencari buku yang menurutnya menarik untuk dibaca. Anna sedang mengembalikan buku yang sudah dibacanya dan mengambil buku baru untuk bahan referensi sekaligus untuk dibaca di waktu senggang. Sedangkan, Reaven memainkan komputer untuk mendengarkan musik-musik klasik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Man with Cold HeartedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang