Final Chapter

186 18 4
                                    

Langit sudah terang benderang, menandakan pagi sudah siap merajai cakrawala, menjalankan tugasnya untuk menerangi bumi. Sinar terang dengan malu-malu menyusup diantara ranting dan dedaunan pohon, penerpa wajah seorang Raiden yang sedang tertidur lelap didalam mobilnya.

Kerutan mulai timbul di alis tebal Raiden, menandakan Ia mulai terusik dengan cahaya yang berlarian diwajahnya. Perlahan, kelopak matanya terbuka dan menampakkan bola mata dengan iris coklatnya yang indah. Namun, sorot mata indah itu redup dan kosong, menandakan kehampaan mendalam yang dirasakan oleh Raiden. Dengan kepala yang masih Ia senderkan diatas kemudi, Raiden menatap keluar jendela dengan perasaan tak minat.

Sudah pagi...

Pria itu pun mengangkat kepalanya, mengusap ujung matanya yang kering dengan jari-jarinya. Raiden arahkan matanya kedepan, menatap jalanan kosong.  Ternyata, semalam Ia tertidur didalam mobilnya ini, ditemani hujan yang terus mengguyur tanah. Ya, semalam. Waktu dimana Ia hanyutkan dirinya dengan bayangan masa lalu, dimana kehidupan seorang gadis telah Ia hancurkan, segalanya telah Ia renggut dari gadis itu. Rasa benci terhadap dirinya Raiden rasakan kembali.

Mengapa aku tidak terpejam saja selamanya...

Hatinya berteriak tentang pengharapan kematian. Kenapa tuhan masih mau memberinya kehidupan, mengapa jantungnya masih tuhan izinkan untuk berdetak. Apa bagusnya tuhan memberi kehidupan kepada orang seperti dirinya. Apa tujuan tuhan sebenarnya. Hatinya dan pikirannya  kusut kembali.

Sial...

Raiden mengusap wajahnya kasar dengan perasaan yang gusar, Pukulan keras Ia layangkan kearah kemudi, hingga jemarinya Ia tautkan dengan erat dihelaian rambutnya sendiri, berharap  beban pikirannya keluar dari kepalanya yang seakan sebentar lagi akan meledak.

Raiden membutuhkan jawaban dari semua yang Ia pertanyakan kepada tuhan, Ia butuh bertemu dengan Zea, Ia butuh penjelasan dari wanita itu. Mengapa Zea tidak pernah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tentang Nuha, tentang kandungannya, serta kecacatan yang disebabkan oleh Raiden sendiri. Mengapa Zea  hanya terdiam ketika mereka bertemu kembali, hingga hampir saja Raiden kembali menjadi monster menakutkan lagi.

Raiden benar-benar ingin bertemu dengan Sosok Zea, Ia ingin mendengar dari mulut wanita itu langsung. Dirinya merasa tidak tenang dengan berbagai pertanyaan yang menghantui dirinya itu. Raiden butuh pencerahan akan kekalutan hati dan pikirannya.

Hingga, Tuhan memberikan kebaikan kepada dirinya untuk kesekian kalinya. Tangan Raiden terhenti dari aktivitas memasang seat belt  ditubunya sendiri, tadinya Ia berniat untuk kembali ke rumah  Zea, dan menemui wanita itu. Namun,  Raiden urungkan. Didepan jalan sana, Matanya menangkap sosok Zea, Raiden dapat melihat Zea sedang turun dari mobil yang berlawanan arah dengan mobilnya.

Zea...

Raiden melihat Zea yang memberi sejumlah uang kepada sopir mobil itu, senyum khasnya terukir manis di wajah wanita itu. Senyuman, mengapa Zea masih bisa tersenyum, tidakkah wanita itu merasa hampa dan kosong setelah apa yang terjadi kepadanya tujuh tahun lalu? Tidakkah ada amarah yang terselip dihatinya?

Raiden merasa kacau melihat semua itu. Kehidupan Zea terasa baik-baik saja, ringan dan seperti tidak pernah terjadi hal besar apa pun didalam hidupnya. Ada sedikit harapan akan Zea yang membalas dendam terhadap dirinya, Ia tidak nyaman dengan ketabahan dari wanita itu.

Dapat Raiden lihat gerakan Zea yang membalikkan badannya dan perlahan berjalan meninggalkan tempat dimana wanita itu turun dari mobil tadi. Dengan segera Raiden pun keluar dari mobilnya itu, Ia tak ingin kehilangan Zea. Ini adalah kesempatan bagi Raiden untuk menemui wanita itu, Ia ingin menuntaskan beberapa hal yang dirinya pertanyakan.

RESILIUNT (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang